Presiden Iran Hassan Rouhani, dalam kunjungan ke Jepang, meminta dukungan ekonomi dari Tokyo. Iran sedang mengalami gejolak domestik akibat kenaikan harga bahan bakar di tengah berlakunya sanksi ekonomi AS.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
TOKYO, SABTU — Presiden Iran Hassan Rouhani, dalam kunjungan dua harinya ke Jepang, meminta dukungan ekonomi dari Tokyo. Iran sedang mengalami gejolak domestik akibat kenaikan harga bahan bakar di tengah berlakunya sanksi ekonomi Amerika Serikat atas program nuklirnya.
Rouhani mengunjungi Jepang pada 20-21 Desember 2019. Di Tokyo, dia bertemu dengan Perdana Menteri Shinzo Abe dan sejumlah pengusaha. Ia menjadi kepala negara Iran pertama yang melawat Jepang dalam 20 tahun terakhir.
”Kami menyambut setiap rencana yang dapat meningkatkan perdagangan, terutama di bidang energi, serta meningkatkan ekspor dan penjualan minyak,” kata Rouhani kepada Abe, seperti dikutip kantor berita IRNA, Jumat (20/12/2019).
Pada hari kedua, Rouhani bertemu dengan sejumlah pengusaha Jepang. Ia berharap untuk memperkuat hubungan dengan Jepang, sekaligus mengkritik sanksi ekonomi AS, sekutu dekat Jepang.
AS memberlakukan larangan internasional agar negara-negara lain tidak mengimpor minyak dari Iran. Sanksi ekonomi ini menurunkan ekspor minyak Teheran yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Sanksi itu muncul setelah AS menarik diri dari Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) pada 2018. JCPOA adalah sebuah kesepakatan nuklir antara Iran, AS, Inggris, Perancis, Jerman, China, dan Rusia yang dibuat pada 2015. JCPOA berisi kesediaan Iran untuk membatasi aktivitas program nuklir dan menerima inspeksi PBB secara berkala.
Sebagai gantinya, AS juga menambah kekuatan militer di sekitar Teluk Persia untuk menekan Iran sejak awal 2019. Sejumlah insiden terjadi terhadap tanker yang melewati perairan sekitar Iran, termasuk pada tanker asal Inggris, Uni Emirat Arab, Norwegia, dan Jepang.
Washington hampir menyatakan perang kepada Teheran pada Juni 2019. Namun, Presiden AS Donald Trump membatalkannya pada saat terakhir.
Sejak menerima sanksi, secara bertahap, Iran berhenti menaati kesepakatan yang tertera dalam JCPOA, seperti meningkatkan kapasitas pengayaan uranium dan produksi air berat. Teheran mengancam akan terus melanggar kesepakatan jika sanksi tidak kunjung dicabut. Negara-negara yang masih terikat dalam JCPOA terus meminta Iran untuk menaati perjanjian.
Sebelum berangkat ke Jepang, Rouhani kembali mengecam sanksi AS dengan menyebut sanksi itu bersifat unilateral dan tidak masuk akal. ”Saya harap Jepang dan negara lain akan berupaya untuk menjaga perjanjian tersebut,” ujarnya.
Dana Moneter Internasional (IMF) pada Oktober 2019 memperkirakan ekonomi Iran akan menurun 9,5 persen akibat sanksi AS pada tahun ini. Jumlah ini jauh lebih besar daripada proyeksi kontraksi sebelumnya, yakni 6 persen.
Di tengah berlakunya sanksi AS, kondisi politik Iran juga sedang bergejolak. Sejak November 2019, warga berunjuk rasa untuk memprotes keputusan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak.
Unjuk rasa ini menjadi perhatian dunia internasional. Selain adanya korban jiwa dan luka-luka, Teheran dinilai tidak terbuka atas penanganan unjuk rasa yang dilakukan pemerintah. Pengamat hak asasi manusia, Jumat, memperkirakan 304 orang tewas dan 7.000 orang telah ditahan.
Jaga komunikasi
Kunjungan Rouhani menjadi kunjungan balasan setelah Abe berkunjung ke Iran pada Juni 2019. Ketika itu, Abe berupaya meredakan tensi antara AS dan Iran di kawasan Teluk Persia.
Jepang juga memiliki hubungan diplomatik dan ekonomi yang erat dengan Iran. Sebelumnya, Jepang adalah salah satu pengimpor minyak mentah terbesar dari Iran sebelum berhenti akibat larangan AS.
”PM Abe menyampaikan perhatiannya kepada Presiden Rouhani terkait Iran mengurangi komitmennya untuk perjanjian nuklir 2015 dan mendesaknya untuk menahan diri dari langkah-langkah yang dapat merusak perjanjian itu. Kedua pemimpin sepakat untuk menjaga komunikasi mereka yang erat,” tutur seorang pejabat Pemerintah Jepang.
Di luar topik tersebut, Jepang juga membahas rencana untuk mengirim pasukan angkatan laut ke Timur Tengah. Tujuannya, untuk melindungi kapal-kapal Jepang. Menurut seorang pejabat, Rouhani memahami rencana tersebut.
Operasi yang direncanakan Jepang akan mencakup laut lepas di Teluk Oman, Laut Arab bagian utara, dan Teluk Aden, kecuali Selat Hormuz. Selat Hormuz, yang terletak dekat Iran, merupakan jalur perdagangan minyak internasional.
Menurut rencana, Jepang akan mengerahkan kapal perusak dan pesawat patroli P-3C untuk mengumpulkan informasi di wilayah Teluk Persia. Sebanyak 90 persen impor minyak mentah Jepang berasal dari area tersebut.
Operasi keamanan Jepang tidak bergabung dalam operasi yang telah dibentuk AS di kawasan tersebut. Washington juga meluncurkan Operasi Sentinel, yaitu patroli angkatan laut untuk menjaga kapal komersial di kawasan bersama Inggris, Australia, dan Bahrain. (AFP/AP/REUTERS)