Musik Membawanya Pergi Jauh
Penampilan Paul Brandon Gilbert (53) di atas panggung masih energik dan kaya ekspresi. Gerak tubuhnya mungkin terbilang ”hemat”, apalagi dengan mengenakan setelan kemeja rapi dan berdasi.
Meski begitu, jemari Gilbert lincah menari-nari di atas frets dan senar gitar listriknya yang berwarna ungu, senada dengan warna pakaiannya. Petikan dawai-dawainya itu menghasilkan beragam bunyi-bunyian menakjubkan.
Rangkaian melodi, kadang melengking, juga kadang meraung, khas genre musik blues, yang memang kerap terdengar menyayat hati. Saat memainkan gitar, wajahnya penuh ekspresi. Mulutnya seperti komat-kamit, seolah ikut menyenandungkan bunyi-bunyian hasil petikan senar gitarnya.
Selama dua hari, 7-8 Desember 2019, Gilbert dan sejumlah musisi internasional hadir di perhelatan Jakarta Blues International Festival (JBIF) 2019.
Pada malam pertama, Gilbert menggelar coaching clinic, berbagi ilmu dan trik permainan gitarnya yang terkenal. Pengalaman serta pengetahuannya bermusik sudah tak diragukan dan sangat layak untuk dibagikan.
Pada malam kedua, Gilbert tampil di atas panggung bersama band pengiringnya. Beberapa lagu dia bawakan, baik karya solonya, seperti ”Blues for Rabbit” dan ”Havin It”, atau lagu-lagu kenangan Mr Big, seperti ”To Be With You” dan ”Green Tinted Sixties Mind”.
Kehebatan dan nama besar Gilbert bahkan sudah dikenal jauh sebelum dirinya mendirikan supergrup hard rock Mr Big di tahun 1988. Sayangnya, Mr Big kini berencana bubar setelah penabuh drum, Pat Torpey, meninggal awal tahun lalu akibat komplikasi parkinson.
Nama Gilbert sudah lama disejajarkan dengan para dewa gitar dunia lain, macam Yngwie Malmsteen dan Steve Vai. Mengutip situs www.loudersound.com, karier cemerlang Gilbert bahkan sudah dimulai sejak usianya masih 15 tahun.
Sebagai seorang gitaris belia, sosok dan keahlian Gilbert bermain gitar sudah sangat menonjol. Saat terbilang masih ”bau kencur” seperti itu, dia sudah bernyali besar melamar untuk menjadi gitaris pengganti musisi rock sebesar Ozzy Osbourne dalam sebuah konser.
Namun, Gilbert tak hanya bermodal nekat. Rekaman demo permainan gitar listrik, yang dia serahkan ke Shrapnel Records, nyatanya memang membuat Mike Varney, bos perusahaan rekaman itu, terkesima, meskipun Gilbert ketika itu tak lolos jadi gitaris pengganti band Osbourne.
”Dia (Osbourne) bilang, ’No! Kamu masih terlalu muda’,” ujar Gilbert sambil tertawa mengenang kejadian itu saat jumpa pers, Sabtu (7/12/2019).
Akan tetapi, beberapa tahun kemudian pihak Varney menawari Gilbert sebuah kontrak rekaman. Kemampuan bermain gitar Gilbert ketika itu sudah dinilai mengagumkan. Hanya tinggal kemampuan mencipta lagu yang perlu ditingkatkan, begitu Gilbert mengenang nasihat Varney.
Jauh sebelum mendunia bersama Mr Big yang ikut didirikannya, Gilbert sudah malang melintang bersama band rocknya, Racer X. Hingga Mr Big terbentuk, Racer X telah menelurkan setidaknya delapan album. Kemudian, bersama Mr Big, Gilbert turut memproduksi sekitar sembilan album termasuk album live mereka.
Pengaruh bermusik
Gilbert sangat terpengaruh oleh koleksi-koleksi musik milik ayahnya, yang kebanyakan bergenre rock dan blues. Ada The Beatles, The Rolling Stones, atau juga musisi blues seperti BB King, Muddy Waters, dan John Lee Hooker pada koleksi itu.
Semua musisi rock dan blues tahun 1960-an dan 1970-an. Bagi Gilbert, baik rock maupun blues, tak bisa dipisahkan lantaran sama-sama berakar pada satu instrumen musik, gitar. Menurut Gilbert, ada banyak gitaris rock dari masa generasi pendahulu, yang juga sangat baik bermain musik blues. Salah satunya Jimmy Page, gitaris superband rock legendaris, Led Zeppelin.
”Blues adalah genre musik yang memungkinkan kita banyak berimprovisasi. Dengan blues, kita bisa menerjemahkan melodi di dalam kepala menjadi bunyi yang indah. Improvisasi dalam blues juga memungkinkan kita bermain bersama orang lain, bahkan tanpa perlu berlatih terlebih dahulu,” ujar Gilbert.
Hal itu dibuktikan saat Gilbert berduet dengan Ron ”Bumblefoot” Thal, mantan gitaris Guns N’ Roses, di atas panggung. Bumblefoot juga tampil di JBIF 2019. Ajakan berduet dikabarkan terbilang mendadak, hanya beberapa saat menjelang kedatangan Gilbert ke Jakarta.
Kendati begitu, keduanya tetap bisa sukses tampil memukau. Mereka memainkan dua lagu evergreen asal dua superband legendaris dunia. Kedua lagu itu adalah ”Come Together” milik The Beatles serta lagu ”Rock & Roll” milik Led Zeppelin. Duet Gilbert dan Bumblefoot juga menjadi penampilan penutup ajang JBIF 2019.
Walau lebih dikenal sebagai gitaris rock atau bahkan heavy metal, Gilbert tak ingin membatasi dirinya pada genre musik tertentu. Menurut dia, sangatlah penting bagi seorang musisi untuk bisa menguasai sebanyak mungkin aliran dalam bermusik.
Dengan begitu, seorang musisi seperti dirinya akan bisa selalu memperluas sekaligus memperkaya karya-karya dalam bentuk serta gaya yang juga berbeda-beda. Terkait musik blues sendiri, Gilbert mengibaratkannya seolah bernyanyi menggunakan instrumen gitar.
Senang ke Indonesia
Bercerita tentang Indonesia, menurut Gilbert, setidaknya sudah tujuh kali ia ke Indonesia. Bersama Mr Big, Gilbert pernah berkonser dua kali, di tahun 1996 dan tahun 2009. Konser kedua digelar tak lama setelah bom Kuningan meledak di Hotel JW Marriott, Jakarta.
Gilbert mengaku sangat terkesan pada Indonesia. Dia bahkan juga sudah bisa menikmati sejumlah makanan khas Indonesia yang, menurut dia, berbumbu dan pedas. Gilbert juga pernah mencicipi buah beraroma khas, durian, yang cita rasanya lumayan dia sukai.
Tak hanya soal makanan, Gilbert bahkan mengakui, salah satu musisi yang paling berpengaruh pada dirinya adalah seorang keturunan Indonesia. Eddie van Halen, gitaris supergrup rock dunia asal Belanda, Van Halen.
Gilbert tahu bahwa Eddie lahir dari seorang perempuan Indonesia, yang menikah dengan warga negara Belanda.
”Kalau ditanya siapa musisi idola saya, gitaris berpengaruh terbesar saya adalah pemain gitar (keturunan) Indonesia, Eddie van Halen. Eddie kelahiran Holland. Dia separuh Indonesia dan dia yang terbaik,” ujar Gilbert.
Gilbert sangat bersyukur karena berkat musik dirinya bisa bepergian ke banyak tempat di dunia. Hal itu sebelumnya sama sekali tak pernah terbayangkan oleh Gilbert yang lahir dan besar di sebuah kota kecil di Amerika Serikat.
”Berkat musik, saya bisa berada di sini dan juga di berbagai benua lain di dunia. Tak hanya itu, setiap kali saya memainkan musik, saya bisa melihat wajah-wajah ceria dan tersenyum. Musik benar-benar bisa menginspirasi. Saya yakin ada banyak hal bagus dalam musik.”
Paul Brandon Gilbert
Lahir: Carbondale, Illinois, Amerika Serikat, 6 November 1966
Kelompok musik: Mr Big, Racer X, Yellow Matter Custard
Pasangan: Emi Gilbert (menikah tahun 2005), Patricia Patterson (menikah tahun 1993-1998)