Pekerja migran Indonesia diharapkan menjadi duta bela negara dan duta pariwisata di negara penempatan mereka bekerja. Hal ini penting karena mereka memiliki posisi strategis.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Pekerja migran Indonesia diharapkan menjadi duta bela negara dan duta pariwisata di negara penempatan mereka bekerja. Hal ini penting karena mereka memiliki posisi strategis.
Data Bank Dunia saat ini ada 9 juta pekerja migran Indonesia (PMI) yang bekerja di luar negeri. Dari data tersebut, 55 persen berada di Malaysia, 13 persen Arab Saudi, 10 persen China, dan sisanya tersebar di sejumlah negara.
Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengatakan, selama di luar negeri, para PMI bisa ikut menjaga Indonesia. Bagaimana para PMI bisa memperkenalkan ke mancanegara bahwa Indonesia merupakan negara besar, punya sumber daya alam melimpah, serta ber-Bhinneka Tunggal Ika dan memiliki Pancasila. Dengan kata lain, PMI menjadi jendela bagi dunia untuk melihat Indonesia.
”Duta bela negara maksudnya agar teman-teman pekerja migran kita bisa menjadi duta bagi negara, duta yang memiliki ideologi yang kuat dalam menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ujarnya.
Duta bela negara maksudnya agar teman-teman pekerja migran kita bisa menjadi duta bagi negara, duta yang memiliki ideologi yang kuat dalam menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ida mengatakan hal itu pada peringatan Hari Migran Internasional (Migrant Day) di GOR Vira Yudha Markas Divisi Infanteri (Divif) 2/Kostrad Malang, Jawa Timur, Rabu (18/12/2019) sore. Migrant Day dimaksudkan untuk menunjukkan komitmen pemerintah terkait perlindungan terhadap PMI dan keluarganya.
Turut hadir pada kesempatan ini di antaranya Wakil Menteri Pertahanan Sakti Wahyu Trenggono, Panglima Divif 2/Kostrad Mayor Jenderal Tri Yuniarto, Bupati Malang M Sanusi, dan Bupati Tulungagung Maryoto.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto tidak bisa hadir dan mengirim pesan video berisi imbauan agar mereka menjadi PMI yang baik. Prabowo juga mengingatkan berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 30 Ayat 1, tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
Migrant Day 2019 bertema ”PMI Sebagai Duta Bela Negara” diikuti sekitar 4.500 calon PMI dan mantan PMI dari sejumlah daerah. Selain itu ada 45 usaha mikro kecil dan menengah milik mantan PMI yang menjadi binaan Kementerian Tenaga Kerja dan dinas terkait yang menggelar bazar.
Menurut Ida, ada di antara PMI yang mulai tertarik dengan gagasan baru yang berbeda jauh dengan pengamalan keagamaan kita selama di Indonesia. Gagasan baru yang mengarah ke radikalisme. Ida pun mengajak para PMI untuk membentengi diri dan menolak gagasan-gagasan seperti itu.
”Jadi, mulai diperkenalkan dengan ideologi baru. Mulai ada yang diperkenalkan dengan Pancasila tidak lagi menjadi dasar hidup yang baik bagi kita. Pancasila tidak cocok, yang cocok adalah khilafah, misalnya,” katanya.
Menurut Ida, untuk mewujudkan duta bela negara, dalam event kali ini, pihaknya menandatangani nota kesepahaman (MOU) dengan Kementerian Pertahanan. Nantinya, satu hal yang akan dilakukan untuk mewujudkan duta bela negara adalah melalui tambahan bekal orientasi tentang ideologi kebangsaan kepada calon PMI. Dengan begitu mereka akan memiliki bekal ideologi yang kuat saat berangkat ke luar negeri.
Adapun terkait duta wisata, Kementerian Ketenagakerjaan akan menjalin MOU dengan Kementerian Pariwisata. Harapannya, nantinya PMI bisa menceritakan kepada warga asing di negara tempat bekerja tentang obyek wisata yang ada di Indonesia, salah satunya melalui aplikasi di telepon seluler masing-masing.
Sakti Wahyu Tranggono berpesan agar PMI menunjukkan perilaku simpatik di mana pun mereka bekerja. Karena perilaku simpatik juga bagian dari bela negara. ”Pelajari lingkungan di mana Anda semua bekerja. Pelajari perilaku dan tata cara yang baik untuk kemudian bisa ditularkan di lingkungan tempat kita berada di Indonesia,” katanya.
Sementara itu, Nurhayati (38), calon PMI asal Banyuwangi, mengatakan siap menjadi duta bela negara di tempatnya bekerja. Ia juga mengaku sudah memiliki kompetensi yang disyaratkan. Menurut rencana, Nurhayati akan bekerja di sektor formal di Singapura. Sebelumnya, dia pernah bekerja enam tahun menjaga orang lanjut usia di Taiwan.