Masyarakat adat bersama pemerintah daerah dan WWF Indonesia sepakat mengembangkan kawasan hutan Hotep di Kampung Sawesuma, Kabupaten Jayapura, Papua, sebagai destinasi ekowisata cenderawasih.
Oleh
FABIO COSTA
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS - Masyarakat adat bersama pemerintah daerah dan organisasi World Wide Fund for Nature (WWF) sepakat mengembangkan kawasan hutan Hotep di Kampung Sawesuma, Kabupaten Jayapura, Papua, sebagai destinasi ekowisata. Salah satu daya tarik utama hutan itu adalah konservasi burung cenderawasih secara alami.
Kesepakatan ini dicapai dalam rapat konsultasi publik antara Pemerintah Kabupaten Jayapura, tokoh adat Kampung Sawesuma, dan perwakilan WWF Indonesia Program Papua, di Sentani, Kabupaten Jayapura, Senin (16/12/2019).
Hal itu agar masyarakat pemilik hak ulayat dapat mengelola areal tersebut secara mandiri.
Dalam rapat itu, seluruh pihak menyepakati sejumlah poin penting, termasuk harus adanya regulasi berupa peraturan daerah (perda) untuk melindungi burung cenderawasih. Selain itu, perlu penetapan areal hutan Hotep di Sawesuma seluas sekitar 11.100 hektar sebagai habitat cenderawasih dan pengembangan program ekowisata. Penetapan habitat cenderawasih itu demi kemandirian pengelolaan areal tersebut oleh pemilik hak ulayat.
Poin selanjutnya adalah pemberian program penyadaran secara teratur kepada masyarakat tentang pentingnya perlindungan hutan, khususnya terkait perlindungan habitat cenderawasih, dan sebagai alternatif pengembangan ekonomi secara berkelanjutan.
Tokoh adat dari Sawesuma, Robi Digan, mengatakan, pihaknya berinisiatif mengembangkan ekowisata yang bisa dikelola oleh masyarakat adat. Salah satu tujuannya adalah supaya bisa menjaga kelestarian hutan.
Ia pun berharap adanya keterlibatan pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat terkait upaya mengatasi keterbatasan sarana infrastruktur, fasilitas, dan sumber daya manusia. Hal itu penting dalam menyiapkan destinasi ekowisata burung cenderawasih di Sawesuma.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jayapura Chris K Tokoro menyatakan, pemerintah daerah mendukung penuh upaya agar masyarakat bisa mengelola sumber daya alamnya dengan bertanggung jawab. Pemkab Jayapura juga akan berupaya mengurus status peralihan menjadi lahan konservasi, jika ada areal di Sawesuma yang masuk dalam kawasan izin investasi.
"Kami sangat berharap akan lahirnya Alek Waisimon baru. Alex telah sukses merintis destinasi ekowisata pemantauan burung cenderawasih di Distrik Nimbokrang," tutur Chris.
Peneliti Universitas Cenderawasih Hendra Mauri berpendapat, dari hasil penelitiannya dengan menggunakan analisis Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA), kawasan hutan Hotep di Sawesuma memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai destinasi ekowisata.
"Untuk membuat kawasan ini layak sebagai daerah tujuan ekowisata, maka perlu dilengkapi fasilitas pendukung, terutama akomodasi, sarana-prasarana penunjang seperti fasilitas kesehatan dan komunikasi, serta fasilitas penjernihan air," kata Hendra.
Direktur WWF Indonesia Program Papua Benja menyatakan kesiapannya untuk mendampingi warga dalam pengembangan ekowisata tersebut. Dari hasil survei WWF dan Universitas Cenderawasih, diketahui ada tujuh jenis burung cenderawasih yang hidup di kawasan hutan Sawesuma. Salah satu yang terkenal adalah cenderawasih towa cemerlang (Ptiloris magnificus).
"Salah satu upaya WWF dalam mendampingi masyarakat Sawesuma dengan melaksanakan survei lokasi sebelum ditetapkan sebagai kawasan ekowisata," kata Benja.