Ratusan Rumah di Melawi, Sambas, dan Sekadau Direndam Banjir
Banjir mulai terjadi di sebagian daerah di Kalimantan Barat, awal Desember ini. Pada Sabtu (7/12/2019), banjir setinggi 1-1,5 meter melanda Kabupaten Melawi, Sambas, dan Sekadau.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Banjir mulai terjadi di sebagian daerah di Kalimantan Barat, awal Desember ini. Pada Sabtu (7/12/2019), banjir setinggi 1-1,5 meter melanda Kabupaten Melawi, Sambas, dan Sekadau. Banjir di daerah-daerah itu merendam ratusan rumah.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Melawi Syafarudin, Sabtu, menuturkan, banjir bandang terjadi pada Sabtu pukul 00.15 sekitar lima hingga enam jam. Banjir bandang dipicu meluapnya Sungai Menunuk dan Sungai Kenyikap. Akibatnya, 104 rumah yang dihuni 657 rumah tangga terdampak serta 4 rumah dan 2 jembatan rusak di Desa Nusa Kenyikap, Kecamatan Belimbing. Jarak daerah dari Pontianak sejauh 400 kilometer.
”Semua harta benda warga terkena lumpur. Tim kami sudah berada di lokasi membantu membersihkan gedung SD dan rumah warga yang terkena lumpur. Warga yang jembatan di wilayahnya rusak sementara menyeberang menggunakan rakit,” ujarnya.
Banjir juga melanda Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, sekitar 200 km dari Pontianak. Kepala BPBD Kabupaten Sambas Yudi menuturkan, ketinggian banjir yang terjadi dari Sabtu pagi di Paloh sekitar 30 sentimeter. Banjir disebabkan luapan pasang laut ditambah hujan deras.
”Di sini, hujan terjadi sejak Jumat malam. Banjir menyebabkan 174 rumah warga terendam. Pada Sabtu sore, ketinggian air perlahan turun,” katanya.
BPBD Sambas terus memantau perkembangan serta sudah meminta pimpinan desa dan kecamatan untuk terus melaporkan kondisi. Jika ada peningkatan signifikan ketinggian banjir, warga akan dievakuasi sambil menyiapkan bantuan logistik.
Tempat evakuasi yang disiapkan BPBD, antara lain, di masjid, sekolah-sekolah, dan gedung-gedung pertemuan di Paloh. Lokasi-lokasi yang disiapkan berada lebih tinggi karena di Paloh tidak semuanya terendam. Namun, warga terdampak masih bertahan di rumah masing-masing.
Banjir di Sambas juga terjadi sekitar dua minggu lalu di Kecamatan Tebas karena air pasang laut dan hujan. Air tidak bisa cepat surut. Ketinggian banjir dua minggu lalu sekitar 1 meter dan merendam 30-40 rumah.
Selain di Melawi, banjir bandang juga terjadi di Desa Pantok, Sekadau, Jumat (6/12/2019) pukul 18.30 hingga Sabtu pukul 02.00. Pada Sabtu sore, ketinggian banjir di beberapa lokasi masih ada yang sekitar 30 cm.
Kepala Bidang Penanggulangan BPBD Kabupaten Sekadau Wahyu Ardi menuturkan, dampak banjir di Sekadau yang parah dirasakan di Desa Pantok, Kecamatan Nanga Taman, sekitar 200 km dari Pontianak. Banjir mengakibatkan 1 rumah hanyut di Desa Pantok, 1 rumah lagi rusak berat, dan puluhan rumah terendam.
”Satu rumah hanyut terbawa arus, satunya lagi rusak. Warga yang rumahnya hanyut sudah lebih dahulu menghindar sehingga selamat. Tiga jembatan rusak sedang dan 42 rumah terendam. Satu pembangkit listrik tenaga mikrohidro juga terendam,” kata Wahyu.
Banjir juga merendam Desa Nanga Taman setinggi 30 cm-1,5 meter. Rumah-rumah yang dihuni 579 jiwa terendam. Satu bangunan SMP dan SD serta mes Koramil terendam. BPBD sudah melakukan evakuasi terhadap warga.
Kepala BPBD Kabupaten Sekadau Matius Jon menuturkan, banjir itu akibat hujan yang terjadi sejak Jumat. Sungai Mentukak di Pantok dan Taman meluap. Warga ada yang mengungsi ke kerabat dan ada pula yang bertahan di lantai dua rumah.
BPBD juga menyiapkan tempat penampungan di kantor camat dan gedung serbaguna. Namun, sementara belum ada pengungsi di tempat yang telah disediakan. Pengungsian bisa menampung sekitar 500 orang.
Langkah yang dilakukan BPBD, Sabtu pagi, menyalurkan kebutuhan pokok. BPBD juga telah menetapkan status tanggap darurat banjir, puting beliung, dan longsor. Ada lima kecamatan yang rawan banjir, yakni Nanga Mahap, Nanga Taman, Sekadau Hulu, Belitang Hilir, dan Sekadau Hilir.
Daerah itu rawan banjir karena permukimannya di pinggir sungai dan di dataran rendah. Kemudian, bentang alam tidak memadai karena alih fungsi lahan sehingga tidak mampu menyangga curah hujan.
Kepala BPBD Kalbar Lumano menuturkan, 14 kabupaten/kota di Kalbar rawan banjir. Pihaknya telah berkoordinasi dengan BPBD kabupaten/kota agar waspada. Jika memerlukan bantuan, akan segera dikirim.