Proses regenerasi yang baik akan menghasilkan atlet berprestasi. Begitulah yang diterapkan Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) sehingga berhasil menjadi juara umum cabang catur pada SEA Games 2019 di Filipina.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Proses regenerasi yang baik akan menghasilkan atlet berprestasi. Begitulah yang diterapkan Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) sehingga berhasil menjadi juara umum cabang catur pada SEA Games 2019 di Filipina. Kompetisi secara rutin menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam proses pembinaan bagi pecatur.
Pada SEA Games 2019, Indonesia menjadi juara umum setelah mengumpulkan 2 emas, 3 perak, dan 1 perunggu. Indonesia mengungguli Thailand, Singapura, dan Malaysia yang masing-masing mengumpulkan 1 emas. Sementara Vietnam yang menjadi unggulan hanya memperoleh 2 perak dan 3 perunggu.
Dua emas yang diperoleh Indonesia dipersembahkan oleh GM Susanto Megaranto di kelompok putra dan WGM Medina Warda Aulia di bagian putri. Keduanya turun di nomor catur kilat (Kompas, 9/12/2019).
Keberhasilan mereka tidak lepas dari peran PB Percasi dalam membina melalui program jangka panjang.
Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PB Percasi Kristianus Liem mengatakan, prestasi tersebut diperoleh tidak hanya melalui program pelatnas selama lima bulan.
”Kami melakukan pendampingan sejak mereka masih berusia 9-10 tahun,” ujar Kristianus di sela-sela pertandingan Duel dan Perang Bintang Muda U-14 Seri Kedua di Sekolah Catur Utut Adianto (SCUA), Bekasi, Jawa Barat, Jumat (20/12/2019).
Percasi melakukan pendampingan dengan mengikutsertakan para pecatur muda di kompetisi bergengsi internasional dan latihan uji coba. Latihan sangat diperlukan untuk mengasah kemampuan, sedangkan kompetisi berguna untuk mempraktikkan apa yang sudah dipelajari dalam latihan.
Kristianus menuturkan, hasil yang diperoleh pecatur Indonesia pada SEA Games 2019 adalah buah dari kompetisi individual yang selama ini diikuti. Mereka telah mengikuti sejumlah kompetisi bergengsi di tingkat internasional sehingga memiliki pengalaman yang banyak untuk menghadapi sebuah pertandingan.
Selain berguna untuk pembinaan atlet, kompetisi juga berguna untuk mencari atlet yunior yang berbakat. Pada turnamen Perang Bintang Muda U-14, misalnya, Percasi melihat pecatur yang memiliki potensi tinggi untuk diasah kemampuannya.
Pemilik SCUA sekaligus anggota Dewan Pembina Percasi Eka Putra Wirya mengatakan, turnamen Perang Bintang Muda U-14 menjadi salah satu cara untuk mencari pecatur berbakat selain membina pecatur yunior yang diperoleh dari kejuaraan nasional.
Seperti juara Perang Bintang Muda U-14 Seri Kedua Nayaka Budhidharma, Eka melihat pecatur 13 tahun dari Jawa Timur tersebut memiliki bakat yang besar. Ia hanya kehilangan setengah poin pada pertandingan terakhir setelah menyapu bersih lima pertandingan awal.
”Nayaka akan kami coba adu dengan lawan yang kemampuannya setara untuk melihat kualitasnya dan agar ia terus belajar,” ujar Eka.
Ketua Komisi Catur Sekolah PB Percasi Hendry Jamal\'s mengatakan, pendampingan pada atlet belia yang baik yakni dengan mengikutsertakan mereka pada turnamen bergengsi.
Di tingkat internasional, PB Percasi mengikutsertakan pecatur yunior setahun sekali mulai dari skala Asia Tenggara, Asia, dan dunia. Sebelum berangkat bertanding, mereka mendapatkan pendampingan untuk mengasah kemampuannya.
Selain mengikuti kompetisi internasional, PB Percasi juga membuat turnamen yang mempertemukan pecatur terbaik. Pertandingan tersebut berguna untuk menambah pengalaman bertanding bagi anak-anak.
Hendry mengatakan, pecatur yunior akan terlihat kualitasnya dalam tiga hingga empat tahun ke depan. Jika dalam jangka waktu tersebut mereka sulit berkembang, ke depannya akan tersisih.