Negosiasi Jepang-Korsel Diperkirakan Berjalan Lambat
Jepang dan Korea Selatan (Korsel) terus menunjukkan itikad bernegosiasi untuk menyelesaikan perseteruan antara kedua negara itu. Namun, proses negosiasi antara Tokyo dan Seoul diperkirakan akan berjalan lambat.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
TOKYO, RABU — Jepang dan Korea Selatan (Korsel) terus menunjukkan itikad bernegosiasi untuk menyelesaikan perseteruan antara kedua negara itu. Namun, proses negosiasi antara Tokyo dan Seoul diperkirakan akan berjalan lambat.
”Kami tengah mengatur pertemuan antara Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in. Keduanya akan bertemu di sela-sela konferensi tingkat tinggi antara ketiga negara bersama China pada pekan depan,” kata Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga, Rabu (18/12/2019).
Hubungan antara Tokyo dan Seoul memburuk sejak Mahkamah Agung Korsel pada 2018 memerintahkan perusahaan Jepang memberikan kompensasi kepada para pekerja pada masa Perang Dunia II. Jepang menganggap permasalahan yang terjadi antara kedua negara di masa lalu telah diselesaikan dalam perjanjian yang dibuat pada 1965.
Pertikaian antara kedua negara meluas ke bidang perdagangan dan keamanan. Jepang memberlakukan pengetatan ekspor material penting bagi industri elektronik Korsel.
Regulasi tersebut dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi Korsel. Belakangan, keduanya menunjukan sikap melunak dan keinginan bernegosiasi.
”Korea Selatan merupakan negara tetangga yang penting bagi Jepang. Hubungan antara Jepang dan Korea Selatan berada dalam situasi parah di berbagai bidang, tetapi akan kembali sehat jika Seoul menepati janjinya,” ujar Suga.
Kementerian Keuangan Jepang mencatat, ekspor dan impor turun pada November 2019 dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Penyebabnya, pelambatan ekonomi global dan perselisihan bidang perdagangan.
Jepang menderita defisit perdagangan 752 juta juta dollar AS. Data menunjukkan, ekspor turun 8 persen dan impor turun 16 persen. Ekspor ke Korsel, khususnya, turun hingga 17 persen.
Menurut Fitch Solutions Macro Research, boikot yang dilakukan warga Korsel terhadap produk dan jasa dari Jepang menyebabkan impor bir Jepang turun menjadi hanya 5.000 dollar AS pada September 2019. Jumlah itu turun dari 7 juta dollar AS pada periode yang sama tahun 2018.
Bertemu
Direktur Jenderal Departemen Kontrol Perdagangan Kementerian Perdagangan Jepang Yoichi Iida serta Dirjen Kebijakan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Industri, dan Energi Korsel, Lee Ho-hyeon bertemu di Tokyo, Senin (16/12/2019). Ini merupakan pertemuan pertama sejak Jepang memberlakukan pengetatan ekspor material untuk perangkat elektronik ke Korsel pada Juli 2019.
Agenda utama pertemuan adalah membahas pengetatan ekspor oleh Jepang dan penghapusan Jepang dari daftar jalur perdagangan cepat oleh Korut. Kedua pihak tidak berhasil menemukan titik terang. Akan tetapi, mereka sepakat untuk melanjutkan negosiasi.
”Kami menunggu penilaian komprehensif terlebih dulu,” ujar Suga, yang mengindikasikan negosiasi akan memakan waktu lama.
Sejumlah pejabat tinggi kedua negara menyambut baik pertemuan tersebut. Mereka, antara lain, adalah Menlu Korsel Kan Geun-wha, Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi, dan Menteri Perdagangan Jepang Hiroshi Kajiyama.
”Kami selangkah lebih maju… Kedua pihak setuju untuk melanjutkan dialog terkait kebijakan kontrol ekspor untuk menyelesaikan perbedaan yang ada. Kami berencana untuk menggelar pertemuan berikutnya di Seoul dalam waktu dekat,” kata Kajiyama. (REUTERS/AP)