Dua medali emas panahan yang disumbangkan dari nomor recurve perorangan dan beregu putra memperlihatkan tanda kebangkitan pepanah putra Indonesia
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH dari Clark, Filipina
·4 menit baca
CLARK, KOMPAS - Selama tiga dekade terakhir, para pepanah putri lebih diandalkan meraih prestasi di nomor recurve. Sejak trio Nurfitriyana Saiman Lantang, Lilies Handayani, dan Kusuma Wardhani merebut medali perak Olimpiade Seoul 1988, prestasi pepanah putri cenderung lebih baik.
Di bagian putra, hanya Riau Ega Agata Salsabila yang prestasinya cukup stabil sejak SEA Games 2011. Harapan akan kebangkitan pepanah putra muncul pada SEA Games 2019 di Parade Ground, Clark, Filipina, Minggu (8/12/2019). Dua medali emas disumbangkan tim recurve putra dari nomor recurve beregu dan perorangan.
Harapan itu pantas muncul karena kini Ega memiliki rekan berlatih yang setara. Medali emas perorangan diraih Hendra Purnama (22), pada SEA Games pertamanya. Adapun regu putra diperkuat Ega, Hendra, dan Arif Dwi Pangestu yang baru berusia 15 tahun.
Di final, Hendra mengalahkan pemanah Myanmar Htike Linn Oo dengan skor 6-4. Sementara itu, tim recurve putra Indonesia menang atas tim Malaysia yang diperkuat Kamaruddin Haziq, Mohamad Khairul, dan Zolkepeli Muhamad dengan 5-4.
Adapun pasangan Ega dan Diananda Choirunisa, yang pada SEA Games Malaysia 2017 meraih medali emas di nomor recurve campuran, kali ini harus puas dengan medali perak. Mereka mengakui keunggulan pepanah Vietnam, Nguyen Hoang Phi Vu dan Loc Thi Dao, 1-5.
Indonesia menyisakan satu peluang lagi meraih medali emas pada final compound beregu putri yang berlangsung Senin ini. Triya Adriyani, Sri Ranti, dan Yurike Pereira akan menghadapi tim Thailand di final.
Menanjak
Nurfitriyana, yang kini melatih pelatnas recurve mengatakan, grafik tim putra terus menanjak. Mereka menyelamatkan target dua emas panahan yang semula diharapkan dari nomor recurve perorangan putri dan tim campuran.
”Pemanah putri bukannya kurang berkualitas. Tetapi, kadang kondisi emosional putri mudah berubah. Itu menjadi faktor negatif dalam panahan. Di sisi lain, regenerasi memang putri agak lambat,” ujarnya.
Nurfitriyana berharap prestasi pepanah putra berlanjut dan meningkatkan level pada ajang multi cabang lebih tinggi. Termasuk meloloskan atlet sebanyak-banyaknya ke Olimpiade Tokyo 2020.
Indonesia sudah mendapatkan dua tiket ke Tokyo, masing-masing satu di nomor recurve putra dan putri. Tiket itu didapat ketika tim Indonesia menembus tiga besar recurve perorangan putra-putri pada kejuaraan di Amsterdam, Belanda, pertengahan tahun ini.
Namun, tiket itu sifatnya masih by number, belum by name. ”Kami ingin ada lebih banyak lagi pemanah yang lolos ke Olimpiade, terutama pepanah putra. Kesempatan itu terbuka dalam kejuaraan di Berlin, Jerman, Juni 2020,” katanya.
Hendra mengatakan, dirinya juga tidak puas hanya berprestasi di SEA Games. Dia berambisi bisa meraih prestasi pada Asian Games dan Olimpade. Namun, untuk mencapai itu, dia berharap ada dukungan penuh dari pemerintah.
Para atlet panahan berharap sekali bisa mendapatkan kesempatan ikut uji coba pertandingan internasional lebih sering atau melakukan pemusatan latihan di luar negeri lebih lama. Tahun ini, tim panah Indonesia hanya mengikuti satu kejuraan internasional di Belanda pada pertengahan tahun dan pemusatan latihan di Korea Selatan selama tiga minggu pada September.
”Dalam panahan, mental berlomba itu sangat menentukan. Dengan lebih banyak berlomba, lebih kuat juga mental pepanah ketika menghadapi lawan berat dan tekanan suasana perlombaan maupun penonton. Kalau mental tidak kuat, konsentrasi tidak akan optimal dan itu pasti berpengaruh buruk pada hasil,” tutur Hendra.
Nomor dua
Dua emas dari cabang panahan ini turut mempertahankan Indonesia pada peringkat dua perolehan medali SEA Games 2019. Pada Minggu, Indonesia menambah 15 emas, 12 perak, dan 21 perunggu. Selain dari panahan, medali emas juga diperoleh dari perjuangan para atlet di cabang atletik, boling, ski air, selancar, rowing, menembak, dan perahu naga.
Secara total, para atlet Indonesia telah mengumpulkan 65 emas, 61 perak, 79 perunggu. Perolehan ini melampaui target kontingen Indonesia yang direvisi menjadi minimal 60 emas. Namun, posisi Indonesia di peringkat kedua belum aman karena Vietnam menempel ketat di posisi ketiga dengan 64 emas, 59 perak, 78 perunggu.
Namun, Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Olahraga Universitas Negeri Jakarta sekaligus manajer tim atletik Indonesia di SEA Games 2019 Filipina, Mustara Musa mengingatkan., Indonesia patut waspada terhadap capaian itu agar tidak terbuai dan menjadi bumerang. Sebagian besar emas Indonesia berasal dari cabang-cabang non terukur dan bukan cabang Olimpiade.
Pada cabang Olimpide yang menyediakan banyak medali, seperti atletik, renang, senam, dan menembak, kali ini Indonesia hanya mampu bersaing di cabang menembak.