Belajar Tangguh dari Keterbatasan KRI Teluk Cirebon
Anak-anak penyandang disabilitas di Cirebon mengunjungi KRI Teluk Cirebon 543 di Pelabuhan Cirebon, Jawa Barat, Rabu (11/12/2019). Keterbatasan mereka tak bisa menghalangi keinginan belajar dari ketangguhan KRI ini.
Oleh
abdullah fikri ashri
·4 menit baca
Tatan Wira (13), difabel daksa, tersenyum saat digendong prajurit TNI Angkatan Laut ketika menapaki anak tangga KRI Teluk Cirebon 543 di Pelabuhan Cirebon, Jawa Barat, Rabu (11/12/2019). Keterbatasan kakinya tak bisa menghalangi dia menikmati dan belajar dari ketangguhan kapal perang Republik Indonesia itu.
Tatan tidak sendirian. Masih ada 19 anak difabel daksa dan rungu yang turut mengunjungi kapal buatan perusahaan galangan kapal di Jerman Timur pada 28 September 1979 itu. Para siswa Sekolah Luar Biasa Negeri Budi Utama Kota Cirebon itu datang bersama Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DSPPPA) Kota Cirebon. Mereka datang menggunakan bus khusus difabel. Debu batu bara dan terik matahari siang itu tidak menghalangi mata Tatan dan teman-temannya memandangi lekat megah KRI Teluk Cirebon 543.
Peristiwa itu tidak hanya langka untuk mereka. Sangat jarang kapal yang mampu mengangkut 7 tank dan 120 prajurit itu sandar di Cirebon. Kehadiran KRI Teluk Cirebon 543 kali ini dalam rangka acara bela negara yang digelar Pangkalan TNI Angkatan Laut Cirebon. Selama 9-11 Desember, kapal itu terbuka untuk publik, gratis.
Di atas kapal, Tatan mencoba beberapa perlengkapan kapal, seperti teropong, senjata, dan pakaian pemadam kebakaran. Kesempatan perdana itu pun diabadikan dengan foto bersama. ”Senjatanya berat banget,” ucap siswa kelas VI itu.
Selama di atas kapal, Tatan menggunakan kursi roda. Anggota TNI AL turut memandunya. Ketika tambang tebal melintang di depannya, anggota TNI mengangkat kursi rodanya. Sementara bagi difabel rungu, guru menerjemahkan penjelasan pemandu dalam bahasa isyarat.
”Senang banget. Dulu, cuma bisa liat kapal saja. Bapak tentara juga ramah sekali sama kami,” kata Tatan terbata-bata.
Menengok perlakuan para anggota TNI AL di KRI Teluk Cirebon, tekad Muhammad Higen Ramdani (15) semakin bulat menjadi tentara. ”Saya pengin jadi tentara supaya bisa berbakti kepada orangtua dan negeri. Walaupun saya serba kekurangan, saya pasti bisa kok melewati ini semua. Semangat terus,” ujar Higen, di atas kursi roda.
Higen dan Tatan pun berharap, keramahan itu tidak hanya ditemukan saat mengunjungi KRI Teluk Cirebon, tetapi juga di luar sana. ”Semoga Indonesia semakin inklusi bagi penyandang disabilitas,” ungkap Tatan, yang pandai bermain keyboard.
Harapan itu tidak berlebihan. Di Kota Cirebon saja, belum semua kantor pemerintah menyediakan jalur bagi difabel. Begitu pun trotoar yang belum ramah difabel. Trotoar umumnya masih diokupasi pedagang kaki lima.
”Sarana dan prasarana belum semua ramah penyandang disabilitas,” ucap Sekretaris DPPPA Kota Cirebon Dede Dahlia. Meskipun demikian, pihaknya berupaya memenuhi hak 1.328 penyandang disabilitas di Cirebon.
Di Kota Cirebon saja, belum semua kantor pemerintah menyediakan jalur bagi difabel. Begitu pun trotoar yang belum ramah difabel. Trotoar umumnya masih diokupasi oleh pedagang kaki lima
Program pemberdayaan difabel, seperti penyaluran penyandang disabilitas untuk bekerja di supermarket dan membuka usaha jahit-menjahit. Ada pula program ”Kula Eksis”, yakni Kelompok Warga Peduli Ekonomi Disabilitas.
Dalam program itu, penyandang disabilitas diberdayakan membuat aneka kue. ”Saya ikut memasarkannya,” kata Kepala DPPPA Kota Cirebon Iing Daiman sambil menunjukkan kue nastar dan kue kering lainnya di meja ruangannya.
Mengajak anak difabel mengunjungi KRI Teluk Cirebon 543 juga menjadi media agar mereka termotivasi. Sebelum itu, pihaknya juga beberapa kali mengajak penyandang disabilitas ke tempat wisata, seperti Goa Sunyaragi.
”Anak-anak sangat bersemangat melihat KRI ini. Sayangnya, jumlah yang ikut terbatas. Ini media bagi anak-anak untuk lebih mencintai Tanah Air,” ungkap Kepala SLBN Budi Utama Kota Cirebon Elis Kusdinar.
Komandan KRI Teluk Cirebon 543 Letnan Kolonel Krido Satrio mengatakan, kapal ini jadi didedikasi bangsa untuk Kapten Samadikun, Komandan KRI Gajah Mada, yang gugur dalam pertempuran dengan pasukan Belanda di perairan sekitar Cirebon.
”Letnan Satu Samadikun gugur pada 7 Januari 1947 dan tenggelam bersama KRI Gajah Mada,” kata Krido.
Untuk menghormati pejuang tersebut, pangkat Samadikun dinaikkan menjadi kapten. Kini, namanya juga abadi sebagai nama jalan di daerah pesisir yang jalannya menghitam karena batu bara.
Catatan pengabdiannya merentang panjang. Berbagai operasi keamanan dan keselamatan laut NKRI telah dijalankan KRI Teluk Cirebon. Termasuk dalam jajaran kapal amfibi, KRI tersebut bertugas mengangkut peralatan perang dan pasukan ke wilayah musuh atau yang berpotensi menjadi musuh.
Operasi Timor Leste dan masa Gerakan Aceh Merdeka merupakan sederet operasi yang sudah dilaksanakan. Saat gempa dan tsunami melanda Banten akhir Desember lalu, KRI Teluk Cirebon dengan 71 personelnya turut membantu korban. Sebanyak 437 korban meninggal dan belasan ribu luka-luka dalam kejadian tersebut.
Operasi Timor Leste dan masa Gerakan Aceh Merdeka merupakan sederet operasi yang sudah dilaksanakan. Saat gempa dan tsunami melanda Banten, akhir Desember lalu, KRI Teluk Cirebon dengan 71 personelnya turut membantu korban.
Meskipun usianya sudah 40 tahun lebih, Krido mengatakan, KRI Teluk Cirebon masih tangkas. ”Kapal ini dilengkapi penangkis udara, meriam kaliber 37 milimeter, dan rel bom laut. Jarak jangkaunya untuk penangkis serang udara hingga 3 kilometer,” ungkap Krido.
Menurut dia, idealnya, durabilitas kapal perang 30 tahun. Namun, dengan upaya modernisasi peralatan, KRI Teluk Cirebon 543 masih dapat dioperasikan. Kondisi kapal dengan berbagai kekurangannya, seperti anak-anak difabel, tetap bisa mengabdi kepada negeri. Di tengah usia yang tidak muda lagi, KRI Teluk Cirebon tetap tangguh memberikan contoh bagi Indonesia.
Komandan Lanal Cirebon Letkol Agung Nugroho mengatakan, kunjungan ke KRI Teluk Cirebon bertujuan untuk menggelorakan semangat siapa pun yang datang. Dia yakin, siapa saja bisa berpartisipasi dalam bela negara sesuai dengan bidangnya masing-masing. Tidak terkecuali anak-anak difabel yang siang itu mengunjungi KRI Teluk Cirebon.