Anggaran Ekstra Rp 15 Miliar Akibat Penundaan Ajang
Kementerian Pemuda dan Olahraga menyediakan anggaran ekstra Rp 15 miliar supaya pemusatan latihan nasional atlet-atlet disabilitas tetap bergulir hingga Maret. Ini sebagai dampak penundaan ASEAN Para Games 2020.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Penundaan ASEAN Para Games 2020 Filipina dari 18-24 Januari menjadi 20-28 Maret, membuat cabang-cabang olahraga memperpanjang pemusatan latihan nasional. Biaya tambahan Rp 15 miliar akan disalurkan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga ke Komite Paralimpiade Nasional Indonesia.
”Pelatnas tidak boleh putus. Sebab, kalau putus, kondisi fisik atlet akan menurun dan tidak mencapai puncaknya pada ASEAN Para Games nanti. Padahal, kita menargetkan Indonesia mempertahankan gelar juara umum,” ujar Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto, Sabtu (21/12/2019).
Gatot mengatakan, penundaan ini berdampak pada penganggaran pelatnas yang awalnya akan berakhir pada Januari 2020. Kemenpora memberikan anggaran bantuan pelatnas untuk Komite Paralimpiade Nasional (NPC) Indonesia mencapai Rp 119 miliar, dan anggaran keberangkatan ke ASEAN Para Games 2020 sekitar Rp 30 miliar-Rp 35 miliar.
Namun, karena ada penundaan itu, Kemenpora akan melakukan revisi anggaran sekitar Rp 15 miliar untuk kebutuhan pelatnas yang diperpanjang hingga Maret mendatang. ”Anggaran tersebut di luar anggaran bantuan pelatnas untuk 33 atlet dari 6-7 cabang NPC Indonesia yang akan berpartisipasi di Paralimpiade Tokyo 2020. Nilai anggaran pelatnas 2020 diprediksi kurang dari Rp 119 miliar,” ujar Gatot.
Kemenpora berjanji anggaran itu cair pada Januari walaupun ASEAN Para Games 2020 tertunda. ”Untuk anggaran Rp 15 miliar itu, sifatnya hanya untuk kebutuhan akomodasi dan membayar gaji atlet maupun pelatih selama pelatnas. Namun, kalau ada atlet yang akan ikut Paralimpiade 2020 butuh keluar atau ikut kejuaraan internasional, mereka bisa melakukannya dengan anggaran tersebut,” jelas Gatot.
Rekreasi dan latihan
Terkait dampak penundaan ini terhadap atlet, Ketua NPC Indonesia Senny Marbun mengutarakan, hal itu tidak berdampak terlalu besar terhadap psikologis atlet. Namun, atlet memang membutuhkan sedikit rekreasi untuk penyegaran.
Alet-atlet yang menjalani pelatnas di Solo, Jawa Tengah, kemungkinan akan diajak rekreasi ke Yogyakarta atau tempat lainnya. Kendati demikian, para atlet tetap melakukan latihan rutin agar kondisi fisiknya tetap terjaga.
”Sebagian atlet juga harus tetap menjaga kondisi fisiknya karena akan ikut kualifikasi ataupun persiapan ke Paralimpiade 2020,” ujar Senny.
Senny menyampaikan, sejauh ini, pihaknya tidak tahu persis kenapa terjadi penundaan itu. Namun, dia memprediksi itu karena tuan rumah Filipina kurang dana ataupun anggarannya belum turun. ”Kami sendiri tidak mempersoalkan itu. Yang penting, ASEAN Para Games ini harus tetap bergulir demi eksistensi ajang itu dan para atlet. NPC lainnya juga sudah mendesak tuan rumah, dan tuan rumah komitmen untuk menggelar ASEAN Para Games tahun depan,” pungkasnya.