Tidak seperti sebelum-sebelumnya, persaingan juara di Liga Italia musim ini berlangsung sengit. Tiga tim, yaitu Juventus, Inter Milan, dan Lazio, berpeluang menjadi ”juara” musim dingin.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
FIRENZE, SENIN — Memasuki musim dingin, persaingan menjadi juara di Liga Italia justru semakin memanas. Dua kuda pacu, Juventus dan Inter Milan, bersaing sengit di puncak liga itu di tengah usikan tim kuda hitam yang tidak bisa diremehkan, Lazio.
Persaingan di puncak klasemen Liga Italia kembali terbuka, bahkan semakin sengit, menyusul tertahannya Inter Milan 1-1 dari tuan rumah Fiorentina pada laga pekan ke-16, Senin (16/12/2019) dini hari WIB. Akibat hasil imbang itu, koleksi poin Inter di puncak, yaitu 39, disamai rivalnya, Juventus. Sebelumnya, Juve menang 3-1 atas Udinese.
Bagi Inter, yang telah satu dekade berpuasa scudetto alias gelar juara Liga Italia, hasil itu mengecewakan. Mereka gagal menjauhi Juve setelah rivalnya itu sempat kehilangan lima poin dari tiga laga terakhirnya, termasuk dibekap Lazio pekan lalu. Nyaris serupa Juve, Inter kehilangan empat poin di dua laga terakhirnya, yaitu ditahan Fiorentina dan AS Roma.
”Kami kurang bagus mengoptimalkan peluang yang banyak kami ciptakan. Mungkin ini akibat kelelahan. Kami menjalani tujuh laga hanya dalam 21 hari. Di periode itu, Lautaro (Martinez) dan (Romelu) Lukaku rutin bermain,” ujar Pelatih Inter Milan Antonio Conte.
Di kubu lainnya, Pelatih Juventus Maurizio Sarri tampak lega menyusul kemenangan 3-1 timnya atas Udinese, Minggu malam. Kemenangan itu menjadi respons positif Juve seusai berturut-turut ditahan Sassuolo 2-2 dan dibekap Lazio 1-3 di Liga Italia.
”Untuk kali pertama seusai tampil di Liga Champions, kami sungguh-sungguh menyerang lawan,” ujar Sarri.
Pada laga itu, Sarri nekat memainkan tiga penyerangnya, Cristiano Ronaldo, Gonzalo Higuain, dan Paulo Dybala, untuk pertama kalinya sejak menit pertama. Trisula maut Juve itu bekerja dengan baik, dibuktikan lewat dua gol yang disumbangkan Ronaldo.
Paling konsisten
Torehan dua gol itu sekaligus membuat Ronaldo menorehkan rekor baru, yaitu sebagai penyerang terkonsisten di Eropa dalam 15 tahun terakhir.
Ronaldo, yang telah mengemas 11 gol di berbagai kompetisi musim ini, menjadi satu-satunya pemain yang rutin mencetak minimal 10 gol per musim selama satu setengah dekade.
”Bagi saya, hal lebih penting adalah performa kolektif, bukan individu. Kami harus senantiasa tampil dengan penuh percaya diri,” ujar Ronaldo seperti dikutip Football-Italia.
Dengan tiga laga tersisa hingga akhir paruh pertama Liga Italia, baik Inter maupun Juve memiliki peluang identik untuk menjadi juara musim dingin. Di tiga laga ke depan, Inter berturut-turut akan menghadapi Genoa, Napoli, dan Atalanta.
Baik Napoli maupun Atalanta tidak bisa disepelekan. Napoli tengah berbenah bersama pelatih barunya, Gennaro Gattuso, sementara Atalanta tengah membidik posisi empat besar di klasemen.
Setali tiga uang, perjalanan Juve menuju singgasana juara musim dingin bakal tidak mudah. Mereka berturut-turut harus menghadapi Sampdoria, Cagliari, dan AS Roma. Jadwal mereka kian padat dengan hadirnya laga Piala Super Italia kontra Lazio di Arab Saudi, akhir pekan ini. Laga balas dendam kontra Lazio itu bisa mengusik konsentrasi mereka di liga.
Sugesti paruh musim
Meskipun tidak sepenuhnya menjamin scudetto, status gelar juara musim dingin bisa memberikan sugesti dan kepercayaan diri bagi peraihnya. Sejarah menunjukkan, delapan dari sepuluh juara musim dingin terakhir finis sebagai kampiun pada akhir musim Liga Italia. Dua pengecualian terjadi pada musim 2015-2016 dan 2017-2018. Ketika itu, Napoli dua kali disalip Juve menjelang garis finis meski sempat menjadi juara paruh musim.
Berbeda dengan musim lalu, persaingan di Liga Italia kali ini sangat sengit dan sulit diprediksi. Juve, penguasa Liga Italia di delapan musim terakhir, tengah bertransisi bersama pelatih barunya, Sarri. Perubahan total gaya karakter bermain dari Sarri dan pendahulunya, Massimiliano Allegri, membuat proses adaptasi di Juve itu sedikit berjalan lebih lama.
”Si Nyonya Besar” pun tidak lagi mampu berlari kencang seperti tahun lalu, yaitu unggul telak sembilan poin menjelang paruh musim.
Sebaliknya, kehadiran Conte di Inter terbukti mampu menyuntikkan gairah baru di tim asal Milan itu. Sepanjang musim ini, mereka baru sekali kalah, yaitu dari Juve, di Liga Italia. Jika mampu mengatasi masalah cedera pemain, mereka berpeluang besar menjadi juara musim dingin, predikat yang terakhir kalinya diraih satu dekade lalu, yaitu saat masih diasuh Pelatih Jose Mourinho.
Namun, jika kedua unggulan itu lengah, Lazio berpeluang menggusur Juve dan Inter dari puncak klasemen. Jika mampu menang atas Cagliari, Selasa (17/12/2019) dini hari WIB, tim ibu kota Italia itu akan memangkas selisih poin dari Juve dan Inter menjadi hanya tiga poin. Lazio merupakan salah satu kuda hitam paling disegani di Italia saat ini.
Mereka memiliki sejumlah pemain tangguh, seperti gelandang Milinkovic Savic dan striker Ciro Immobile yang telah mengemas 17 gol dari 15 laga. Selain itu, mereka juga ditangani pelatih berbakat yang sempat dikaitkan dengan Juve awal musim ini, Simone Inzaghi.
”Kami harus senantiasa tampil bagus untuk bisa setara Juve dan Inter, apa pun sulitnya situasi,” ujar Inzaghi berikhtiar. (AFP/Reuters)