Banjir akibat luapan Sungai Citarum melumpuhkan sejumlah akses di kawasan Bandung Raya. Puluhan ribu warga pun terdampak bencana yang terus berulang ini.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Sungai Citarum meluap setelah hujan melanda kawasan Bandung Raya, Jawa Barat, Selasa (17/12/2019) malam. Banjir tersebut merendam setidaknya tujuh kecamatan. Selain itu, beberapa genangan banjir juga memutus Jalan Raya Banjaran sebagai akses utama Kabupaten Bandung. Puluhan ribu warga pun terdampak bencana yang terus berulang ini.
Daerah terdampak banjir tersebut masuk ke kawasan aliran utama Sungai Citarum dan beberapa cabang sungai, seperti Kecamatan Majalaya, Bojongsoang, Ciparay, Baleendah, Katapang, Cileunyi, dan Dayeuhkolot. Korban yang terdata oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung, banjir kali ini berdampak langsung pada 25.000 jiwa.
Beberapa sepeda motor bisa melewati banjir, tetapi kebanyakan terhenti di tengah banjir akibat mogok.
Hingga Rabu siang, ruas Jalan Raya Banjaran tidak bisa dilewati kendaraan roda dua dan empat. Di beberapa lokasi, tinggi permukaan genangan lebih dari 1 meter sehingga sebagian warga memilih menggunakan jasa perahu atau delman. Banyak pula yang memilih berjalan kaki.
Beberapa sepeda motor bisa melewati banjir, tetapi kebanyakan terhenti di tengah banjir akibat mogok. Sebagian besar warga yang melintasi jalan utama tersebut adalah karyawan pabrik di kawasan Palasari, Kabupaten Bandung, hingga Jalan Moh Toha, Kota Bandung.
Selain Jalan Raya Banjaran, banjir juga menutupi akses lainnya, seperti Jalan Anggadireja, Jalan Siliwangi, dan Jalan Katapang-Andir di Kecamatan Baleendah sejak Selasa pukul 20.00.
Selain itu, kecamatan lain seperti di Jalan Raya Ciparay-Majalaya di Cidawolong, Kecamatan Majalaya, juga tidak bisa dilintasi akibat banjir yang meluap dari saluran air yang bersumber dari anak-anak Sungai Citarum.
Wiwi Ginarti (35), warga Jatimekar, Kecamatan Cipendeuy, terpaksa menggunakan jasa delman saat melintasi Jalan Raya Banjaran menuju pabrik tempatnya bekerja. Sebelumnya, Wiwi mendapatkan informasi dari rekan kerjanya bahwa banjir telah memutus akses sejak Selasa malam.
Oleh karena itu, dia memilih menggunakan kendaraan umum sehingga menambah waktu tempuh 30 menit lebih lama. ”Masuk kerja pukul 8.00. Jadi, saya berangkat dari rumah pukul 06.00. Mau tidak mau lewat jalan ini karena lewat jalan lain bisa lebih macet,” tuturnya.
Asep (47), warga RT 001 RW 009 Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, berujar, dirinya bersama empat anggota keluarga lainnya mulai memindahkan barang-barang di rumah sejak Selasa sore. ”Banjir sudah mulai datang, kami bersiap dulu. Sudah seperti rutinitas meski kami lelah,” ujarnya.
Sekretaris BPBD Kabupaten Bandung Agus Mulya menjelaskan, banjir berdampak pada lebih kurang 25.000 jiwa dan lebih dari 9.000 rumah di beberapa kecamatan, yaitu Dayeuhkolot, Baleendah, Bojongsoang, Katapang, dan Cileunyi. Ketinggian air bervariasi berkisar 40-150 sentimeter.
Agus menuturkan, sebagian warga mulai mengungsi ke tempat-tempat yang dinyatakan aman, antara lain Posko Banjir Gedung Inkanas dan Aula Desa Dayeuhkolot. Berdasarkan data terakhir yang diterima sekitar pukul 15.00, total warga yang mengungsi mencapai 209 jiwa.
”Kami akan terus melakukan pendataan korban terdampak. Selain itu, masyarakat juga diminta waspada karena potensi banjir masih besar,” ucap Agus.