Maria Natalia Londa menekuni lompat jauh sejak usia sembilan tahun. Dia pun tumbuh menjadi ikon atletik Indonesia. Bahkan saat memutuskan pensiun, seusai SEA Games 2019, Maria belum tergantikan.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH dari New Clark City, Filipina
·5 menit baca
Dua dekade menggeluti lompat jauh, Maria Natalia Londa akhirnya memutuskan untuk pensiun. Atlet berusia 29 tahun kebanggaan Indonesia itu, menutup kariernya dengan mempersembahkan medali emas lompat jauh SEA Games 2019 dengan lompatan 6,47 meter. Kado manis itu akan abadi dalam sanubari bangsa Indonesia.
”Ini adalah emas sekaligus medali terakhir saya di SEA Games. Setelah ini, saya ingin undur diri dari lompat jauh yang sudah saya geluti selama 20 tahun. Saya rasa ini adalah penutup karier sekaligus perpisahan yang manis dengan dunia atletik yang telah membesarkan saya selama ini,” ujar Maria di Stadion Atletik, New Clark City, Filipina, Minggu (8/12/2019).
Peraih emas lompat jauh Asian Games Incheon 2014 itu memilih pensiun karena cedera lutut berkepanjangan dan ingin lebih fokus ke keluarga. Maria cedera ligamen lutut kanan dan kiri seusai meraih emas SEA Games 2015 di Singapura. Dia juga mencetak lompatan 6,70 meter yang menjadi rekor nasional dan meloloskan dirinya ke Olimpiade Rio 2016. Cedera itu tak pernah pulih 100 persen. Bahkan, Maria masih menjalani pemulihan hingga sekarang karena cedera itu terus kambuhan.
Empat tahun terakhir, Maria dalam bayang-bayang cedera yang membuat pasang surut prestasi dan suasana hatinya. Setelah emas lompat jauh dan lompat jangkit SEA Games 2015, atlet bertinggi 165 sentimeter itu tidak pernah lagi meraih emas di ajang muticabang internasional. Pada SEA Games 2017, ia hanya meraih perak lompat jauh dan lompat jangkit. Sedangkan di Asian Games 2018, dia gagal meraih medali.
Awal 2019, Maria juga dihantam cedera achilles (tendon bagian belakang tungkai kaki bawah) dan engkel kaki kanan. Cedera itu membuatnya benar-benar putus asa dan ingin segera mengakhiri kariernya.
”Namun, orang-orang terdekat saya coba menyemangati agar saya tidak berhenti secepat itu. Saya pun mengambil keputusan untuk mengakhiri karier 20 tahun ini di SEA Games 2019 Filipina,” ujar Maria.
Mental petarung
Semangat itu tumbuh kembali ketika Maria meraih emas lompat jauh Kejuaraan Nasional Atletik 2019 dengan lompatan terbaik 6,68 meter, atau hanya kurang 0,02 meter dari rekornasnya. ”Cedera ini membuat mood (suasana hati) saya berubah-ubah. Ketika kambuh, saya langsung berpikir untuk pensiun. Tapi, ketika meraih prestasi yang memuaskan, saya semangat untuk coba terus berlomba lagi,” ujar Maria.
Kendati demikian, Maria telah memutuskan tidak ada penguluran waktu lagi setelah SEA Games 2019. Ia berpikir harus segera mengakhiri karier karena rentetan cedera yang tak pernah pulih dan tanggung jawab untuk mengurus keluarga. Tetapi, dia tidak ingin mengakhiri karier dengan catatan buruk, melainkan ingin dikenang secara manis dari awal hingga akhir kariernya.
Untuk itu, Maria berlatih keras walau cedera yang belum pulih kadang mengusik. Kondisi itu pula yang membuat Maria tidak bisa tampil optimal pada Kejuaraan Dunia Atletik 2019. Dia hanya melakukan lompatan terbaik 6,36 meter dan tidak lolos ke final.
Untuk itu, Maria berlatih keras walau cedera yang belum pulih kadang mengusik. Kondisi itu pula yang membuat Maria tidak bisa tampil optimal pada Kejuaraan Dunia Atletik 2019. Dia hanya melakukan lompatan terbaik 6,36 meter dan tidak lolos ke final.
Namun, hasil itu tak membuat Maria patah semangat. Dia terus berlatih supaya bisa tampil maksimal di SEA Games 2019. Kegigihan Maria berbuah emas lompat jauh di Filipina. Dia mengungguli atlet Thailand Parinya Chuaimaroeng peraih perak dengan lompatan 6,23 meter, dan atlet Vietnam Vu Thi Mong Mo, peraih perunggu dengan 6,16 meter.
Di ajang SEA Games, pada 2009-2019, Maria meraih lima emas, lima perak, dan dua perunggu. Hingga pensiun, belum ada atlet yunior yang bisa menyaingi Maria. Bahkan, belum ada yang bisa melompat lebih dari 6 meter.
”Sekarang, saya berharap PB PASI segera mencari pengganti saya agar prestasi di lompat jauh tidak putus. Di sisi lain, para pengurus harus memberikan kepercayaan lebih untuk para pelompat muda mengikuti ajang internasional agar bisa tumbuh optimal dan jadi andalan baru Indonesia,” pesan Maria yang juga pemegang rekornas lompat jangkit dengan lompatan 14,17 meter.
Pelatih Maria sejak usia sembilan tahun, I Ketut Pageh menyampaikan, salah satu rahasia sukses Maria adalah kemauan keras, dan mentalitas pantang menyerah. ”Terbukti, berulang kali dihantam cedera, dia tetap bertahan dan memberikan prestasi cukup baik,” tutur Pageh.
Tantangan regenerasi
Keputusan Maria pensiun ini, menuntut PB PASI untuk segera mencari penggantinya. Ini bukan pekerjaan mudah, karena nomor lompat jauh tidka banyak digeluti atlet-atlet yunior di daerah.
Sekretaris Jenderal PB PASI Tigor M Tanjung mengatakan, selama ini, regenerasi atlet cenderung lancar di nomor-nomor lintasan, khususnya nomor sprint atau lari jarak pendek. Sebaliknya, regenerasi cukup sulit di nomor-nomor lapangan atau nomor teknik. Terbukti, nomor lompat jauh putra maupun putri, hanya ada satu atlet yang jadi andalan Indonesia. Di lompat jauh putra hanya ada Sapwaturrahman, sedangkan lompat jauh putri hanya ada Maria.
Untuk itu, Tigor menuturkan, pekerjaan rumah utama mereka sekarang adalah mencari pelapis ataupun calon pengganti Sapwaturrahman maupun Maria. Upaya itu pun tidak akan mudah. Pasalnya, beberapa atlet remaja ataupun yunior terbaik saat ini punya selisih rekor jauh di bawah Sapwaturrahman maupun Maria. "Beberapa pelompat jauh remaja ataupun yunior putri justru belum ada yang bisa melompat lebih dari 6 meter,” ujarnya.
Terlepas dari itu, pada hari ketiga perlombaan atletik SEA Games 2019, tim atletik Indonesia berhasil menambah satu emas, satu perak, dan satu perunggu. Total, atletik Indonesia telah meraih tiga emas, tiga perak, dan satu perunggu. Adapun perlombaan atletik masih berlangsung hingga Selasa, 10 Desember mendatang.
”Sejauh ini, raihan tim atletik Indonesia masih sesuai dengan rencana. Tidak ada yang meleset. Sebab, sejak awal, kami memang menargetkan minimal meraih lima emas atau sama dengan raihan pada SEA Games 2017,” pungkas Tigor.