Publik global menantikan detail isi kesepakatan tahap pertama Amerika Serikat-China. Jalan menuju kesepakatan penuh masih panjang.
Oleh
BENNY DWI KOESTANTO
·3 menit baca
WASHINGTON, MINGGU —Otoritas AS mengakui, kesepakatan perdagangan tahap pertama yang dicapai dengan China akhir pekan lalu adalah sesuatu yang luar biasa. Namun, diingatkan bahwa kesepakatan itu tidak serta-merta akan langsung menyelesaikan masalah yang memicu perang dagang di antara kedua negara.
”Hal ini bukan semata tentang pertanian dan pembelian- pembelian lainnya,” kata Robert Lighthizer, Perwakilan Dagang AS, dalam wawancara dengan media CBS. ”Jalan pemikiran tentang kesepakatan itu adalah mengenai langkah pertama (kami) dalam upaya mengintegrasikan dua sistem yang sangat berbeda guna mencapai kondisi saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.”
Reaksi beragam ditunjukkan sejumlah kalangan, terutama dari para ekonom dan analis pasar keuangan, atas kesepakatan itu. Mereka umumnya menantikan detail isi kesepakatan. Dari detail kesepakatan itu, akan terlihat jenis dan efeknya bagi kedua belah pihak.
Pakar China, Scott Kennedy, mengatakan, biaya perang dagang sejauh ini telah sangat besar. Sebaliknya, manfaatnya nyaris tidak ada dan bersifat sementara saja. Hal senada diungkapkan ekonom Mary Lovely. Menurut dia, keuntungan atau manfaat dari kesepakatan tahap pertama itu belum mampu sepenuhnya mengompensasi kerugian pada petani dan pelaku bisnis AS.
Bursa-bursa saham di Asia dan Eropa pada awal pekan ini bergerak variatif. Para analis juga mengaku melihat para pelaku pasar masih menunggu detail sekaligus perkembangan terbaru antara di kedua negara yang memiliki perekonomian terbesar di dunia itu.
Indeks Hang Seng di Hong Kong ditutup turun 0,65 persen, seiring dengan penurunan pada indeks saham di pasar modal Tokyo 0,3 persen. Namun, indeks-indeks saham di Eropa menanjak pada awal perdagangan seiring dengan menghijaunya future bursa saham Wall Street.
Sejumlah aspek
Perjanjian fase pertama yang diumumkan pada Jumat (13/12/2019) pekan lalu mencakup sejumlah aspek, yakni hal-hal yang berhubungan dengan perlindungan kekayaan intelektual, teknologi, mata uang, dan jasa keuangan.
Lighthizer mengungkapkan, tambahan 50 miliar dollar AS berupa pembelian produk pertanian AS oleh China dijabarkan tertulis dalam perjanjian itu. China juga berkomitmen meningkatkan pembelian minimal 200 miliar dollar AS selama dua tahun mendatang. Hal itu mencakup produk manufaktur, pertanian, produsen energi, dan penyedia layanan.
Ekspor AS ke China akan berlipat dua pada tahun berikutnya dan hampir tiga kali lipat pada tahun setelahnya jika perjanjian itu benar-benar ditandatangani. Pada 2017, sebelum perang dagang AS-China terjadi, Washington mengekspor sekitar 120 miliar dollar AS barang-barang ke China.
Perjanjian tahap pertama itu masih sedang diterjemahkan dan belum ditandatangani. Lighthizer tidak memberikan informasi soal tanggal penandatanganan itu. Dia hanya berharap penandatanganan terjadi awal Januari mendatang. ”Ini sepenuhnya bakal dilaksanakan,” katanya.
Industri dan ritel naik
Sementara itu, sejumlah data yang dirilis Beijing awal pekan ini menunjukkan sejumlah sektor di China membaik. Produksi industri China pada November dilaporkan naik 6,2 persen secara tahunan dari 4,7 persen pada bulan sebelumnya.
Penjualan ritel pada November juga naik 8,0 persen dari 7,2 persen pada Oktober ketimbang periode yang sama pada tahun sebelumnya. Para analis yang disurvei Bloomberg memperkirakan pertumbuhan produksi industri hanya 5,0 persen, sedangkan penjualan ritel 7,6 persen.