Salurkan Kredit UMKM, Perbankan Intip Kanal Tekfin
Perbankan mulai membidik akses yang dimiliki perusahaan teknologi finansial (tekfin) untuk memperkuat penyaluran kredit segmen mikro, kecil, dan menengah.
Oleh
DIMAS WARADITYA NUGRAHA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perbankan mulai membidik akses yang dimiliki perusahaan teknologi finansial untuk memperkuat penyaluran kredit segmen mikro, kecil, dan menengah. Kecepatan dan kemudahan proses peminjaman membuat pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM nyaman mencari pendanaan melalui teknologi finansial.
Sepanjang 2019, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menjalin kerja sama dengan tiga perusahaan penyelenggara bisnis keuangan berbasis teknologi finansial (tekfin). Ketiga perusahaan, yakni KoinWorks, Amartha, dan Investree, digandeng untuk menggenjot pertumbuhan penyaluran kredit UMKM.
”Tahun depan kita ingin genjot pertumbuhan kredit UMKM, salah satu caranya memperluas kanal, termasuk kanal digital dari tekfin,” ujar Senior EVP Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri Aquarius Rudianto saat menandatangani perjanjian kerja sama dengan Investree di Jakarta, Rabu (18/12/2019).
Hingga triwulan III-2019, Bank Mandiri tercatat telah menyalurkan kredit mencapai Rp 842 triliun. Dari jumlah tersebut, porsi untuk UMKM mencapai 24 persen atau sekitar Rp 202 triliun. Rasio tersebut telah memenuhi batas minimal rasio penyaluran kredit UMKM perbankan yang diwajibkan Bank Indonesia sebesar 20 persen.
Aquarius mengatakan, komitmen Bank Mandiri untuk menyalurkan kredit melalui kanal Investree mencapai Rp 200 miliar. Secara total, Mandiri berkomitmen untuk menyalurkan kredit melalui kanal tekfin mencapai Rp 500 triliun.
Dengan menggandeng industri tekfin untuk menyalurkan kredit UMKM, Aquarius optimistis pertumbuhan kredit untuk segmen UMKM pada 2020 dapat sesuai dengan proyeksi pertumbuhan kredit Bank Mandiri di kisaran 10 persen-12 persen.
”Sejauh ini, kualitas kredit yang disalurkan melalui tekfin masih bagus. Rasio kredit macet masih nol persen. Sangat mungkin jika tahun depan kami akan tambah saluran tekfin,” ujarnya.
Pekan lalu, PT BRI Syariah menandatangani nota kesepahaman dengan Investree untuk salurkan kredit UMKM. Direktur Bisnis Ritel BRI Syariah Fidri Arnaldy menyatakan, tujuan kerja sama untuk memberikan kecepatan, kemudahan, dan kenyamanan bagi pelaku UMKM dalam mengakses pembiayaan.
Pada tahap awal, ujar Fidri, plafon yang disiapkan BRI Syariah untuk disalurkan lewat kanal Investree mencapai Rp 50 miliar. Jika kerja sama tersebut berjalan dengan baik, nilainya akan kembali ditingkatkan.
”BRI Syariah akan tetap menjadi penentu penyaluran pembiayaan sebagai lender institusi. Sistem pricing yang digunakan juga mengikuti BRI Syariah,” ucapnya.
Tujuan kerja sama tersebut, lanjut Fidri, untuk memberikan kecepatan, kemudahan, dan kenyamanan bagi pelaku UKM guna mengakses pembiayaan. Di samping itu, dengan kerja sama ini, BRI Syariah akan memperkuat ekosistem syariah menuju digital.
Sementara itu, Kepala Grup Digital Innovation Solution PT Bank Central Asia Tbk Jayaprawirya Diah mengatakan, perusahaan telah melihat ada banyak peluang pembiayaan dan layanan finansial di sejumlah sektor yang selama ini belum terjamah.
”BCA juga membuka peluang pembiayaan nasabah di sektor-sektor yang selama ini jarang diperhatikan perusahaan, seperti sektor pertanian atau perkebunan,” ujarnya.
Peluang tersebut terbuka lantaran ada usaha rintisan (start up) tekfin yang mengikuti program akselerasi internal BCA bertajuk SYNRGY. Ke depan, lanjut Jayaprawirya, BCA akan menggencarkan kolaborasi dengan usaha rintisan tekfin untuk menggarap potensi segmentasi kredit UMKM.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, rendahnya aksesibilitas pelaku UMKM terhadap layanan jasa keuangan perbankan menyisakan selisih pembiayaan hingga Rp 1.000 triliun yang belum teroptimalkan. Industri tekfin dinilai memiliki peran besar untuk mengoptimalkan celah tersebut.