Tujuh Kabupaten dan Kota di Sumbar Dilanda Banjir dan Longsor
Setidaknya tujuh kabupaten/kota di Sumatera Barat dilanda banjir dan longsor, Kamis-Jumat (19-20/12/2019). Satu orang meninggal dan lebih dari 500 orang lain terdampak akibat kejadian itu.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
LIMAPULUH KOTA, KOMPAS — Setidaknya tujuh kabupaten/kota di Sumatera Barat dilanda banjir dan longsor, Kamis-Jumat (19-20/12/2019). Satu orang meninggal dan lebih dari 500 orang lain terdampak kejadian itu.
Kabupaten/kota itu adalah Bukittinggi, Agam, Pasaman, Solok (kota), Tanah Datar, Dharmasraya, dan Limapuluh Kota. Bukittinggi dilanda banjir dan longsor, Agam longsor, Pasaman banjir, Solok banjir, Tanah Datar longsor, Dharmasraya banjir, serta Limapuluh Kota banjir dan longsor.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sumbar Rumainur, Jumat (19/12/2019), mengatakan, kejadian itu dipicu curah hujan tinggi pada Kamis malam dan Jumat pagi. Sementara itu, sungai tidak dapat menampung hujan yang turun.
”Banjir sebagian besar sudah surut. Material longsor sudah mulai dibersihkan petugas. Tadi pagi alat berat sudah dikerahkan ke lokasi,” kata Rumainur ketika dihubungi dari Limapuluh Kota.
Di Bukittinggi, banjir terjadi di semua kecamatan, yaitu Air Birugo Tigo Baleh, Guguk Panjang, dan Mandiangin Koto Selayan, Kamis malam. Banjir turut merendam fasilitas publik, seperti Rumah Sakit Yarsi Bukittinggi.
Menurut Rumainur, satu warga lanjut usia meninggal karena terperosok ke dalam saluran air akibat amblesnya Jalan Bypass di Kelurahan Kubu Gulai Bancah, Mandiangin Koto Selayan. Korban yang hendak pulang setelah menunaikan shalat Subuh itu hilang beberapa jam dan baru ditemukan Jumat siang.
Sementara itu, di Agam, longsor terjadi di Nagari Bayua, Kecamatan Tanjung Raya, Kamis malam. Selain menimbun empat rumah, longsor juga menghantam bangunan taman kanak-kanak dan mushala.
”Di Pasaman, tepatnya Nagari Panti, banjir membawa material lumpur dan pohon tumbang. Satu pesantren yang berada di pinggir sungai terdampak. Sekitar 200 warga pesantren mengungsi,” kata Rumainur.
Adapun di Kota Solok banjir terjadi di Kelurahan Tanah Garam. Di Tanah Datar, longsor terjadi di Nagari Barulak, Kecamatan Tanjung Baru. Di Limapuluh Kota, banjir kembali terjadi di Kecamatan Lareh Sago Halaban dan longsor di Nagari Koto Alam, Kecamatan Pangkalan Koto Baru.
”Petugas kami masih mengumpulkan data. Secara keseluruhan, di Sumbar, lebih dari 500 jiwa mengungsi,” ujar Rumainur.
Di Pasaman, tepatnya Nagari Panti, banjir membawa material lumpur dan pohon tumbang. Satu pesantren yang berada di pinggir sungai terdampak. Sekitar 200 warga pesantren mengungsi.
Secara terpisah, Kepala Badan Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Bukittinggi Ibentaro Samudera mengatakan, banjir yang merendam sejak Kamis malam sudah surut Jumat pagi. Selain curah hujan tinggi, banjir juga dipicu air kiriman dari Agam. Dua sungai di Bukittinggi, yaitu Batang Tambuo dan Batang Agam, meluap.
”Dalam beberapa tahun terakhir, banjir kali ini yang paling parah. Ketinggian air mencapai 2 meter. Banjir terjadi di seluruh kecamatan,” kata Ibentaro.
Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit di Padang, Jumat pagi, memimpin rapat koordinasi siaga bencana dengan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Sumbar serta dinas dan lembaga terkait. Rapat membahas terkait antisipasi bencana hidrometeorologi di Sumbar akibat curah hujan tinggi.
”BMKG memprediksi, cuaca buruk di Sumbar, seperti hujan deras dan badai, berlangsung hingga Maret atau April. Sumbar tentu perlu siaga. Hasil keputusan rapat, di Sumbar ditetapkan status siaga (darurat) bencana. Surat keputusannya nanti dikeluarkan gubernur,” kata Nasrul ketika dihubungi dari Limapuluh Kota.
Menurut Nasrul, semua kabupaten/kota sepakat siaga terhadap bencana, terutama daerah-daerah rawan. Dalam status siaga darurat bencana ini, daerah rawan longsor, misalnya, harus menyiapkan alat berat beserta operatornya. Jika rawan banjir, perahu dan peralatan lain juga harus disiapkan.
Dalam rapat itu, Wakil Gubernur juga meminta semua kabupaten/kota mulai mencari tahu pemicu bencana, selain faktor cuaca dan topografi. Ada kemungkinan banjir/longsor turut dipicu penyumbatan sungai atau berkurangnya daerah resapan air akibat aktivitas pembalakan liar atau penambangan ilegal.
”Daerah masing-masing perlu mencari tahu di mana tersumbatnya. Sedapat mungkin dianggarkan di APBD. Anggota TNI dan Polri bisa diajak bekerja sama mencari pemicu bencana. Ini perlu agar bencana tidak terus berulang,” ujar Nasrul.
Baca juga : Banjir Bandang Tewaskan Dua Warga
Menurut Rumainur, bencana hidrometeorologi yang dimulai sejak November 2019, seperti di Solok Selatan, Agam, Dharmasraya, dan Limapuluh Kota, diperkirakan masih akan terjadi dalam beberapa bulan ke depan. Oleh karena itu, status siaga darurat bencana perlu diberlakukan.
Selama masa siaga bencana, kata Rumainur, BPBD Sumbar membentuk posko bencana tingkat provinsi. Sementara itu, organisasi perangkat daerah (OPD), seperti dinas pekerjaan umum, dinas pengelolaan sumber daya air, serta dinas energi dan sumber daya mineral menyiapkan peralatan.
Rumainur menambahkan, status siaga darurat bencana memudahkan BPBD Sumbar dalam memberikan bantuan kepada masyarakat. Selain itu, kegiatan lain, seperti sosialisasi, pembersihan hulu sungai, dan pendataan/pemetaan ulang daerah rawan/berpotensi terjadi bencana, juga bisa lebih optimal dilakukan.
Baca juga : Anak Balita Tewas Terseret Banjir di Dharmasraya