Pemerintah menyiapkan Rp 5 miliar dari APBN untuk membantu mengisolasi wabah demam babi afrika.
Oleh
Tim Kompas
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Pemerintah mengajak warga bersama menghambat penyebaran virus demam babi afrika. Wabah diharapkan terisolasi di kluster Sumatera Utara. Pemerintah menyiapkan Rp 5 miliar dari APBN untuk mendukung kegiatan tim gabungan penanganan kasus di lapangan.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) I Ketut Diarmita melalui keterangan resmi, Kamis (19/12/2019), meminta masyarakat melaporkan kasus kematian atau kesakitan babi dengan gejala penyakit demam babi afrika (african swine fever/ASF). Kementan telah mengumumkan adanya wabah ASF di 16 kabupaten/kota di Sumatera Utara melalui surat keputusan yang ditandatangani Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pada 12 Desember 2019.
Menurut Diarmita, langkah penting untuk mengatasi ASF adalah penerapan prinsip biosekuritas, seperti penguburan, desinfeksi, pengawasan lalu lintas ternak babi dan produknya, pelarangan swill feeding (pakan babi dari makanan sisa), sosialisasi, dan pelatihan. Presiden Asosiasi Monogastrik Indonesia (AMI) Sauland Sinaga berharap semua pihak terkait membantu isolasi agar virus tidak tersebar ke luar Sumut. AMI juga berharap ada skenario terbaik bagi peternak yang terdampak ASF, seperti bantuan ekonomi, dan penyuluhan tentang biosekuritas yang baik.
Selain itu, berikan kompensasi untuk peternak rakyat.
Wakil Ketua Komisi IV DPR Daniel Johan meminta pemerintah pusat dan daerah bergerak cepat mengatasi wabah ASF. ”Selain itu, berikan kompensasi untuk peternak rakyat, minimal untuk antisipasi (kurangnya pemasukan) tiga bulan ke depan atau untuk merintis usaha baru,” kata Daniel, Kamis. Fadjar Sumping Tjatur Rasa, Direktur Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, mengatakan, saat ini penyakit ASF masih bisa dibatasi di 16 kabupaten/kota di Sumut.
Namun, provinsi lain dengan populasi babi yang tinggi, seperti Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Bali, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, Kepulauan Riau, dan Papua, dimbau waspada dan siap siaga terhadap kemungkinan terjangkit penyakit ASF. Untuk itu, diselenggarakan simulasi penyakit hewan eksotik ASF di Bali melibatkan otoritas veteriner di 50 kabupaten/kota dan 17 provinsi. Tujuannya, mengenalkan dan melatih prosedur standar operasi mencegah dan menangani wabah ASF.
Dampak relatif kecil
Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Kamar Dagang dan Industri Indonesia Benny Soetrisno menilai, wabah ASF di Sumut berdampak relatif kecil terhadap kinerja ekspor nasional. Hal senada dinyatakan Menteri Perdagangan Agus Suparmanto yang ditemui seusai pelepasan ekspor perdana UKM melalui Pusat Logistik Berikat e-commerce di Marunda Centre, Bekasi, Kamis.
Gubernur Sumut Edy Rahmayadi di Medan, Kamis, mengatakan, anggaran pemerintah Rp 5 miliar difokuskan guna mengatasi wabah dan belum untuk membantu peternak yang menjadi korban. Langkah yang dilakukan adalah membuat pos-pos untuk menutup jalan keluar masuk Sumut serta menyiapkan alat berat buat mengubur babi mati agar tak dibuang sembarangan.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut Mulkan Harahap mengatakan, pihaknya belum menerima surat resmi dari Kementan terkait dengan deklarasi wabah ASF. Menurut Mulkan, sejauh ini kabupaten/kota di Sumut sudah memiliki tenaga veteriner, tetapi jumlahnya terbatas. Tingginya lalu lintas orang dan barang dari dalam dan luar negeri membuat Kota Batam rawan terjangkit ASF.
Pakan dari sisa makanan merupakan salah satu medium perantara virus ASF.
Padahal, menurut Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas II Tanjung Pinang Donni Muksydayan, ada banyak peternakan babi skala kecil di Batam. Hewan di peternakan rakyat rawan terserang virus karena tidak dilindungi biosekuritas. Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Kesehatan Hewan Kepulauan Riau Ahmad Izhar menyatakan telah memerintahkan petugas untuk memantau setiap peternakan agar indikasi penularan penyakit lebih cepat diketahui.
Kepala Dinas Peternakan Provinsi Bali I Wayan Mardiana telah mengirim edaran ke dinas peternakan di kabupaten/kota terkait upaya mencegah penularan ASF. Selain menganjurkan penerapan biosekuritas, peternak juga diimbau tidak memanfaatkan sisa makanan dari hotel, sisa katering di pesawat dan kapal laut, sebagai pakan babi.
Menurut Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Muhammad Munawaroh, pakan dari sisa makanan merupakan salah satu medium perantara virus ASF. Hal itu berbahaya bagi peternakan babi yang tidak menerapkan biosekuritas ketat. (MKN/CAS/JUD/WSI/NDU/COK)