Sambutan Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, saat peringatan Hari Guru 2019, memberi banyak harapan bagi pengembangan pendidikan anak-anak kita ke depan. Mas Menteri mencoba merefleksikan situasi pendidikan di Indonesia saat ini dan memberikan poin-poin penting.
Kalau saya ringkas, intinya Menteri Pendidikan ingin mengubah situasi pendidikan di Indonesia, dengan memberi kemerdekaan dalam proses belajar-mengajar, baik bagi guru maupun muridnya. Pidato singkat dan lugas dari Menteri Pendidikan itu akan besar dampaknya bagi para pemangku kepentingan pendidikan, dari murid, orangtua, guru, hingga kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga dan masyarakat.
Selama ini beban guru dan siswa terlalu berat, dengan kurikulum yang sangat padat dan administrasi yang menyita waktu. Akibatnya, pendidikan menjadi suatu aktivitas yang tidak menyenangkan. Orangtua pun menjadi terbebani ketika harus mendampingi belajar anaknya, selain biaya sekolah dan buku yang ganti tiap tahun.
Murid lelah dan bosan dengan bentuk pembelajaran yang begitu-begitu saja dari zaman dulu. Sudah dipelajari dengan susah payah, ternyata tidak sesuai dengan realitas. Zaman sudah berubah, pendidikan harus bergerak menghadapi Revolusi Industri 4.0, yang didominasi oleh elektronik internet of things. Anak didik tidak hanya harus mumpuni berkomunikasi dengan manusia, tetapi juga harus terampil berkomunikasi dengan mesin.
Oleh karena itu, cetak biru pendidikan di Indonesia harus segera dirumuskan oleh Mas Menteri dan timnya. Saya menangkap dengan baik visi Presiden Jokowi yang perlu dijabarkan dan nantinya diimplementasikan oleh Mas Nadiem, yaitu membangun kompetensi SDM yang berdaya saing menuju Indonesia Emas 2045.
Mas Menteri yang terhormat, pembelajaran harus dimulai dari bentuk nyata berupa pengalaman empiris sehingga abstraksi murid terbentuk secara bebas. Inilah sebenarnya arti kemerdekaan belajar yang kita semua harapkan. Selamat mengemban tugas berat dan mulia untuk Mas Nadiem Makarim.
FX Siswo Murdwiyono Madrid-Kota Wisata, Gunung Putri, Kabupaten Bogor
Negara Perlu Hadir
Saya pemegang polis di Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912. Sebagai pegawai negeri, nilai polis saya cukup besar, Rp 100 juta. Uang itu berasal dari uang pensiun ditambah tabungan sendiri untuk bekal menghadapi pensiun. Saya pensiun sejak 2014.
Jatuh tempo polis saya tahun 2023. Terus terang saya khawatir sekali, apakah polis saya bisa cair nanti? Menurut saya, negara wajib hadir, entah lewat lembaga apa, untuk melindungi kepentingan jutaan warga pemegang polis, termasuk saya.
Edi Subroto Gayam, Sukoharjo
Terima Kasih Harian ”Kompas”
Membaca Tajuk Rencana harian Kompas (Kamis, 28/11/2019) berjudul ”Anak Jalanan Juga Warga Negara”, saya mengucapkan terima kasih kepada Kompas karena telah mengupas dan menulis tentang perlakuan terhadap anak jalanan.
Mereka tidak hanya harus dilindungi dari kekerasan fisik, psikologis, ekonomi, seksual, tetapi menurut saya juga berhak mendapatkan imunisasi dasar lengkap untuk mencegah penyakit. Dari campak, polio, hingga hepatitis.
Survei dasar kami tentang imunisasi di kawasan kumuh DKI Jakarta menunjukkan, anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap tidak lebih dari 60 persen. Ini jauh dari harapan 80 persen (WHO, Unicef) atau 95 persen target Kementerian Kesehatan.
PS Manoempil Taman Meruya Ilir, Jakarta Barat