Semua stasiun pengisian bahan bakar untuk umum di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, sejak tiga hari terakhir tersendat melayani konsumen. Bahan bakar minyak jenis premium, pertalite, dan solar sulit didapat.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Semua stasiun pengisian bahan bakar untuk umum di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, sejak tiga hari terakhir tersendat melayani konsumen. Bahan bakar minyak jenis premium, pertalite, dan solar sulit didapat.
Pembelian pertamax pun tidak dilayani oleh semua SPBU karena terbatas jumlahnya. Kelangkaan terjadi karena kapal tanker pengangkut BBM dari Surabaya terlambat masuk Kupang, diduga akibat cuaca buruk.
Nelson Manu (45), Koordinator Petugas Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak untuk Umum (SPBU) di Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang, berbatasan dengan Kota Kupang, Senin (23/12/2019), mengatakan, kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) di SPBU yang dipimpinnya terjadi sejak tiga hari terakhir, terhitung Sabtu (21/12/2019). Namun, ada pula SPBU yang mengalami kelangkaan sejak sebelum Sabtu.
”Di SPBU ini setiap hari diisi 8.000 liter premium, 6.000 liter pertalite, 7.000 liter solar, dan 5.000 liter pertamax. Namun, hari ini, Senin, 23 Desember pukul 12.00 Wita, sisa permatax saja. Itu pun sekitar 250 liter, dijual dengan harga Rp 9.850 per liter,” kata Manu.
Ia mengatakan, di NTT, Pertamina kebanyakan menjual BBM jenis premium, pertalite, solar, dan pertamax. BBM jenis lain belum terjual karena belum diminati konsumen.
Di SPBU Noelbaki yang terletak di Jalan Timor Raya itu, ratusan kendaraan roda empat dan roda dua yang hendak mengisi BBM untuk melakukan perjalanan ke Soe, Kefamenanu, Atambua, Malaka, dan Dili, Timor Timur, tidak terlayani. Mereka pun batal melanjutkan perjalanan karena khawatir kehabisan BBM selama perjalanan.
”Jika di Kota Kupang saja tidak ada, apalagi di Soe, Kefamenanu, dan Atambua serta Malaka. Di sana lebih sering terjadi kelangkaan karena pengadaan BBM didatangkan dari Kupang melalui jalan darat,” kata Manu.
Agus Talan (32), sopir bus Gemiliang rute Kupang-Atambua, menyatakan enggan melanjutkan perjalanan ke Atambua karena bensin di dalam mobil hanya tersisa 5 liter saja. BBM itu hanya bisa menempuh jarak 40 km, sementara jarak Kupang-Atambua 300 km.
Sebanyak 45 penumpang di dalam bus dibawa pulang ke Terminal Oesapa, Kota Kupang, 25 km dari SPBU Tanah Merah, kemudian mereka melanjutkan perjalanan ke kediaman masing-masing. Ia sendiri menunggu sampai BBM terdistribusi di SPBU di Kota Kupang, kemudian melakukan perjalanan ke Atambua.
Maksi Salean (23), tukang ojek konvensional di Kota Kupang, mengatakan sudah mengelilingi 12 SPBU dari total 20 SPBU di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang. Namun, tidak satu SPBU pun melayani konsumen karena stok BBM habis, baik premium, pertalite, solar, maupun pertamax.
”Hanya bensin (premium) masih terlihat di beberapa tempat (pedagang eceran). Pedagang menjual bensin dengan harga Rp 12.000 per liter. Semestinya SPBU mengurangi penjualan bensin kepada pedagang. Harus ada kerja sama atau koordinasi antara Pertamina dan pengusaha SPBU agar bensin tidak diisi di dalam jeriken warga kecuali tangki kendaraan,” kata Salean.
Semestinya kapal tanker BBM itu tiba di Kupang minimal H-5 Natal. (Viktor Mado)
Pengamatan di SPBU Pohon Duri Kota Kupang, satu-satunya SPBU yang melakukan pengisian selama 24 jam pun tampak kosong. Pada Sabtu-Senin, di SPBU itu terpajang sebuah tulisan, ”BBM sedang dalam perjalanan. Mohon bersabar”.
Ratusan pengendara roda dua dan roda empat kesulitan mendapatkan BBM. Mereka mengarahkan kendaraan ke setiap SPBU untuk mendapatkan bahan bakar minyak, tetapi tidak mendapatkannya. Beberapa mobil terpaksa diparkir di sisi jalan karena kehabisan BBM.
Sales Area Manajer Pertamina Cabang Kupang TD Kristanto mengatakan, kapal tanker yang membawa BBM dari Surabaya terlambat tiba di Kupang karena gangguan cuaca buruk. Saat ini kapal sudah sandar di dermaga di Tenau, Kupang, dan sedang melakukan pengisian.
”Setiap SPBU di Kota dan Kabupaten Kupang kami isi secara bertahap. Beberapa SPBU sudah terlayani, sebagian masih dalam proses pengisian. Kami targetkan sampai malam ini, atau besok pagi, semua SPBU sudah terisi baik premium, pertalite, solar, maupun pertamax,” kata Kristanto.
Anggota DPRD NTT dari Fraksi PDI-P, Viktor Mado, mengatakan, alasan cuaca buruk itu tidak masuk akal. Cuaca di laut saat ini masih normal. Feri dan pelayaran masyarakat masih beroperasi. Ia mempertanyakan keterlambatan kapal tanker pada saat umat Kristiani mau merayakan malam Natal, Selasa (24/12/2019) dan hari Natal pada Rabu (25/12/2019).
Ia khawatir, jika 24-25 Desember BBM masih langka, akan sangat mengganggu umat Kristiani untuk beribadah. Sebagian besar umat ke rumah ibadah menggunakan kendaraan bermotor. Jika dalam tiga hari terakhir BBM tidak ada, tentu tangki BBM kendaraan pun kosong.
”Semestinya kapal tanker BBM itu tiba di Kupang minimal H-5 Natal sehingga bisa melanjutkan perjalanan darat ke Soe, Kefamenanu, dan Atambua. Kalau tiba hari ini, mobil Pertamina masih butuh waktu satu-dua hari melanjutkan perjalanan darat ke sana. Sementara kelangkaan BBM di Kupang sudah berlangsung sejak Sabtu, 21 Desember. Mungkin di Soe, Kefamenanu, dan Atambua kelangkaan terjadi lebih awal dari Kupang,” kata Mado.