Wabah demam babi afrika (”african swine fewer”/ASF) yang menyerang ternak babi di Sumatera Utara terus menyebar dari 16 kabupaten/kota di Sumatera Utara, kini bertambah satu menjadi 17.
Oleh
AUFRIDA WISMI WARASTRI
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Wabah demam babi afrika (african swine fewer/ASF) yang menyerang ternak babi di Sumatera Utara terus menyebar. Jika sebelumnya demam babi afrika terjadi 16 kabupaten/kota di Sumatera Utara, kini bertambah satu menjadi 17 kabupaten/kota.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatera Utara Mulkan Harahap, Jumat (20/12/2019), mengatakan, kasus terakhir terjadi di Kabupaten Mandailing Natal. Ada enam babi yang diidentifikasi mati karena terkena demam babi afrika di satu desa, satu kecamatan. Kematian terjadi pada 12 Desember 2019.
Adapun jumlah babi yang mati, terhitung pada 19 Desember, mencapai 30.803 ekor. Angka itu diperkirakan akan terus meningkat karena virus masih belum tertangani. ”Batas wilayah sulit kami pantau,” kata Mulkan.
Hingga Jumat, Mulkan mengatakan, pihaknya belum menerima Surat Keputusan Menteri Pertanian tentang Pernyataan Wabah Penyakit Demam Babi Afrika di Beberapa Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Belum adanya surat resmi itu membuat langkah yang akan dilakukan terbatas.
Meski demikian, pihaknya telah menerima bantuan dari pemerintah pusat bersumber dari dana Rp 5 miliar untuk penanganan wabah. Bantuan berupa desinfektan berikut peralatan penanganan wabah, seperti kantong bangkai dan pengadaan alat berat untuk penguburan bangkai. ”Peralatan sudah langsung didistribusikan ke kabupaten/kota,” kata Mulkan. Saat ini langkah yang dilakukan masih penanganan wabah.
Penanganan juga dilakukan lintas instansi karena keterbatasan tenaga veteriner. Sejauh ini, kata Mulkan, daerah-daerah memang belum mempunyai otoritas veteriner, tetapi fungsinya melekat pada bagian kesehatan hewan. Hanya satu kabupaten, yakni Kabupaten Pakpak Bharat, yang tidak memiliki dokter hewan.
Kepala Balai Veteriner Medan H Agustia mengatakan, sejak indikasi awal babi terserang ASF ditemukan di Kabupaten Dairi, 4 September lalu, pihaknya terus melakukan sosialisasi kepada pihak-pihak terkait tentang virus ini. Koordinasi lintas lembaga juga dilakukan untuk meningkatkan kewaspadaan ASF.
Meskipun pertama kali virus ditemukan di Dairi, ada indikasi sebelumnya adanya pergerakan babi dari Kota Medan ke Dairi. Setelah dari Dairi, virus ditemukan di Humbang Hasundutan dan daerah-daerah lainnya. Selain itu, ada pula temuan masuknya daging babi olahan ilegal diduga dari negara terjangkit virus di supermarket di Medan.
Penyebaran cepat terjadi karena mobilisasi orang dan daging babi terus terjadi, termasuk dalam ritual adat. Banyak pula peternak yang menjual murah babinya saat ditemukan sekarat. Sementara daerah tidak memiliki cukup SDM dan anggaran.
Di Tapanuli Utara, salah satu kabupaten yang terkena demam babi afrika sejak September hingga Kamis (19/12/2019) telah terjadi kematian ternak babi sebanyak 6.297 ekor yang tersebar di 15 kecamatan atau sekitar 9,41 persen populasi ternak babi di Tapanuli Utara. Populasi ternak babi di Tapanuli Utara mencapai 66.855 ekor.
Vaksin hog cholera sempat diberikan pada ternak babi awal Oktober hingga 7 November, mengingat indikasi awal babi terkena hog cholera. ”Namun, pada 7 November pemberian vaksin dihentikan karena ada indikasi penyakit mengarah ke ASF, sesuai surat balai veteriner,” tutur Bupati Tapanuli Utara Nikson Nabanan.
Setelah itu pihaknya terus melakukan sosialisasi penanganan penyakit ternak babi, juga pengendalian ASF kepada kepala desa/lurah, camat, majelis gereja, peternak, pemotong daging dan penjual daging, serta kelompok tani. Desinfeksi peternakan rakyat dan disposal bangkai juga telah dilakukan.
Setelah keluar SK kementan perihal pernyataan wabah penyakit, pemerintah kabupaten masih menunggu rapat koordinasi terkait tanggung jawab Kementan, provinsi, dan kabupaten/kota yang tertular ASF.
Ketua DPRD Sumut Baskami Ginting menyesalkan langkah pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten, yang lambat dalam menangani kasus ASF. Banyak peternak rakyat yang sudah terpuruk karena ternaknya mati. Pihaknya mendorong agar penanganan tidak berlarut-larut.
”Sudah ada usulan anggaran untuk penanganan,” kata Baskami. Namun, Baskami tidak ingat berapa angkanya.
Dalam waktu dekat, DPRD akan memanggil gubernur dan dinas terkait untuk memberikan penjelasan. ”Konsultasi pribadi sudah dilakukan, yang diperlukan adalah langkah selanjutnya agar peternak rakyat bisa beralih beternak ayam atau kambing,” kata Baskami.