Duel Tottenham Hotspur kontra Chelsea di Liga Inggris, Minggu malam ini ibarat film Star Wars. Sorotan akan tertuju kepada dua manajer, Jose Mourinho dan Frank Lampard, yang pernah terikat sebagai “guru dan murid".
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
LIVERPOOL, SABTU – Stadion Tottenham Hotspur, bangunan baru yang sangat futuristik bak kapal ulang-alik, bakal menyajikan pertempuran epik ala film yang tengah digilai publik sejagat, Star Wars, pada Minggu (22/12/2019) pukul 23.30 WIB. Pertempuran sengit itu bakal melibatkan dua lakon ternama di sepak bola, yaitu Jose Mourinho dan Frank Lampard.
Kedua manajer itu akan saling bertarung atas nama klubnya masing-masing saat ini, Spurs dan Chelsea, pada duel derbi London. Duel guru dan murid ini bak pertempuran epik Obi-wan Kenobi dan murid kesayangannya, Anakin Skywalker, di film Star Wars Episode III : Revenge of The Sith. Duel itu dimenangi Kenobi dan mengakibatkan Skywalker menderita cacat terkena lahar. Dipenuhi kebencian dan balas dendam, Skywalker lantas menjelma sosok baru bernama Darth Vader.
Seperti halnya kisah fiksi itu, Lampard merupakan murid cemerlang dan kesayangan Mourinho ketika keduanya sama-sama membela “The Blues” beberapa waktu lalu. Mourinho menjabat manajer, adapun Lampard sebagai kapten tim. Menariknya, meskipun dipengaruhi oleh Mourinho selama berkarier sebagai pemain di Chelsea, Lampard lantas mengambil jalan berbeda.
Ia memiliki pandangan berbeda, bahkan tidak menyukai gaya taktik mantan gurunya itu yang dianggap banyak orang terlalu negatif dan pragmatis. Di Chelsea, ia mengambil gaya berbeda dan nyaris bertolak belakang dari Mourinho. Lampard lebih menyukai taktik modern sepak bola, yaitu ofensif, lugas, dan menekan dengan energi tinggi. Tidak seperti gurunya itu, ia juga lebih percaya kepada para pemain muda.
Semangat menggebu-gebu itu membuat Lampard memenangi pertarungan perdananya kontra gurunya itu pada September 2018 silam. Saat itu, di luar dugaan, Lampard dan timnya ketika itu, Derby County, mempermalukan Mourinho di Old Trafford. County menyingkirkan Manchester United dari Piala Liga Inggris musim 2018-2019 lewat drama adu penalti.
Tidak lama berselang, pada Desember tahun itu, Mourinho dipecat MU. Adapun karir Lampard terus menanjak dan nyaris membawa County, tim Divisi Championship, promosi ke divisi puncak, Liga Premier Inggris. Prestasinya yang cemerlang lantas membuatnya direkrut sebagai manajer Chelsea menggantikan Maurizio Sarri pada awal musim 2019-2020.
Takdir mempertemukan kembali kedua sosok kharismatik itu di tepi lapangan hijau setelah Mourinho diangkat manajer oleh Spurs, akhir November lalu. Bagi Mourinho, derbi London ini menjadi kesempatannya balas dendam sekaligus pamer ilmu dan pengalaman di hadapan Lampard, manajer yang masih sangat “hijau”.
Spurs, yang mulai bangkit sejak diasuh Mourinho, sangat berpeluang memenangi laga ini. Mourinho maupun anak-anak buahnya di Spurs seperti Harry Kane, Son Heung-min, dan Delle Alli, paham betul mengatasi tekanan dan mencari kemenangan di derbi sengit semacam ini. Kemenangan di Stadion Tottenham itu juga sekaligus akan membuat mereka menggusur The Blues di peringkat keempat.
Tak heran, meskipun pernah mengukir kisah manis bersama The Blues dengan raihan tiga trofi juara Liga Inggris dan satu Piala FA, Mourinho menegaskan, hatinya seratus persen untuk Spurs. “Tiada ruang (di hati saya) sama sekali untuk klub-klub terdahulu. Mereka masa lalu saya. Jadi, (derbi London) sangatlah mudah bagi saya untuk dihadapi. Tidak ada emosi,” ujarnya dikutip BBC.
Rekor seratus persen
Pandangan yang terkesan agak bengis itu ternyata terbukti ampuh bagi manajer yang dijuluki “Si Spesial” itu. Dari 13 laga kandang menghadapi tim-tim yang pernah diasuhnya, Mourinho 12 kali menang. Lebih menakjubkannya lagi, rekor kemenangannya atas Chelsea adalah seratus persen, yaitu dua kali sebagai manajer MU dan sekali saat melatih Inter Milan.
Dengan demikian, Lampard patut waspada menghadapi derbi ini, apalagi mengingat performa timnya yang tengah menurun akhir-akhir ini. Sempat tampil mengagumkan dengan enam kali menang beruntun di Liga Inggris, The Blues kembali menapak tanah setelah empat kali kalah di lima laga terakhirnya.
Para pemain Chelsea yang sempat trengginas, seperti Tammy Abraham dan Cristian Pulisic, seperti kehabisan tenaganya dan ingin segera berlibur natal. Keduanya hanya mampu mengumpulkan satu gol di kelima laga itu, yaitu berturut-turut menghadapi Manchester City, West Ham United, Aston Villa, Everton, dan Bournemouth.
“Duel ini bisa menjadi mimpi buruk bagi Lampard. Minimnya pengalamannya dapat terekspos Mourinho yang bakal tampil menggebu-gebu. Pengalaman adalah hal tidak ternilai di liga seketat ini. Itulah kekurangan Lampard yang terlihat akhir-akhir ini,” ungkap Paul Merson, mantan pemain Liga Inggris, lewat kolomnya di Daily Star.
Meskipun demikian, Lampard enggan divonis kalah sebelum bertarung sungguhan di lapangan. Ia percaya, energi dan gejolak semangat muda para pemainnya cukup mengantar Chelsea mendulang poin berharga di markas Spurs. “Laga ini bakal sangat spesial bagi saya dan dirinya (Mourinho), begitu pula para pemain. Hanya itulah (rivalitas) hal terpenting saat ini,” ujarnya.
Arsenal tertahan
Sementara itu, pada laga lainnya, Everton menahan Arsenal 0-0, Sabtu malam. Hasil imbang itu menandai akhir kiprah manajer interim di masing-masing tim, Duncan Ferguson (Everton) dan Freddie Ljungberg (Arsenal). Keduanya bernasib serupa, yaitu digantikan oleh dua sosok yang hadir di tribune penonton Stadion Goodison Park, lokasi laga itu, yaitu Mikel Arteta dan Carlo Ancelotti.
Menyusul Mikel Arteta, yang baru saja diumumkan sebagai manajer baru Arsenal, Ancelotti juga resmi diangkat sebagai manajer Everton persis menjelang laga itu. Keduanya nampak serius mengamati tim barunya masing-masing di laga itu.