Pemerintah Provinsi Sulut mengandalkan operasi pasar untuk mengatasi lonjakan harga menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2020. Hal ini dinilai efektif mematahkan ulah spekulan barang.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara mengandalkan operasi pasar untuk mengatasi lonjakan harga menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2020. Hal ini dinilai efektif mematahkan ulah spekulan barang yang mencoba memainkan harga.
Dihubungi dari Manado, Jumat (13/12/2019), Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sulut Ronny Erungan mengatakan, lonjakan harga menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2020 telah diatasi melalui operasi pasar. Komoditas tomat sayur menjadi komoditas yang diprioritaskan.
Sebelumnya, November lalu, inflasi di Manado mencapai 3,3 persen, jauh di atas inflasi nasional sebesar 0,14 persen. Inflasi ini disebabkan oleh peningkatan harga tomat secara signifikan, dari kisaran Rp 3.000-Rp 5.000 per kg menjadi Rp 16.000-Rp 20.000 per kg. Ini merupakan dampak pembalikan harga setelah harga tomat mencapai titik terendahnya pada September.
Di lapangan, ternyata kami menemukan para spekulan yang mempermainkan harga.
”Di lapangan, ternyata kami menemukan para spekulan yang mempermainkan harga. Beberapa petani dan pedagang juga menjual tomat ke luar Sulut sehingga pasokan lokal kurang. Akhirnya, kami harus memanipulasi pasar,” kata Ronny.
Selama pekan pertama Desember 2019, pihaknya menyediakan sekitar 8 ton tomat yang dijual di Pasar Bersehati dan Pasar Pinasungkulan, dua pasar besar di ibu kota Sulut itu. Tomat dibeli dari petani dengan harga Rp 8.000 per kg dan dijual ke konsumen dengan harga yang sama. Pemprov, kata Ronny, tidak merugi.
Hasilnya, harga tomat pun bisa ditekan. Yasin Gani, pedagang tomat dan cabai rawit di Pasar Bersehati, mengatakan, permainan pengepul dapat diatasi oleh langkah operasi pasar tersebut. Harga tomat pun dapat ditekan kembali ke kisaran Rp 3.000-Rp 5.000 per kg.
Yasin mengatakan, kebutuhan pasar itu sekitar 20 ton per hari, tapi pengepul bisa mengatur panen sehingga pasokan jadi cuma 6-7 ton per hari. ”Tapi, operasi pasar dari pemerintah sangat efektif,” katanya.
Ia menambahkan, harga cabai rawit yang sebelumnya mencapai Rp 60.000-Rp 70.000 per kg juga telah kembali normal menjadi Rp 20.000-Rp 36.000 per kg. Yasin pun meminta pemerintah terus memantau harga dan melaksanakan operasi pasar lagi saat harga naik secara berlebihan.
Seharusnya, ada kluster ketahanan pangan strategis untuk mengatur panen.
Ronny mengatakan, operasi pasar akan terus menjadi senjata andalan pemprov untuk mengatasi inflasi menjelang hari raya, termasuk Natal dan Tahun Baru. Gerak spekulan pasar yang semena-mena mengerem aliran pasokan hanya bisa diatasi dengan menggelontorkan pasokan tambahan dengan harga yang lebih murah.
Kepala Kantor Bank Indonesia Sulut Arbonas Hutabarat mengatakan, kenaikan harga ini juga dipengaruhi oleh pola tanam petani di Sulut. Jika ditanam bersamaan, pasokan akan melimpah dan habis pada saat yang bersamaan. ”Petani sama-sama menanam jika harga sedang tinggi, tapi saat harga jatuh mereka merasa susah. Ini siklus yang kami amati. Seharusnya, ada kluster ketahanan pangan strategis untuk mengatur panen,” katanya.
Sementara itu, Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mengunjungi Manado untuk menginspeksi dua pasar tradisional dan dua pasar modern secara mendadak. Menurut dia, stok barang-barang pokok yang dibutuhkan untuk perayaan akhir tahun, seperti beras, telur, tomat, cabai rawit, ayam, dan daging babi, telah terjamin.
”Saya mengapresiasi kerja teman-teman dari Pemprov Sulut, Pemkot Manado, Bulog (Badan Urusan Logistik), dan Bank Indonesia (BI) Sulut yang telah memastikan ketersediaan. Di masa-masa hari raya seperti ini, ketersediaan harus cukup, jangan sampai kurang,” kata Jerry.
Beberapa produk mengalami perubahan harga secara marginal. Ika (31), pedagang daging ayam, mengatakan, harga per kilogram daging ayam meningkat dari Rp 28.000 menjadi Rp 35.000. Sony (52), pedagang telur, mengatakan, harga per butir meningkat dari Rp 1.600 menjadi Rp 1.800. Adapun harga beras medium cenderung stabil pada kisaran Rp 9.000-Rp 11.000 per kg.
Jerry mengatakan, harga sudah relatif normal berkat operasi pasar. Ia menilai kenaikan harga menjelang hari raya seperti Natal dan Tahun Baru cukup wajar karena permintaan meningkat. ”Pasti ada naik dan turun. Kami harus terus berupaya agar kenaikan harga tidak terlalu tinggi. Soalnya, harga barang pokok bisa memengaruhi daya beli dan konsumsi masyarakat, bahkan tingkat kebahagiaan,” katanya.
Wakil Wali Kota Manado Mor Dominus Bastiaan juga menilai wajar fluktuasi harga di bulan-bulan tertentu menjelang hari raya. Menurut dia, kelancaran pasokan perlu dijaga agar harga tidak terlalu tinggi. ”Supply dan demand harus seimbang. Jangan sampai pasokan terlalu sedikit atau terlalu banyak agar masyarakat tidak terbebani dan pedagang tidak merugi,” katanya.
Mor menjamin, pihaknya akan terus memantau harga-harga di pasar. Operasi pasar akan dilaksanakan saat terjadi kenaikan harga secara drastis. ”Jika ada pengepul atau pedagang yang menimbun, laporkan kepada kami. Nanti akan kami tindak,” katanya.