Saudi menurunkan jumlah tuntutan pada Qatar, dari 13 menjadi 6 butir, dalam sengketa mereka. Tiga butir di antaranya disepakati dalam sebuah perundingan rahasia.
Oleh
Musthafa Abd Rahman dari Kairo, Mesir
·3 menit baca
KAIRO, KOMPAS— Arab Saudi dan Qatar, seperti diberitakan harian Kuwait, Al-Qabas, Kamis (19/12/2019), kini tengah menggelar perundingan intensif secara rahasia di Eropa guna mengakhiri konflik Qatar dengan Arab Saudi dan sekutunya, yakni Mesir, Uni Emirat Arab, dan Bahrain.
Konflik Qatar dan Arab Saudi beserta mitranya—yang dikenal dengan kuartet Arab—berujung dengan aksi blokade total kuartet Arab terhadap Qatar mulai Juni 2017. Sebelum beredar berita perundingan rahasia Arab Saudi-Qatar ini, Menlu Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani disinyalir menggelar kunjungan rahasia ke Arab Saudi, Oktober lalu.
Menurut Al-Qabas, perundingan rahasia Arab Saudi-Qatar sampai kini baru mencapai kesepakatan atas tiga butir dari 13 butir tuntutan kuartet Arab terhadap Qatar. Butir pertama, membangun atmosfer opini umum yang lebih kondusif di kawasan Teluk Arab. Diharapkan atmosfer di kawasan akan berbeda dari era sebelum Juni 2017 dan berandil menciptakan rekonsiliasi di kawasan.
Sebagai bagian dari langkah itu, November lalu, Arab Saudi, Bahrain, dan UEA mengirim tim nasional sepak bola mereka ke turnamen Piala Teluk di Qatar. Sebaliknya, Qatar mengirim delegasi level tertinggi dipimpin Perdana Menteri (PM) Qatar Sheikh Abdullah bin Nasser bin Khalifa al-Thani ke KTT Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) di Riyadh, 10 Desember lalu. Di Qatar, jabatan PM hanya satu tingkat di bawah emir Qatar.
Butir kesepakatan kedua, Arab Saudi dan Qatar sepakat tidak mengganggu, tidak melancarkan provokasi, dan tidak mencemarkan nama baik pimpinan teras kedua negara, khususnya keluarga besar Al-Saud yang berkuasa di Arab Saudi dan keluarga besar Al-Thani di Qatar. Kesepakatan ini harus dihormati dan dilaksanakan pejabat, pengamat, media, dan komunitas media sosial dari kedua negara, terutama jaringan televisi Al Jazeera di Qatar.
Kesepakatan butir ketiga, Arab Saudi dan Qatar sepakat untuk tidak saling mengeluarkan komentar dari para pejabat kedua negara yang saling menyudutkan atau menyerang satu sama lain.
Harian Al-Qabas mengungkapkan, Arab Saudi bersedia menurunkan jumlah 13 tuntutan menjadi enam tuntutan saja yang harus dipenuhi Qatar. Harian itu melaporkan, perundingan alot muncul terkait isu Iran. Isu ini menghambat tercapainya kesepakatan total kedua negara secara cepat.
Qatar masih menolak keras permintaan Arab Saudi agar Qatar memutus hubungan dengan Iran. Qatar berdalih, UEA—sekutu Arab Saudi—justru meningkatkan hubungan dengan Iran terakhir ini.
Qatar hanya bersedia membangun hubungan yang berimbang antara Iran dan Arab Saudi. Doha berjanji akan merumuskan model hubungan berimbang antara Iran dan Arab Saudi yang sama sekali tidak akan merugikan Arab Saudi.
Qatar meminta Arab Saudi segera mencabut blokade teritorial udara, darat, dan laut sehingga hubungan dagang kedua negara segera pulih. Dengan pencabutan blokade itu, diharapkan maskapai penerbangan Qatar Airways bisa pula menggunakan wilayah teritorial udara Arab Saudi.
Qatar Airways selama dua tahun terakhir ini menggunakan teritorial udara Iran untuk penerbangan internasional menuju Eropa, Afrika, Amerika Latin. dan Amerika Utara. Akibatnya, maskapai itu harus mengeluarkan biaya lebih besar karena menempuh jarak lebih jauh.
Namun, Arab Saudi masih menolak mencabut blokade teritorial udaranya untuk Qatar Airways sebelum Qatar merumuskan lebih jelas tentang hubungan berimbang antara Iran dan Arab Saudi.
Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi dalam konferensi pemuda internasional di kota Sharm el-Sheikh, Selasa lalu, berharap upaya rekonsiliasi dengan Qatar bisa sukses. Namun, ia juga menyebutkan, masih terlalu dini menyebut dialog Arab Saudi- Qatar saat ini mengalami kemajuan besar. Hal itu disampaikan Sisi saat menanggapi bocoran berita tentang upaya Arab Saudi-Qatar mengakhiri krisis di kawasan Teluk Arab.