Flamengo berpeluang membawa pulang trofi Piala Dunia Antarklub kembali ke Brasil. Sang pelatih, Jorge Jesus, pun bersiap menghadapi laga final terpenting dalam kariernya.
Oleh
D HERPIN DEWANTO PUTRO
·3 menit baca
DOHA, RABU - Klub-klub Brasil sempat mendominasi ajang Piala Dunia Antarklub ketika turnamen untuk mencari klub terbaik di dunia itu digelar mulai tahun 2000. Namun, ketika klub-klub Eropa mulai menunjukkan taringnya, dominasi Brasil memudar. Harapan untuk membangkitkan kejayaan Brasil saat ini berada di pundak Flamengo.
Juara Copa Libertadores 2019 ini lolos ke final Piala Dunia Antarklub untuk pertama kalinya usai mengalahkan Al Hilal, 3-1, pada semifinal di Stadion Internasional Khalifa, Doha, Qatar, Rabu (18/12/2019) dini hari WIB. Pada final yang akan berlangsung, Minggu (22/12) pukul 00.30 WIB itu, Flamengo akan melawan Monterrey atau Liverpool yang berhadapan pada Kamis dini hari ini.
Flamengo tinggal selangkah membawa pulang trofi kembali ke negeri Samba. Mereka berpeluang menjadi klub Brasil keempat yang berhasil mengangkat trofi tersebut. Pada awal turnamen yang digelar di Brasil tahun 2000, final mempertemukan dua klub tuan rumah, yaitu Corinthians dan Vasco Da Gama. Corinthians memenangi laga itu.
Pada turnamen tahun 2005 dan 2006, trofi dikuasai klub Brasil, yaitu Sao Paolo (2005) dan Internacional (2006). Setelah itu, Brasil harus menunggu enam tahun hingga Corinthians kembali merebut gelar juara pada 2012.
Brasil menunggu tujuh tahun untuk kembali merebut trofi tersebut. Setelah Corinthians tidak mampu mempertahankan gelarnya, trofi Piala Dunia Antarklub dikuasai klub Eropa, terutama Spanyol. Dalam enam tahun terakhir, Real Madrid menjuarai turnamen ini empat kali, serta Barcelona dan Bayern Muenchen masing-masing sekali.
Karena itu, pelatih Flamengo Jorge Jesus menganggap laga final sebagai laga terpenting dalam kariernya. ”Kami saat ini sudah berada di level yang lebih tinggi. Kami merupakan tim yang kuat secara mental maupun fisik,” ujar Jesus dikutip Globo.
Pernyataan Jesus relevan dengan aksi heroik yang mereka tunjukkan saat merebut tiket ke final itu. Mereka sempat tertinggal 0-1 ketika Al Hilal mencetak gol lebih dulu melalui Salem Al Dawsari. Namun, Jesus merupakan pelatih yang cerdik dan kemudian membuat perubahan besar pada babak kedua.
Setelah mengubah formasi, Flamengo tampil lebih efektif dan bisa membalikkan keadaan. Gol Flamengo tercipta menit ke-49 melalui Giorgian De Arrascaeta. Bruno Henrique kemudian menambah keunggulan menit ke-78 dan membuat pemain Al Hilal, Ali Albulayhi, melakukan gol bunuh diri.
”Sebagai pelatih, anda harus selalu waspada dan saya melihat bagaimana lawan bermain. Lalu pada babak kedua, kami tampil lebih bagus,” kata Jesus. Ia juga menegaskan, Flamengo tidak akan pernah memainkan sistem yang kaku. Kebetulan empat pemain Flamengo di lini depan mampu bermain secara dinamis.
Jesus menyadari, Liverpool menjadi favorit juara. ”Saya tidak bisa memilih lawan. Saya tidak peduli,” ujarnya.
Sebaliknya, pelatih Al Hilal, Razvan Lucescu, merasakan kekecewaan terbesarnya karena tidak mampu mempertahankan tekanan yang sudah dilakukan pada babak pertama. “Saya pikir hal terpenting dalam laga ini adalah ketika kami tidak mampu mencetak gol lagi. Saya kecewa tetapi juga bangga melihat penampilan pada babak pertama,” katanya. (AFP/REUTERS)