BNNP DKI: 59 Persen Pengguna Narkoba adalah Kelas Pekerja
Dari 654 kawasan rawan narkoba di Indonesia, 117 kawasan ada di Jakarta. Sebanyak 59 persen pengguna narkoba adalah kalangan pekerja.
Oleh
Irene Sarwindaningrum/J Galuh Bimantara
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 117 kawasan di 81 kelurahan di DKI Jakarta teridentifikasi rawan narkoba. Kawasan rawan ini dipetakan dari tingginya pengguna ataupun peredaran narkotika dari kasus-kasus yang pernah ditangani kepolisian dan analisis Badan Narkotika Nasional Provinsi DKI Jakarta.
Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) DKI Jakarta Brigadir Jenderal (Pol) Tagam Sinaga mengatakan, saat ini di seluruh Indonesia ada 654 kawasan rawan narkoba. Dari jumlah itu, 117 kawasan ada di DKI. Dalam satu kelurahan di Jakarta, bisa ada tiga kawasan rawan penggunaan serta peredaran narkotika dan obat-obat terlarang alias narkoba.
Jumlah ini terbagi di Jakarta Timur 29 kawasan, Jakarta Pusat 21 titik, Jakarta Utara 17 titik, Jakarta Barat 12 titik, dan Jakarta Selatan 2 kawasan. ”Penggunaan terbanyak ganja, kedua sabu-sabu,” katanya seusai peresmian kantor baru BNNP DKI, Selasa (17/12/2019).
Menurut Tagam, karakteristik kawasan rawan itu beraneka ragam, tak lagi terpisah antara kalangan menengah ke atas dan menengah ke bawah.
Menurut hasil penelitian, pengguna terbanyak sekitar 59 persen adalah kalangan pekerja, 24 persen kalangan pelajar, dan 17 persen penganggur. Tingginya jumlah kawasan rawan narkoba di DKI ini menunjukkan perlunya antisipasi dan rehabilitasi dari segala bidang dan lembaga.
Tagam mengatakan, tempat-tempat hiburan umumnya bukan tempat peredaran terutama karena ketatnya peraturan dan hukum yang diterapkan pemerintah daerah dan juga aparat keamanan. Kendati demikian, razia narkotika di tempat hiburan kerap menemukan pengguna zat-zat pembuat ketagihan serta berefek buruk bagi kesehatan itu.
Diberhentikan
BNNP DKI Jakarta mengapresiasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang mencabut penghargaan Anugerah Adikarya Wisata terhadap diskotek Colloseum. Sikap ini dinilai sebagai dukungan pencegahan penggunaan dan peredaran narkotika. ”Kami memberikan rekomendasi kepada DKI, apa saja temuan kami di sana. Pencabutan ini artinya rekomendasi kami dihargai,” katanya.
Buntut pemberian penghargaan itu, Inspektorat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memeriksa proses pemberian penghargaan. Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Alberto Ali pun diberhentikan sementara.
”Semua yang terkait pemberian penghargaan prosesnya akan kami mintai keterangan,” kata Kepala Inspektorat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Michael Rolandi.
Anugerah Adikarya Wisata adalah penghargaan untuk bidang usaha wisata dari Pemprov DKI yang digelar dua tahun sekali. Terdapat sekitar 31 kategori dalam anugerah ini, mulai dari restoran, akomodasi, spa, kelab dan diskotek, bar dan lounge, maskapai penerbangan, hingga jasa pariwisata. Penilaian ajang anugerah ini meliputi tertib administrasi, kinerja, dan kontribusi pada pariwisata.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, semangat DKI adalah membangun pariwisata yang maju dan dalam koridor hukum berlaku. Ia menilai, ada kelalaian dalam kasus Colloseum karena laporan temuan pengunjung positif narkotika dikirimkan pada Oktober, tetapi pada Desember penghargaan diberikan.
Dari Singapura
Sementara itu, anggota Kepolisian Resor Metropolitan Jakarta Utara mengungkap penyimpanan 2 kilogram sabu di Hotel GB, Jakarta Pusat, dan meringkus dua tersangka terkait kasus ini. Pengendali diduga berada di Singapura dan berkomunikasi dengan saudaranya di Jakarta, WL, salah satu tersangka. Satu tersangka lain berinisial AP.
”Menurut keterangan WL, saudaranya berada di negara Singapura, kemudian proses pengirimannya (sabu) melalui jalur laut,” ujar Kepala Polres Metro Jakarta Utara Komisaris Besar Budhi Herdi Susianto, dalam konferensi pers, kemarin.
Hingga kini, polisi masih mendalami peran saudara WL dan kemungkinan keterlibatan pihak lain. Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, WL dan AP mengaku bahwa ini merupakan upaya kedua dalam menyelundupkan sabu di Jakarta.
AP yang seorang penganggur mengatakan, saat pertama mengantar sabu, bobot barang sekitar 1 kilogram. Ia mengambilnya di daerah Jakarta Barat dari WL. Setelah menerima paket, ia menyalurkan lagi ke pihak lain. ”Saya dapat Rp 7 juta sekali kerja,” ucapnya.
Adapun WL mengatakan mendapatkan barang melalui pengiriman dengan jasa ojek daring. Ia bisa mendapatkan upah Rp 10 juta per pengantaran.