Batam, Manado, Mentawai, dan Bali Waspadai Penularan
Demam babi afrika telah membuat sejumlah daerah penghasil ternak waswas dan bersiap. Perdagangan antarpulau dijaga. Rencana impor sperma babi varietas unggul dari Denmark pun ditunda.
Oleh
Pandu Wiyoga / Yola Sastra / Cokorda Yudistira / Kristian Oka Prasetyadi
·2 menit baca
BATAM, KOMPAS - Daerah penghasil babi ternak di Batam, Manado, Bali, dan Mentawai mewaspadai wabah demam babi afrika (african swine fever/ASF) yang diduga menewaskan lebih dari 22.000 babi ternak di Sumatera Utara. Mobilitas babi antarpulau dijaga ketat.
Di Pulau Bulan, Batam, Kepulauan Riau, pengawasan lalu lintas barang dan manusia ditingkatkan. Pekerja eksportir babi terbesar di Indonesia, PT Indotirta Suaka, dilarang membawa segala jenis makanan di peternakan. Rencana impor sperma babi varietas unggul dari Denmark pun ditunda. ”Ternak di Pulau Bulan aman dari penyakit karena kami memberlakukan biosekuriti sangat ketat,” kata Manajer Biosekuriti dan Pencegahan Penyakit PT Indotirta Suaka Paulus Mbolo ketika dihubungi, Senin (9/12/2019). Populasi babi di sana sekitar 230.000 ekor.
Pelabuhan resmi di Batam, yaitu Pelabuhan Batu Ampar dan Pelabuhan Sekupang, diawasi ketat petugas Balai Karantina Pertanian Kelas I Batam. Itu mengantisipasi babi kiriman dari Sumut. Pengawasan juga dilakukan Sumatera Barat dengan memantau pelabuhan tujuan Mentawai, termasuk di Padang. ”Kami belum dapat laporan kematian luar biasa ternak babi di Kepulauan Mentawai,” kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sumbar Erinaldi.
Mentawai salah satu pulau yang warganya banyak memelihara babi. Beberapa dekade terakhir belum ditemukan penyakit di peternakan babi lokal Kepulauan Mentawai. Kasus antraks terjadi tahun 1983. Bupati Kepulauan Mentawai Yudas Sabaggalet mengatakan tak ada kasus ASF di wilayahnya. Di peternakan babi lokal Kepulauan Mentawai juga belum pernah ada riwayat ASF. Mengantisipasi ASF, pemkab memperketat pengawasan ternak. Pemkab melarang masuk tanpa pengawasan karantina ternak di Pelabuhan Bungus dan Muara Padang.
Di Manado, Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Peternakan Sulut Henny Kambey mengatakan, timnya mengawasi peternakan sambil menyosialisasikan cara mencegah penularan virus ASF. ”Kami terus pantau dan ternyata masih aman. Nol kasus,” katanya. Selama pemantauan ditemukan babi-babi ternak terkena penyakit. Namun, hasil uji laboratorium memastikan penyakit itu hog cholera atau demam babi klasik, bukan ASF.
Kasus ASF juga tidak ditemukan di Bali. Koordinasi para pihak dilakukan untuk mencegah kasus. ”Saya khawatir dengan berita demam babi Afrika. Belum ada pemberitahuan dari dinas mengenai penyakit itu,” ujar I Made Agustina (60) yang ditemui di peternakan babinya di Banjar Sedang Kelod, Desa Sedang, Abiansemal, Badung.
Di tingkat konsumen, rumah makan penyedia daging babi mengalami penurunan pengunjung. ”Banyak yang sementara berhenti makan babi,” kata pemilik rumah makan di Batam, Saut Hutapea (55). Di Manado, permintaan naik menjelang Natal dan Tahun Baru.