Kota Solo, Jawa Tengah, secara bertahap membenahi pelayanan publik dan sarana umumnya agar ramah terhadap kebutuhan difabel.
Oleh
Erwin Edhi Prasetya
·3 menit baca
Ketika masih banyak kota di Tanah Air yang seolah ”melupakan” penyandang disabilitas dalam perencanaan pembangunannya, Kota Solo, Jawa Tengah, mengambil langkah maju. Secara bertahap, kota yang terkenal akan keramahan masyarakatnya itu membenahi pelayanan publik dan sarana umumnya agar ramah pula terhadap kebutuhan difabel.
Sugian Noor (51) merasa lega bercampur gembira. Kini, ia nyaman jika memeriksakan kesehatan di Puskesmas Penumping, Kecamatan Laweyan, Solo. Gedung baru Puskesmas Penumping, yang diresmikan Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo pada Januari 2017, mulai ramah terhadap penyandang disabilitas.
Sekarang di gedung puskemas baru mulai turun dari becak sampai masuk ke dalam puskesmas sudah enak.
Sugian, yang sehari-hari menggunakan kursi roda akibat penyakit polio semasa kanak-kanak, kini dapat mengakses fasilitas penting itu tanpa harus kepayahan seperti dulu. ”Ketika masuk gedung Puskesmas Penumping, semua serba bisa diakses. Dulu, di gedung yang lama, kalau mau masuk tidak bisa lewat pintu depan karena tangga dan tidak ada ramp-nya,” ujarnya.
Karena kondisi itu, Sugian harus masuk lewat pintu samping yang diperuntukkan buat akses ambulans. ”Sekarang di gedung puskemas baru, mulai turun dari becak sampai masuk ke dalam puskesmas sudah enak,” katanya, Kamis (12/12/2019).
Di dalam Puskesmas Penumping itu juga disediakan deretan kursi prioritas yang diberi tulisan dan tanda khusus untuk lanjut usia, penyandang disabilitas, wanita hamil, dan ibu membawa bayi. Tak hanya puskesmas, kantor Kecamatan Laweyan dan gedung-gedung pemerintahan Kota Solo di kompleks Balai Kota Solo juga dilengkapi ramp sehingga memudahkannya mengakses layanan publik.
”Dulu, ketika kantor Kecamatan Laweyan masih belum ramah difabel, saat saya datang ada empat orang mengangkat saya agar bisa masuk ke dalam kantor kecamatan,” kata Sugian yang sehari-hari bekerja sebagai guru honorer mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan di Yayasan Pendidikan Anak Cacat (YPAC) Solo.
Sugian juga bungah ketika suatu hari berkunjung ke Pasar Tanggul, Solo. Tak cuma dilengkapi ramp bagi penyandang disabilitas di pintu masuk, di bagian dalam pasar tradisional itu bahkan dilengkapi travelator atau ramp berjalan untuk menuju ke lantai dua. ”Fasilitas ini sangat membantu difabel, apalagi travelatornya itu landai,” katanya.
Pelayanan yang ramah difabel juga dirasakan penyandang tunarungu, Aprilian Bima Purnanta, mahasiswa semester IX Program Studi Seni Murni Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Sebelas Maret (UNS). Hal itu dirasakannya saat periksa kesehatan di Puskesmas Sibela.
Selain disediakan kursi-kursi prioritas bagi penyandang disabilitas, puskesmas itu juga menyiapkan loket prioritas. Namun, Bima mengakui masih mengalami kendala berkomunikasi dengan tenaga kesehatan. ”Saya pakai tulisan tangan untuk berkomunikasi,” katanya dalam bahasa isyarat yang diterjemahkan fasilitator.
Koordinator Program Pusat Pengembangan dan Pelatihan Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (PPRBM) Solo Christian Pramudya menyebutkan, meski memiliki program yang berpihak terhadap penyandang disabilitas, Pemkot Solo masih memiliki sejumlah pekerjaan rumah. Di bidang infrastruktur, misalnya, belum semua trotoar ramah bagi difabel.
Masih ada trotoar-trotoar yang digunakan pedagang kaki lima berjualan sehingga menyulitkan penyandang disabilitas. Selain itu, juga ada kontraktor yang membangun trotoar tidak memahami fungsi blok penuntun bagi tunanetra sehingga salah dalam memasangnya.
”Dari sisi pemberdayaan ekonomi, sudah banyak yang dilakukan Pemkot Solo, misalnya pelatihan keterampilan kerja. Balai Latihan Kerja Solo juga terbuka bagi teman-teman difabel,” kata Christian.
Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo mengatakan, Pemkot Solo akan terus memenuhi dan meningkatkan pelayanan publik yang ramah kepada penyandang disabilitas. Secara bertahap, infrastuktur umum dibangun ramah bagi difabel. Dia mencontohkan, pembangunan proyek jembatan penyeberangan di depan RSUD Dr Moewardi yang dilengkapi lift bagi penyandang disabilitas.
Dari sisi nonfisik, Pemkot Solo juga akan mengembangkan layanan jemput bola bagi penyandang disabilitas yang ingin mendapatkan pelayanan kependudukan dan catatan sipil. Petugas lapangan akan mendatangi rumah penyandang disabilitas. ”Ke depan, setiap pelayanan masyarakat akan kian ramah difabel,” katanya.