Gian Piero Gasperini ”menyulap” klub kecil Italia, Atalanta, menjadi tim yang berani bermain menyerang dan agresif dengan mengandalkan para pemain muda. Tim debutan Liga Champions itu pun merebut tiket ke babak 16 besar.
Oleh
Yulvianus Harjono
·3 menit baca
Bukanlah tanpa alasan Pep Guardiola, salah satu manajer sepak bola tersukses sejagat dengan dua trofi Liga Champions, segan dan mengagumi Atalanta. Klub kecil asal Italia itu merebut tiket ke babak 16 besar meskipun sempat terpuruk di tiga pekan awal penyisihan grup.
Dinginnya udara di Bergamo, Italia, yang nyaris mencapai titik beku, yaitu 3 derajat celsius, tidak menyurutkan langkah warga setempat berduyun-duyun datang ke bandara pada Kamis (12/12/2019) pagi waktu setempat. Dengan penuh semangat, mereka berteriak histeris dan menyalakan kembang api begitu para pemain Atalanta menunjukkan batang hidungnya di bus beratap terbuka di Bandara Bergamo.
Suasana itu mirip euforia warga Liverpool di Inggris saat menyambut trofi juara Liga Champions musim 2018-2019, Juni lalu. Meskipun masih jauh dari trofi, pencapaian Atalanta musim ini sama heroiknya dengan perjuangan Liverpool, tim yang lolos ke final musim lalu seusai memukul balik Barcelona di babak semifinal.
Meskipun bisa dikatakan tim ”bau kencur”, klub debutan di Liga Champions itu lolos ke babak gugur seusai membekap Shakhtar Donetsk, 3-0, pada laga di Stadion Metalist, Kharkiv, Ukraina, kemarin.
Tim yang berjuluk ”La Dea” alias ”Sang Dewi” itu pun berhak mendampingi Manchester City ke babak 16 besar. Selain Donetsk, Atalanta juga menyingkirkan tim lainnya yang jauh lebih berpengalaman, yaitu Dinamo Zagreb.
Tidak heran, media-media Italia ramai-ramai memuja Atalanta. Gazetta dello Sports, misalnya, menyebutnya sebagai pencapaian bersejarah Atalanta. Mereka menjadi tim pertama sepanjang masa Liga Champions yang lolos ke fase gugur setelah kalah beruntun di tiga laga awal penyisihan grup. ”La Dea terbang ke kahyangan,” tulis Tuttosport, media Italia lainnya.
Kebangkitan Atalanta itu dimulai saat menjamu City di Italia, November lalu. Ketika itu, Manajer Manchester City Pep Guardiola sempat berkata, dirinya mengagumi karakter bermain Atalanta.
”Apa yang mereka lakukan tahun lalu dan musim ini menakjubkan. Menyenangkan bisa melihat langsung mereka berlaga. Mereka punya keberanian, hal yang tidak sering Anda saksikan dalam bentuk serangan,” ujarnya suatu ketika.
Mereka tim yang punya teknik bagus sekaligus agresif.
Alih-alih takut dengan nama besar City dan Guardiola, Atalanta berani mengumbar serangan di laga itu. Hasilnya, Atalanta menahan City, 1-1. Poin perdana di Liga Champions itu membuat Atalanta kian percaya diri. Mereka pun membekap Zagreb, 2-0, disusul Donetsk, 3-0, pada dua laga berikutnya.
”Ini adalah malam yang magis. Kami telah melakukan hal spektakuler. Sulit untuk mendeskripsikan perasaan ini. Padahal, situasinya sempat sangat buruk ketika kami dibekap 1-5 di Manchester (23 Oktober lalu). Semua orang mengira kami telah mati dan akan segera dikubur. Namun, sebaliknya, kami tidak kehilangan keyakinan, baik secara individu maupun kolektif,” tutur Pierluigi Gollini, kiper Atalanta, kepada Football-Italia.
Keberhasilan Atalanta lolos ke babak 16 besar—hal yang tidak bisa dilakukan Inter Milan—musim ini tidak terlepas dari peran pelatihnya, Gian Piero Gasperini. Ia ”menyulap” Atalanta sebagai tim kompetitif berkat kepercayaan terhadap barisan pemain muda. Mereka acap kali merepotkan lawan, tidak terkecuali City dan Juventus, berkat permainan agresif dan menekan dengan intensitas tinggi.
Pelatih Juventus Maurizio Sarri bahkan pernah berkata, bermain melawan Atalanta sangatlah menyakitkan dan menyebalkan. Mereka bak sekelompok anjing lapar yang tidak berhenti merongrong mangsanya dari awal hingga akhir laga. ”Mereka tim yang punya teknik bagus sekaligus agresif. Sungguh menyulitkan,” ujarnya suatu ketika.
Ikatan antarpemain
Menurut Gasperini, yang melatih Atalanta sejak 2016, rahasia kesuksesan timnya berada pada ikatan antarpemain. Meskipun anggaran gaji tim itu hanya menempati peringkat ke-14 dari 20 klub di Liga Italia, solidaritas antarpemain membuat penampilan tim itu laiknya klub-klub besar. ”Ikatan emosional yang kuat mendorong kami berprestasi,” ujarnya.
Atalanta kini melanjutkan dongengnya untuk melangkah jauh di Liga Champions. Di babak 16 besar, mereka berpotensi bertemu para raksasa, seperti Barcelona, Liverpool, Bayern Muenchen, dan Paris Saint-Germain. Namun, seperti biasa, mereka tidak gentar. ”Kami akan tampil solid, siapa pun lawannya nanti,” tutur Gasperini kemudian. (AFP)