Tujuh Staf Khusus Presiden Jokowi dari kalangan milenial sudah bertugas tak lama setelah diumumkan November lalu. Mereka menjadi teman berdiskusi sekaligus jembatan komunikasi Presiden dengan kaum milenial.
Oleh
Suhartono, Anita Yossihara
·6 menit baca
Awal Desember lalu, 12 orang dari 14 Staf Khusus Presiden Joko Widodo berfoto bersama di salah satu ruangan di Istana Merdeka, Jakarta. Mereka berpose, kompak menunjukkan simbol cinta atau ”hati jari” dengan menyilangkan jempol dan jari telunjuknya. Simbol yang tengah tren di tengah Hallyu, gelombang Korea
Hanya ada dua staf khusus (stafsus) yang tidak hadir saat itu karena tugas, yakni Ayu Kartika Dewi dan Anggit Nugroho. Itulah gaya para stafsus seusai rapat perdana yang dipimpin Presiden Joko Widodo. Sejak tujuh nama stafsus milenial diumumkan Presiden pada 21 November 2019 di teras Istana Merdeka, dan tujuh stafsus lainnya diumumkan lewat keterangan tertulis Juru Bicara Presiden Fadjroel Rahman, rapat perdana dengan Presiden baru saat itu digelar.
Tujuh stafsus milenial berusia 23-36 tahun itu terdiri dari tiga perempuan dan empat laki-laki. Mereka ialah Putri Indahsari Tanjung (CEO Creativepreneur Event Creator dan CBO Kreavi), Ayu Kartika Dewi (pendiri dan mentor SabangMerauke), dan Angkie Yudistia (pendiri Thisable Enterprise), Adamas Belva Syah Devara (pendiri sekaligus CEO Ruang Guru), Andi Taufan Garuda Putra (CEO PT Amartha), Gracia Billy Mambrasar (CEO Kitong Bisa), dan Aminuddin Ma’ruf (Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia 2014-2016).
Selain itu, Presiden juga mengangkat tujuh staf khusus yang lebih senior, yakni Fadjroel Rahman, Dini Purwono, Arif Budimanta, Sukardi Rinakit, Diaz Hendropriyono, Aminuddin Ma’ruf, dan Anggit Nugroho. AAGN Ari Dwipayana bertugas menjadi Koordinator Staf Khusus Presiden.
Rapat perdana sekitar satu jam yang berlangsung tertutup disebut-sebut berlangsung santai dan hangat meskipun topiknya cukup serius, soal masa depan bangsa. Topik yang dibahas beragam, dari ideologi Pancasila hingga program Kartu Pra Kerja yang pernah dijanjikan Presiden Jokowi dan Wapres Ma\'ruf Amin di Pemilu 2019.
Di meja panjang ruang tengah Istana Merdeka, Presiden Jokowi duduk di ujung selatan meja. ”Stafsus milenial duduk di sisi kiri Presiden, lalu di kanan yang ’kolonial’,” ujar Fadjroel seraya tertawa saat menyebut para stafsus senior dengan sebutan ”kolonial”, pekan lalu.
Fadjroel yang sejak awal pemerintahan Jokowi-Amin ditunjuk sebagai Staf Khusus Bidang Komunikasi menceritakan, saat rapat, Presiden Jokowi menyampaikan internalisasi Pancasila tak bisa lagi lewat Penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Untuk itu, Presiden Jokowi meminta masukan dari staf khusus soal cara-cara yang lebih kreatif karena sasaran internalisasi Pancasila nantinya generasi muda. Para stafsus muda lalu menyampaikan usulan strategi kekinian, termasuk membumikan Pancasila lewat media sosial. Usulan diterima Presiden Jokowi.
Presiden Jokowi kemudian merealisasikan ide itu. Sehari setelah rapat perdana dengan stafsus, Presiden menggelar Presidential Lecture di Istana Negara. Di situ, seperti usulan para stafsus milenial terkait Pancasila, Presiden Jokowi mengajak seluruh elemen bangsa mengisi media sosial dengan narasi Pancasila. Pasalnya, kata Presiden, 48 persen atau sekitar 129 juta penduduk Indonesia merupakan generasi muda. Sementara sarana komunikasi dan akses informasi yang paling banyak digunakan milenial adalah media sosial, layanan pesan instan, dan layanan video.
”Apa yang tadi disampaikan Presiden dalam Presidential Lecture tentang Pembumian Pancasila itu hasil usulan teman-teman muda. Kami tambahkan beberapa bagian saja,” tambah Fadjroel.
Saat Presiden Jokowi berkeliling Banten, dua stafsus, Billy dan Belva, turut diajak. Pada kunjungan lain, Presiden Jokowi mengajak dua stafsus milenial lainnya, yaitu Putri Indahsari dan Andi Taufan, ke Subang, Jawa Barat.
Mereka mendampingi Presiden Jokowi meninjau pembangunan Pelabuhan Patimban, menemui nasabah program Mekaar Binaan Permodalan Nasional Madani, dan memeriksa program Jaminan Kesehatan Nasional.
Presiden Jokowi menuturkan ingin memperlihatkan kondisi lapangan kepada stafsus agar mereka bisa memahami lapangan sebelum membuat terobosan-terobosan baru. ”Nah, nanti kalau lapangannya sudah dilihat, proses-proses berkaitan dengan apa yang bisa dikerjakan, misalnya sentuhan financial technology-nya, kemasan, desain, dan brand-nya seperti apa, itu yang mau dikerjakan,” tutur Presiden.
Sejak Orde Baru
Keberadaan stafsus sebenarnya sudah dimulai sejak era Presiden Soeharto, yang pernah menunjuk staf pribadi (spri) dan kemudian menjadi asisten pribadi (aspri). Waktu itu, selain Ali Moertopo, juga ada Soedjono Hoemardani. Setelah reformasi, Presiden BJ Habibie juga memiliki staf khusus.
Demikian pula di Era Presiden Abdurrahman Wahid. Namun, di era Presiden Megawati Soekanoputri, tak dikenal stafsus. Saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjabat, keberadaan stafsus mulai dilembagakan dan diatur dalam regulasi, yaitu Peraturan Presiden No 3 Tahun 2011 tentang Stafsus Presiden. Aturan ini kemudian beberapa kali direvisi, hingga sampai di era Presiden Jokowi.
Ketentuan terakhir adalah Perpres No 39 Tahun 2018 tentang Stafsus Presiden, yang mengatur jumlah stafsus yang diperbolehkan maksimal 15 orang. Perpres antara lain juga mengatur penugasan langsung dari Presiden di luar tugas kementerian dan instansi pemerintahan lainnya, juga hak dan kewajiban stafsus.
”Agar bekerja secara efektif dan betul-betul bisa melancarkan tugas-tugas kepresidenan, ke-14 stafsus dibagi menjadi tiga gugus tugas. Mereka bekerja dalam kesatuan tim. Jadi, keliru jika stafsus dinilai hanya hiasan,” ujar Ari Dwipayana.
Gugus tugas
Gugus tugas pertama adalah gugus tugas bidang komunikasi. Selain membantu Presiden Jokowi menyiapkan narasi, juga memperkuat komunikasi narasi Presiden ke publik. Fungsi-fungsi komunikasi publik ini dijalankan oleh Fadjroel untuk bidang politik dan pemerintahan, lalu Dini Purwono untuk bidang hukum. Sementara Angkie di bidang sosial, dan Arif Budimanta, bidang ekonomi.
Gugus tugas kedua diberi tugas menjalankan komunikasi dengan kelompok-kelompok strategis. Gugus tugas ini berfungsi sebagai jembatan komunikasi antara Presiden dan kelompok-kelompok strategis terkait posisi dan program-program strategis Presiden. Dalam gugus tugas ini, ada Sukardi, Diaz, dan Anggit.
Adapun gugus tugas terakhir ialah gugus tugas muda kalangan milenial. Namun, Aminudin juga mendapat tugas tambahan juga di gugus tugas kedua.
Angkie Yudistia mengatakan, Presiden Jokowi meminta gugus tugas muda menjadi teman diskusi tentang inovasi dalam berbagai hal, terutama hal-hal yang dibutuhkan pemerintah dalam menjalankan program pembangunannya. Mekanismenya, menurut Angkie, usulan bisa diminta oleh Presiden maupun inisiatif gugus tugas muda. Usulan tersebut disampaikan secara bersama atas nama gugus tugas muda. Untuk saat ini, Presiden telah meminta mereka untuk memberikan masukan tentang program Kartu Prakerja.
Karena hendak dijadikan sebagai teman diskusi, ruang kerja tujuh stafsus milenial itu tak boleh jauh dari Presiden. Presiden Jokowi sehari-hari berada di Istana Merdeka. Oleh karena itu, stafsus milenial mendapat ruang kerja di lantai enam Wisma Negara yang jaraknya berdekatan dengan Istana Merdeka. Sementara itu, stafsus lainnya yang lebih senior, kecuali Anggit, bekerja di Gedung Utama Sekretariat Negara dan gedung Setneg lainnya di Jalan Veteran III.
Sebagai teman diskusi Presiden dan jembatan dengan para milenal, para stafsus, terutama yang milenal, diharapkan benar-benar diberdayakan. Semoga.... (WAWAN H PRABOWO/NINA SUSILO/FX LAKSANA AS)