Siasat Menjaga Performa Atlet Saat Kekosongan Pelatnas
Untuk menyiasati kekosongan pemusatan latihan nasional karena anggaran belum pasti, para atlet renang dan loncat indah nasional akan menjalani pemusatan latihan dan mengikuti kejuaraan di luar negeri atas biaya daerah.
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Untuk menjaga penampilan dan motivasi lomba, atlet-atlet renang dan loncat indah nasional dijadwalkan mengikuti pemusatan latihan dan kejuaraan di luar negeri pada awal 2020. Program ini dilakukan bekerja sama dengan pemusatan latihan daerah mengingat pemusatan latihan nasional belum dimulai.
Pelatih renang Indonesia David Armandoni mengatakan, setelah Kejuaraan Akuatik Indonesia Terbuka 2019, sejumlah atlet dijadwalkan akan berlatih dan menjalani uji perlombaan di Paris, Perancis.
”Saya ingin mereka melanjutkan latihan dan menjaga motivasi berlomba. Setelah SEA Games 2019, latihan tidak boleh terputus,” ujarnya di Jakarta, Kamis (19/12/2019).
David mengatakan, atlet-atlet yang akan berlatih di Perancis antara lain Aflah Fadlan Prawira, Anandia Treciel Vanessae Evato, Nurul Fajar Fitriyanti, dan Azzahra Permatahani. Program dilakukan dengan dukungan dari daerah masing-masing sebagai bagian persiapan Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2020.
”Sampai sekarang belum ada kejelasan kapan pelatnas dimulai, atau apa program-program pelatnas. Tetapi, menurut saya, latihan atlet tidak boleh berhenti. Saya sudah berbicara dengan federasi dan mereka mendukung atlet berlatih di luar negeri selama program ini baik untuk atlet. Provinsi juga mau mendukung untuk pembiayaan atlet-atlet,” ujar David.
Menurut David, program training camp dan uji perlombaan di luar negeri dibutuhkan karena atlet-atlet elite seharusnya berkompetisi pada level yang lebih tinggi. Untuk bersaing di level nasional, atlet-atlet sudah mendominasi sehingga membuat catatan waktu atlet tidak terlalu berkembang.
”Berlomba di luar negeri membuat mereka bisa cepat beradaptasi dengan situasi lomba. Atlet juga bertemu dengan perenang baru dari luar negeri sehingga ada lawan yang harus dihadapi,” kata David.
Azzahra mengakui sangat membutuhkan uji perlombaan ke luar negeri.
”Dengan ikut kejuaraan, saya bisa melihat lawan seperti apa. Di luar negeri, atlet berenang lebih baik, persiapan lebih baik, jadi saya bisa belajar lebih banyak dari mereka,” ujarnya.
Loncat indah
Tim loncat indah Indonesia juga berencana mengirim tiga atlet pelatnas Tri Anggoro Priambodo, Adityo Putra, dan Andriyan, untuk mengikuti kejuaraan FINA Diving World Cup 2020 pada April di Tokyo, Jepang, dan FINA Grand Prix pada Juli di Bolzano, Italia.
Keberangkatan atlet dalam kejuaraan yang termasuk kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020 ini akan didukung KONI DKI Jakarta.
Ini bukan pertama kalinya DKI mendukung atlet mengikuti kejuaraan di luar negeri. Tahun ini, DKI Jakarta juga mendukung atlet mengikuti Kejuaraan Loncat Indah Asia di Malaysia.
Pelatih renang DKI Jakarta Pranarta mengatakan, perlombaan di Jepang dibutuhkan karena termasuk dalam kualifikasi Olimpiade.
”Berdasarkan nilai Asian Games, atlet kami punya peluang tampil di Olimpiade karena nilainya termasuk dalam peringkat ke-15 dunia,” kata Pranarta.
Ia merasa bangga karena tiga dari delapan atlet DKI merupakan atlet nasional yang dipilih mewakili Indonesia di SEA Games 2019. ”Memiliki atlet nasional merupakan kebanggaan sekaligus tantangan. Kami harus membuktikan bahwa atlet-atlet kami memang yang terbaik,” ujar Pranarta.
Meski diperkuat atlet nasional, Pranarta mengatakan, persiapan untuk PON Papua 2020 tidak bisa dilakukan setengah-setengah mengingat daerah-daerah lain pasti akan berjuang habis-habisan untuk mengalahkan DKI. Oleh karena itu, DKI berusaha mempersiapkan diri dengan mengikuti uji perlombaan ke luar negeri.
”DKI juga mendukung atlet dengan keberadaan pelatih asing, dan menerapkan ilmu keolahragaan seperti membuat program strengh and conditioning dan recovery,” ujarnya.