Pecatur Yunior Butuh Pendampingan dalam Mengasah Konsentrasi
Aditya yang dipersiapkan agar memperoleh Grandmaster di usia muda masih perlu mengasah konsentrasi untuk meraih kemenangan.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Pecatur belia Candidate Master (CM) Aditya Bagus Arfan (elo rating 2.086) bermain imbang 3-3 saat bertarung melawan International Master (IM) Gilbert Elroy Tarigan (2.273) dalam pertandingan Duel dan Perang Bintang Muda U-14 Seri Kedua di Sekolah Catur Utut Adianto, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (20/12/2019).
Aditya yang dipersiapkan agar memperoleh Grandmaster di usia muda masih perlu mengasah konsentrasi untuk meraih kemenangan.
Dalam empat babak awal yang berlangsung pada 18-19 Desember 2019, Aditya yang masih berusia 13 tahun kesulitan melawan Gilbert yang berusia lebih tua tiga tahun darinya. Alhasil, Aditya mengalami dua kali kekalahan dan dua kali imbang.
Hasil tersebut membuat peluangnya menang tertutup karena pertandingan ini hanya berlangsung enam babak. Satu-satunya peluang terbaik Aditya adalah memperoleh hasil imbang dengan mengalahkan Gilbert pada babak kelima dan keenam.
Harapan tersebut akhirnya tercapai. Melalui pertandingan yang berlangsung hingga dua jam, Aditya mengalahkan Gilbert pada langkah ke-24 pada babak kelima. ”Dalam dua hari kemarin saya kehilangan konsentrasi karena kelelahan setelah berlaga di Johor Open dan Penang Open,” ujar Aditya.
Ia menceritakan, duel melawan Gilbert hanya berjarak dua hari dengan kepulangannya dari Malaysia. Akibat kelelahan tersebut, Aditya melakukan blunder yang berakibat fatal.
Pada babak kelima, Aditya mencoba bangkit dan lebih berkonsentrasi lagi. Ia berhasil menjebak Gilbert melakukan kesalahan.
Gilbert yang mulai kelelahan karena telah mencurahkan seluruh energinya pada empat babak sebelumnya mulai kehilangan konsentrasi. Ia terpancing menggerakkan bidak untuk membantu serangan sehingga lini pertahanannya terbuka. Akibatnya, bidak dimakan menteri yang mengancam posisi raja.
Gilbert pun menyerah dan ia tampak kecewa karena melakukan blunder. ”Saya seharusnya menggerakkan menteri untuk mendapatkan hasil remis. Saya terpancing menggerakkan bidak sehingga kalah,” ujarnya.
Pada babak keenam Gilbert yang berpeluang memenangi pertandingan ini kembali takluk dari Aditya. Alhasil, kedua pemain harus puas dengan skor imbang 3-3.
Ketua Komisi Catur Sekolah PB Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) Hendry Jamal’s mengatakan, peserta pertandingan duel adalah pemuncak dari turnamen Perang Bintang Muda U-14 Seri Pertama. Gilbert adalah peraih gelar International Master termuda.
Sementara Aditya adalah pecatur muda yang diharapkan bisa memperoleh gelar Grandmaster pada usia 17 tahun.
Meskipun prestasi mereka sudah cukup tinggi, dari sisi psikologis, mereka belum stabil. ”Anak di bawah usia 16 tahun masih belum stabil dan belum cukup dewasa untuk mencari jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapi sehingga mereka masih sering kehilangan konsentrasi,” ujar Hendry.
Karena itu, peran orangtua sangat besar dalam pendampingan bagi pecatur belia. Mereka dapat menenangkan anak ketika berada dalam situasi sulit.
Melalui pertarungan dua pecatur muda ini diharapkan dapat memperoleh pecatur terbaik Indonesia di masa depan. Selain pertarungan Aditya melawan Gilbert, duel di kategori putri mempertemukan Master Percasi Wanita (MPW) Shafira Devi Herfesa (1.851) dengan MPW Laysa Latifah (2.126).
Laysa yang berusia 13 tahun unggul telak dengan skor 4,5-1,5 atas Shafira yang berusia 11 tahun. Hendry mengatakan, dua pecatur belia ini merupakan pemenang dari kejuaraan nasional. Mereka bakal menjadi pecatur putri andalan Indonesia pada 3-4 tahun ke depan.
Pemilik Sekolah Catur Utut Adianto (SCUA) sekaligus anggota Dewan Pembina Percasi, Eka Putra Wirya, mengatakan, turnamen ini merupakan program rutin dari SCUA sebagai bagian dari pembibitan dan pembinaan di usia dini.
”Pemain yang bagus kami pantau. Pemain dengan kemampuan di atas rata-rata seperti Aditya akan kami pertemukan dengan pemain yang memiliki kemampuan setara,” ujar Eka.
Menurut Eka, keempat pecatur yunior di atas memiliki prospek yang cerah di masa depan. Mereka dapat menjadi pelapis bagi pecatur senior.