Mengatasi stunting (tengkes) atau kekerdilan akibat kurang gizi kronis harus dilakukan komprehensif. Selain menjaga kondisi kesehatan dan asupan ibu hamil serta bayi sampai balita, sanitasi dan akses air bersih.
Oleh
NINA SUSILO
·2 menit baca
SEMARANG, KOMPAS - Mengatasi stunting (tengkes) atau kekerdilan akibat kurang gizi kronis harus dilakukan secara komprehensif. Selain menjaga kondisi kesehatan dan asupan ibu hamil serta bayi sampai balita, masalah sanitasi dan akses air bersih juga penting.
Masalahnya, belum semua warga Indonesia mendapatkan akses air bersih dan sanitasi yang layak. Di Kota Semarang, layanan air bersih sudah mencakup 82,89 persen, tetapi secara kesleuruhan di Jawa Tengah baru 69,95 persen. Secara nasional, akses air bersih malah baru 61,29 persen.
Masyarakat yang belum memiliki akses sanitasi layak di Kota Semarang juga masih ada sekitar 8,89 persen. Untuk mengatasinya, Pemerintah Kota Semarang mendorong pembangunan pengelolaan air limbah, pembangunan septictank baik individu dan bersama, dan pengelolaan sampah.
Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengecek upaya penanganan stunting di Jateng, sembari meninjau PDAM Tirta Moedal, Jumat (13/12/2019). Dalam kunjungan kerjanya ke Semarang, Wapres mendengarkan pemaparan Direktur Utama PDAM Tirta Moedal, Yudi Indarto mengenai proses pengolahan air bersih.
"Upaya pencegahan stunting terus dilakukan baik melalui aspek kesehatan maupun aspek nonkesehatan seperti air bersih dan sanitasi"
Menurut Yudi, pengolahan air di PDAM sudah mencapai kualitas air minum, tetapi sampai di rumah-rumah, ada penurunan kualitas. Dia menyebutnya sebagai ‘air bersih’ saja.
Pencegahan terus dijalankan
Mengenai masih tingginya stunting di Jateng, Wapres mengatakan upaya pencegahan stunting terus dilakukan baik melalui aspek kesehatan maupun aspek nonkesehatan seperti air bersih dan sanitasi.
“Di samping itu, pencegahan oleh orang tua terutama oleh ibu, penyuluhan sebelum dia menikah atau pranikah, sehingga (setelah) dia menikah tahu bagaimana menjaga bayinya supaya tidak terkena stunting, tapi lingkungan juga harus dibangun yaitu sanitasi dan air bersih, krn itu dua hal ini jadi sumber, bahkan perannya bisa sampai 70 persen,” tutur Wapres kepada wartawan.
“Di samping itu, pencegahan oleh orang tua terutama oleh ibu, penyuluhan sebelum dia menikah atau pranikah, sehingga (setelah) dia menikah tahu bagaimana menjaga bayinya supaya tidak terkena stunting, tapi lingkungan juga harus dibangun yaitu sanitasi dan air bersih, krn itu dua hal ini jadi sumber, bahkan perannya bisa sampai 70 persen”
Dalam hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2018, di Jawa Tengah masih ada 831.403 balita atau 31,2 persen yang stunting. Angka ini lebih besar ketimbang angka stunting nasional yakni 30,8 persen. Adapun di Semarang tercatat stunting masih 29,7 persen.
Kendati demikian, pemerintah daerah mengklaim angka berbeda. Dari operasi timbang tahun 2018, dari 99.139 balita, 2.708 orang stunting. Adapun tahun berikutnya, dari 92.804 balita, sebanyak 2.708 balita stunting. Intervensi dilakukan melalui pemberian suplemen zat besi, kalsium, serta pendampingan ibu hamil dan pemantauan pertumbuhan balita serta pemberian makanan tambahan.
Editor:
suhartono
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.