Qatar mengakui telah membuka lagi komunikasi dengan Arab Saudi dan sekutunya di Timur Tengah dan Afrika Utara. Selama 2,5 tahun terakhir, Arab Saudi dan sekutunya memboikot dan mengucilkan Qatar.
Oleh
kris mada
·2 menit baca
DOHA, SELASA — Qatar mengakui telah membuka lagi komunikasi dengan Arab Saudi dan sekutunya di Timur Tengah dan Afrika Utara. Selama 2,5 tahun terakhir, Arab Saudi dan sekutunya memboikot dan mengucilkan Qatar.
”Kami telah memecah kebuntuan dan mulai berkomunikasi dengan Saudi. Kami ingin memahami tuntutannya. Kami akan mempelajari dan menilai dulu, lalu mencari solusi yang bisa melindungi dari potensi krisis di masa depan,” kata Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani kepada CNN.
Wawancara itu direkam pada Minggu (15/12/2019) dan disiarkan Senin waktu Washington atau Selasa WIB.
Dalam daftar tuntutan Riyadh kepada Doha, antara lain, ada permintaan untuk menutup pangkalan militer Turki di Qatar, menutup kantor berita Aljazeera, mengurangi hubungan dengan Turki dan Iran, serta memutuskan hubungan dengan Ikhwanul Muslimin.
Riyadh menetapkan Ikhwanul Muslimin, yang kuat di Turki dan memiliki anggotanya di Qatar, sebagai kelompok teror. Sementara Aljazeera dinilai Riyadh sebagai corong propaganda anti-Saudi.
Selama 2,5 tahun terakhir, Riyadh dan para sekutunya memblokade Qatar. Mereka melarang ruang udara dan lautnya dilewati pesawat serta kapal Qatar.
Sejumlah diplomat di Timur Tengah menyebutkan, Qatar meminta blokade darat, laut, dan udara diakhiri. Doha ingin pesawatnya bisa terbang di ruang udara Saudi dan para sekutunya.
Selama ini, di tengah tekanan Riyadh dan sekutunya, Doha merapat ke Ankara dan Teheran. Ankara mengirimkan tentara dan aneka persenjataan untuk ditempatkan di Qatar. Turki juga memasok aneka bahan pangan hingga air untuk Qatar.
Kedekatan Doha dengan Teheran memusingkan Amerika Serikat yang bersekutu dengan Qatar dan Arab Saudi. Kala sejumlah kilang Arab Saudi diserang pada September 2019, Riyadh dan Washington menuding Teheran berperan. Teheran membantah tudingan itu.
Selepas serangan tersebut, upaya normalisasi hubungan Qatar-Arab Saudi semakin kencang. Doha belum sigap menanggapi permintaan itu. Terutama karena tuntutan mengurangi hubungan dengan Iran dan Turki.
”Negara mana pun yang terbuka dan membantu kami selama krisis, kami akan tetap berterima kasih kepada mereka. Kami tidak akan berpaling dari mereka,” kata Al-Thani. (REUTERS)