Penyandang Disabilitas di Garis Depan Layanan Perusahaan
Meski dalam kondisi berbeda, penyandang disabilitas mampu berada di garis depan layanan perusahaan. Mereka bekerja selayaknya pekerja lain dan mampu menjadi tulang punggung produktivitas perusahaan.
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah perusahaan mempekerjakan penyandang disabilitas di garda terdepan perusahaan untuk melayani dan berinterakasi secara langsung dengan pelanggan. Di luar dugaan kebanyakan orang, penyandang tunarungu ternyata mampu berkomunikasi dengan orang normal.
Padahal, mereka memiliki keterbatasan dalam mendengar dan berbicara. Kondisi ini tidak membatasi mereka memberdayakan diri sebagaimana pekerja pada umumnya.
Di toko baju dan aksesori H&M Indonesia yang terletak di AEON Mall BSD City, Tangerang, Banten, ada sepuluh penyandang tunarungu yang mengikuti pelatihan menjadi penasihat penjualan (sales advisor) sejak Oktober 2019. Mereka dilatih dengan langsung ditempatkan di toko itu dan bekerja seperti sales advisor lain. Selama pelatihan, selain melayani kebutuhan dan menjawab pertanyaan pelanggan, mereka juga mengelola stok barang dan memastikan toko dalam kondisi rapi.
Kompas mencoba berinteraksi dengan sales advisor tunarungu pada Rabu (11/12/2019) di toko tersebut. Mereka mengenakan pakaian hitam dan mengenakan kartu nama yang dipasang dengan pin baju bertulisan ”Hi! I’m hearing-impaired, but I can read your lips.” (Halo, saya tunarungu, tetapi saya bisa membaca gerakan bibir Anda).
Baca juga : Kiprah Pendukung Penyandang Disabilitas
Apabila ingin bertanya dengan sales advisor tunarungu, mereka harus dicolek terlebih dahulu karena tidak mendengar ketika dipanggil. Mereka mengerti apa yang dikatakan pelanggan dengan membaca gerakan bibirnya. Ada juga sebagian tunarungu yang mengenakan alat pembantu pendengaran telinga. Pertanyaan atau kebutuhan pelanggan bisa dimengerti tanpa masalah meskipun kadang memerlukan waktu.
Apabila pelanggan berbicara terlalu cepat, mereka mengatakan, ”Maaf. Saya tuli. Pelan-pelan.” Beberapa pelanggan pun kebingungan ketika berhadapan dengan mereka karena tidak tahu mereka tuli atau tidak pernah berinteraksi dengan orang tuli. Pin baju yang menandakan sales advisor itu tunarungu memang kecil dan tidak mencolok mata. Ketika komunikasi antara sales advisor tunarungu dan pelanggan mandek, akan ada sales advisor lain yang datang untuk membantu.
Kemampuan sales advisor tunarungu menjawab pelanggan berbeda-beda. Mereka mengerti dan bisa bicara bahasa Indonesia. Tetapi, karena tidak bisa mendengar, cara mereka mengartikulasi kata kadang kurang jelas dan tepat. Meskipun demikian, kata-kata umum dan simpel yang mereka sampaikan biasanya bisa dimengerti.
Masyarakat antusias
Maya, sales advisor H&M Indonesia, menceritakan, interaksi antara karyawan normal dan tunarungu berlangsung tanpa masalah. Seiring dengan waktu, ia semakin bisa mengerti apa yang disampaikan karyawan tunarungu. Tidak perlu waktu lama untuk bisa terbiasa berinteraksi dengan penyandang tunarungu.
”Komunikasi dengan mereka (tunarungu) lancar saja, kecuali ketika mereka menggunakan bahasa tubuh (isyarat). Perlu satu minggu kira-kira untuk terbiasa dengan cara mereka berkomunikasi,” kata Maya.
Baca juga : Data Disabilitas yang Membingungkan
Menurut dia, performa kerja tunarungu tidak berbeda dibanding orang normal. Mereka mampu bekerja secara rapi dan tidak mudah mengeluh. ”Saya respect karena mereka ada kemauan dan kemampuan untuk bekerja. Reaksi customer juga bagus. Ada yang antusias dan mengatakan bisa menerima disabilitas itu hebat,” tambah Maya.
Egy, sales advisor tunarungu H&M Indonesia, merasa senang dan suka bekerja di sana. Ia mampu berkomunikasi dengan karyawan dan pelanggan nondisabilitas tanpa masalah. Pelanggan juga bersedia untuk bicara pelan-pelan kepadanya. ”Tapi, kadang enggak ngerti. Jadi, (kita komunikasi dengan menulis) pakai buku note ini,” katanya sambil mengeluarkan buku catatan kecil dari saku celananya.
Diversifikasi profesi
Pada kesempatan berbeda, Fanny Evrita, Talent Acquisition Executive dari Thisable Enterprise, berupaya mengidentifikasi jenis pekerjaan lain yang mampu dilaksanakan kaum disabilitas. Thisable Enterprise adalah sebuah organisasi sosial yang didirikan Angkie Yudistia (penyandang tunarungu yang kini menjabat sebagai Staf Khusus Presiden) yang mengevaluasi, melatih, dan menyediakan tenaga kerja disabilitas kepada perusahaan yang merekrut.
Sebelumnya, penyandang tunanetra lebih sering direkrut untuk jenis pekerjaan di belakang layar atau back office, seperti operator call center, telemarketing, atau admin media sosial. Sekarang, Fanny berharap, penyandang disabilitas itu juga bisa direkrut untuk melakukan pekerjaan front office atau di garda depan, seperti sales advisor di H&M Indonesia.
Baca juga : Mempersoalkan ”Disabilitas” dan ”Difabel”
”Kami masih mapping kemampuan penyandang disabilitas dan mendiversifikasi jenis pekerjaan yang mereka bisa lakukan. Kita tempatkan mereka sesuai kompetensi dan kapasitas masing-masing,” ujar Fanny, pekan lalu. Thisable Enterprise menyediakan 10 tenaga kerja tunarungu kepada H&M Indonesia setelah melalui proses evaluasi kemampuan dan wawancara.
Sebelum H&M Indonesia, Thisable Enterprise menempatkan 260 penyandang disabilitas untuk bekerja sebagai mitra Go-Life, layanan pemesanan pijat, perawatan rumah, mobil, dan lainnya yang disediakan aplikasi Go-Jek. Ada penyandang tunanetra yang bekerja sebagai mitra Go-Life tukang pijat dan ada penyandang tunarungu yang bekerja sebagai ahli perawatan dan pemeliharaan rumah dan mobil atau motor.
”Awalnya Go-Life kurang percaya dan hanya merekrut 10 penyandang disabilitas. Sebanyak 7 di antaranya resign. Sekarang ketiga orang yang masih bertahan itu menjadi supervisor trainee. Dari ketiga orang itu, jadilah 260 mitra disabilitas Go-Life sekarang. Ketika ada role model, banyak yang mau ikut dari belakang karena mareka ada panutannya,” tutur Fanny.
Tidak hanya Go-Life atau Go-Jek. Saingannya, Grab, juga sudah menerima 90 penyandang tunarungu hingga awal Desember 2019 untuk bekerja sebagai mitra pengemudi kendaraan roda empat dan roda dua di Jakarta, Bandung, Medan, dan Surabaya. Adapun sejumlah kafe memperkerjakan penyandang tunarungu sebagai barista, seperti Sunyi House of Coffee and Hope dan Kopi Tuli.