Institusi Keuangan Regional Berburu Bank Lokal untuk Segmen UMKM
Sejumlah institusi keuangan multinasional gencar berinvestasi dengan mengonsolidasikan sejumlah bank lokal. Setelah terkonsolidasi, mereka kemudian menjadikan segmentasi kredit UMKM sebagai bisnis inti.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah institusi keuangan multinasional gencar berinvestasi dengan mengonsolidasikan sejumlah bank lokal. Setelah terkonsolidasi, mereka kemudian menjadikan segmentasi kredit usaha mikro, kecil, dan menengah sebagai bisnis inti.
Pertumbuhan penyaluran kredit segmentasi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terhitung pesat dan konsisten dalam beberapa waktu terakhir. Kondisi ini membuat banyak perbankan tertarik untuk mendapatkan keuntungan dari segmentasi tersebut.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga semester I-2019 penyaluran kredit ke segmen ini tercatat Rp 1.101,77 triliun, tumbuh 11,56 persen dibandingkan dengan semester I-2018 senilai Rp 914,07 triliun.
Sejatinya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk telah menguasai segmentasi kredit UMKM. Hingga semester I-2019, penyaluran kredit UMKM BRI telah mencapai Rp 681,5 triliun. Apabila dibandingkan dengan data OJK, BRI telah menguasai 66,82 persen pangsa pasar kredit UMKM nasional.
Namun, kenyataan tersebut tidak melunturkan niat investor regional. Selain soal basis industri UMKM yang mumpuni di Tanah Air, pertumbuhan ekonomi di negara-negara Asia Tenggara, khususnya Indonesia, yang konsisten memang jadi daya tarik sendiri bagi investor.
Di akhir periode 2019, penandatanganan peralihan 89,12 persen saham PT Bank Permata Tbk ke Bangkok Bank Public Company Ltd telah dilakukan. Transaksi atas perpindahan saham ini bernilai 2,6 miliar dollar AS (Rp 37 triliun).
Sebanyak 44,56 persen saham Standard Chartered PLC dan 44,56 persen saham PT Astra International Tbk di Bank Permata telah diakuisisi dengan nilai 1,77 kali nilai buku berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2019.
Kepada Kompas, Presiden Direktur Bank Permata Ridha DM Wirakusumah, Kamis (12/12/2019), mengatakan, Bank Permata akan memanfaatkan keahlian serta jaringan luas Bangkok Bank dalam menggenjot segmentasi kredit UMKM.
Selain Bank Permata, PT Bank Industrial Bank of Korea (IBK) Indonesia Tbk yang merupakan penggabungan PT Bank Agris Tbk dengan PT Bank Mitraniaga Tbk juga telah menyatakan ambisi mereka untuk menjadi penyalur kredit UMKM nomor wahid di Tanah Air.
Dalam keterangan resminya, Senior Executive Vice President IBK Bank Oh Hyuk-soo menyampaikan, niat awal perusahaan sejak melakukan ekspansi di Indonesia pada 2017 adalah membidik bank-bank yang punya bisnis utama di segmen UMKM. Target ini sesuai dengan keahlian perusahaan di negara asal, Korea Selatan.
Adapun PT Bank Oke yang dimodali oleh Apro Financial yang juga berasal dari Korea Selatan mendapatkan izin OJK untuk menerbitkan produk merchant loan dan payroll loan yang bisa dimanfaatkan oleh para pelaku UMKM.
Pengamat perbankan Paul Sutaryono menilai, kemampuan investor dalam menyokong kemampuan penetrasi ke segmen UMKM menjadi kunci berhasil atau tidaknya bank-bank yang baru mendapatkan permodalan asing tersebut dalam perebutan ”kue” kredit UMKM.
”Pada umumnya, bank papan atas dan menengah kurang mampu menembus pasar segmen itu. Bahkan, masih sedikit bank kelompok BUKU 3 dan BUKU 4 yang sudah memenuhi minimal 20 persen kredit ke UMKM sesuai aturan OJK,” ujarnya.
Selain BRI, menurut Paul, bank kelompok BUKU 3 dengan modal inti Rp 5 triliun-Rp 30 triliun dengan bank kelompok BUKU 4 dengan modal inti di atas Rp 30 triliun lebih fokus untuk menggarap segmentasi kredit korporasi dan usaha besar.
Untuk saat ini, cara yang paling memungkinkan untuk ditempuh bank bermodal besar dalam memperlebar saluran pembiayaan UMKM adalah dengan meningkatkan kerja sama bisnis bersama bank perkreditan rakyat.
”Jadi, bank-bank yang baru mendapat suntikan modal dari investor bisa membagi margin dengan bank kecil. Selain itu, perusahaan-perusahaan tekfin (teknologi finansial) juga bisa dimanfaatkan,” ujar Paul.