Pelatih renang nasional, David Armandoni, melirik sedikitnya lima perenang muda daerah untuk dibina di pelatnas. Pelatihan yang lebih baik harus segera diberikan agar para perenang dapat berkembang dengan maksimal.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menjelang berakhirnya Kejuaraan Renang Indonesia Terbuka (IOAC) 2019, 13-18 Desember 2019, tim pelatih pelatnas renang sudah mengantongi setidaknya lima nama perenang potensial. Para atlet itu perlu segera direkrut pelatnas agar mendapatkan standar latihan lebih baik dan berkembang sebagai atlet profesional.
Pelatih nasional renang asal Perancis, David Armandoni, yang ditemui di sela-sela perlombaan di Arena Akuatik Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Senayan, Jakarta, Senin (16/12/2019), mengatakan, ada lima perenang muda potensial yang terlihat dari hari pertama hingga keempat perlombaan. Dua di antaranya berasal dari Jawa Barat, yakni Adelia, perenang spesialis di gaya dada berusia 15 tahun, dan Reza Bayu Prasetyo (17), perenang spesialis gaya kupu-kupu.
Tiga lainnya berasal dari Jawa Timur, yakni perenang spesialis gaya dada Andi Muhammad Nuriska Febrianto (17) dan M Furqon Rolland B (17), serta perenang andal di gaya kupu-kupu, Nanda Wahyu Jendro Buono (19).
”Saya sudah pantau mereka sejak tiga bulan lalu. Mereka secara teknik sudah sangat baik. Sekarang, mereka hanya butuh sedikit pembenahan teknis untuk mencapai standar perenang-perenang nasional,” ujar Armandoni.
Selama ini, ketimpangan kualitas ataupun standar latihan antara pelatda dan pelatnas turut menghambat perkembangan atlet-atlet muda potensial di daerah.
Menurut Armandoni, untuk mengejar prestasi Singapura dan Vietnam, Indonesia harus fokus pada pembinaan perenang muda dan melakukan program jangka panjang tanpa putus. Adapun Singapura dan Vietnam memiliki stok perenang muda yang sangat banyak sehingga mereka bisa terus melanjutkan prestasi tanpa henti. Ketika senior mereka mulai turun, para perenang muda yang jadi pelapis sudah siap menggantikan tongkat estafet prestasi.
Jika tidak segera berbenah dari sekarang, prestasi renang Indonesia terancam di masa mendatang. Apalagi sejumlah perenang Indonesia sudah memasuki usia pensiun, seperti perenang spesialis gaya punggung Glenn Victor Sutanto yang sudah 30 tahun dan perenang spesialis gaya bebas putri Ressa Kania Dewi yang berusia 25 tahun. Dalam renang, batas usia prestasi perenang putra adalah 30 tahun dan perenang putri umumnya pada 24-25 tahun.
”Mereka sampai sekarang masih yang terbaik di Indonesia. Tetapi, usia mereka sudah masuk batas pensiun sehingga harus segera dicari penggantinya agar roda prestasi berlanjut di nomor-nomor itu,” katanya.
Armandoni menambahkan, induk cabang atau pemerintah juga patut membenahi standar pelatih di daerah. Sekarang, masih ada pelatih daerah yang berparadigma latihan harus keras dari usia muda. Padahal, perenang muda usia 10-12 tahun tidak boleh dilatih keras untuk mengejar prestasi di usia dini. Mereka cukup berlatih teknik dengan baik secara berkelanjutan. Nanti pada usia 16-18 tahun, baru mereka dilatih keras untuk mengejar prestasi.
”Menurut program pengembangan atlet jangka panjang, kalau atlet dipaksa berlatih keras sejak usia 10-12 tahun, mereka memang akan cepat berkembang, tetapi cepat pula berakhir perkembangannya. Pada usia 18 tahun, mereka akan stop. Sebab, mental dan fisik mereka sudah lelah sejak usia muda,” tuturnya.
Dominasi
Sejauh ini, perenang pelatnas masih sangat mendominasi kejuaraan tahunan tersebut. Perenang putri Azzahra Permatahani misalnya. Sejauh ini, dia sudah meraih empat emas di kategori kelompok umur di bawah 18 tahun dan empat emas serta satu perak di kategori terbuka.
Azzahra yang masih berusia 17 tahun menuturkan, memang terjadi ketimpangan standar latihan di daerah dan pelatnas. Selama di daerah, ia merasakan latihan lebih banyak sporadis, tetapi kurang memperhatikan teknik. Sejak dirinya masuk pelatnas di usia 14 tahun pada 2016, latihan lebih fokus ke teknik.
Di sisi lain, latihan daya tahan di luar kolam pun sangat tinggi, seperti latihan kekuatan inti tubuh dan latihan kebugaran. Hal itu sangat membantu dirinya memperbaiki catatan waktu.
”Saya rasa atlet-atlet muda potensial di daerah harus cepat ditarik pelatnas agar mereka bisa cepat pula meningkatkan kualitasnya,” ujar Azzahra.
Nuriska mengutarakan, berada di pelatnas membuat perenang mendapatkan jam terbang perlombaan internasional lebih sering. Hal itu membuat perenang pelatnas memiliki mental bertanding lebih baik sehingga bisa mendominasi di setiap perlombaan nasional.
”Tetapi, standar masuk pelatnas juga sulit. Sejauh ini, federasi hanya melihat capaian prestasi saja. Kalau sudah pernah juara, baru dilirik. Padahal yang menang saat ini masih tetap atlet pelatnas. Sebaiknya federasi tak hanya melihat prestasi, tapi juga teknik,” katanya.
Fasilitas minim
Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PRSI Papua Samuel Bernard Tanalepy mengatakan, hambatan di daerah adalah fasilitas yang minim. Di Papua hanya ada satu kolam renang standar Olimpiade. Fasilitas itu milik PT Freeport Indonesia di Timika dan tidak terbuka untuk umum.
Kolam renang lainnya tidak berstandar Olimpiade, yakni kedalaman minimal 1,8 meter. Kolam yang ada umumnya berkedalaman 1,5 meter dan tidak memiliki sirkulasi air yang baik. Hal itu berpengaruh negatif terhadap performa atlet, setidaknya membuat berenang lebih berat dan pandangan terbatas.
Kolam tidak standar itu hanya ada lima di Papua, yakni di Jayapura, Nabire, Fakfak, Wamena, dan Merauke. ”Kami sebenarnya punya sembilan pelatih bersertifikat. Namun, sulit bagi mereka untuk membina, karena tidak ada fasilitas memadai di Papua,” tuturnya.
Karena itu, lanjut Samuel, Papua belum punya bibit perenang unggul untuk PON Papua 2020 walaupun banyak SDM Papua punya postur bagus dan daya tahan tinggi. Mereka merekrut perenang pelatnas, Farrel Armandio Tangkas, dari Jawa Barat ke Papua.
”Tak hanya mengejar prestasi, kehadiran Farrel juga untuk memotivasi anak-anak Papua agar mau total berlatih renang. Farrel jadi contoh kalau latihan dengan baik dan benar maka prestasi akan datang. Itu juga diharapkan membuka mata pemerintah untuk membangun fasilitas renang lebih baik di sana,” katanya.