Ruas Jalan Krayan-Malinau, yang tengah dibangun pemerintah, menjadi salah satu urat nadi perekonomian dan kesejahteraan di perbatasan Kalimantan Utara.
Oleh
Laksana Agung Saputra
·3 menit baca
NUNUKAN, KOMPAS - Pembangunan ruas Jalan Krayan-Malinau sepanjang 200 kilometer di Kalimantan Utara menjadi tumpuan untuk membuka keterisolasian wilayah yang berbatasan langsung dengan Serawak, Malaysia. Ruas jalan di perbatasan itu akan menghubungkan pusat-pusat perekonomian di Malinau, Nunukan, Tarakan, dan Tanjung Selor.
”Fokus kita (dalam lima tahun ke depan) ke pembangunan kualitas sumber daya manusia. Tetapi pembangunan infrastruktur tetap dilanjutkan karena memang banyak yang belum selesai, terutama untuk jalan-jalan di wilayah-wilayah perbatasan,” kata Presiden Joko Widodo, saat mengunjungi Krayan di Kabupaten Nunukan, Kamis (19/12/2019).
Dalam kunjungannya, Presiden menyusuri ruas jalan Krayan menggunakan sepeda motor, didampingi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Mendagri Tito Karnavian, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Gubernur Kaltara Irianto Lambrie, dan Bupati Nunukan Asmin Laura Hafid.
Menurut Presiden, pembangunan jalan vital karena menjadi dasar bagi pembangunan berbagai fasilitas publik lainnya, seperti puskesmas, rumah sakit, dan sekolah. ”Kalau ini selesai, sekolah dan puskesmas bisa dibangun. Orang sakit gampang ke pusat-pusat kesehatan yang kita bangun. Tujuannya ke sana,” kata Presiden.
Basuki berkomitmen, pembangunan jalan Krayan-Malinau rampung akhir 2021. Ruas ini menjadi prioritas karena merupakan satu-satunya akses darat dari Krayan ke pusat-pusat perekonomian domestik. Sementara jalan perbatasan ditargetkan tuntas pada 2020.
Bergantung pada Serawak
Masyarakat perbatasan di Kaltara relatif masih terisolasi dan secara ekonomi bergantung pada Serawak. Bagi 18.552 jiwa penduduk di daerah Krayan, tersambungnya jalur darat Krayan-Malinau akan menjadi kunci awal yang memberi efek berantai terhadap penyelesaian berbagai persoalan hidup di perbatasan.
Sampai saat ini, satu-satunya akses keluar-masuk Krayan dengan pusat-pusat perekonomian domestik adalah jalur udara. Di samping mahal, transportasi pesawat terbang amat terbatas volumenya. Bandara Yuvai Semaring, Long Bawan, di Kecamatan Krayan baru memiliki landas pacu sepanjang 1.200 meter. Hanya pesawat berbadan kecil yang bisa mendarat dan tinggal landas di
bandara itu.
Serawak di Malaysia merupakan satu-satunya pusat perekonomian yang tersambung jalur darat dengan Krayan. Waktu tempuh sekitar 6 jam perjalanan darat dengan kondisi jalan mayoritas berupa jalan tanah. Dengan demikian, kebutuhan hidup masyarakat Krayan dan sekitarnya sampai saat ini masih mengandalkan pasokan dari Serawak. Komoditasnya beragam, mulai dari bahan makanan mentah, makanan olahan, sabun mandi, bensin, solar, sampai mobil.
Harapan kami, ini bisa ditingkatkan lagi
Bahkan 100 persen kebutuhan elpiji untuk bahan bakar memasak rumah tangga pun mengandalkan pasokan dari Serawak. Harganya Rp 200.000 untuk setiap tabung 14 kilogram. Tak ada sama sekali pasokan elpiji dari domestik. Direktur Jenderal Binamarga Kementerian PUPR Sugihartanto menambahkan, jalan Krayan-Malinau sudah 90 persen terbuka. Sisanya yang belum tersambung adalah hutan dan perbukitan. Sebagian besar masih berupa tanah.
Target selesai pada akhir 2021, menurut Sugihartanto, artinya Krayan-Malinau sudah tersambung dan bisa dilewati kendaraan roda empat. Namun, belum semuanya diaspal. Sebagian besar jalan berupa urukan batu pecah yang dipadatkan sehingga bisa dilewati kendaraan roda empat.
Laura menyatakan, sebagian wilayah di perbatasan masih terisolasi dan belum menikmati listrik. ”Sebenarnya perhatian pembangunan itu sudah kami rasakan meski belum maksimal. Harapan kami, ini bisa ditingkatkan lagi,” kata Laura.