Tiga Mahasiswa Unsika Tewas Terjebak di Goa Lele Karawang
Tiga mahasiswa dari Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) tewas terjebak air di Goa Lele, Karawang. Mereka tidak bisa menyelamatkan diri akibat air hujan merendam goa saat berkegiatan di sana.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Tiga mahasiswa dari Universitas Singaperbangsa Karawang atau Unsika tewas terjebak di Goe Lele, Desa Tamansari, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang, Senin (23/12/2019) dini hari. Ketiganya tidak bisa menyelamatkan diri akibat air hujan deras yang turun dan merendam goa saat mereka berkegiatan di sana.
Ketiga korban meninggal itu adalah Erisya Rifania (20) asal Bogor, Arif Rindu Arrafah (18) asal Kabupaten Bogor, dan Ainan Fatmatuzzaroh (19) asal Kabupaten Banjarnegara. Berdasarkan informasi dari Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Bandung, ketiga mahasiswa yang terdaftar dalam organisasi Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Unsika tersebut terjebak sejak Minggu siang.
Sebelumnya, mereka menyusuri Goa Walet. Namun, sekitar pukul 13.00, hujan deras melanda daerah tersebut sehingga air masuk ke goa dan mereka terjebak. Korban diduga panik saat kejadian tersebut dan kehabisan oksigen sehingga meninggal.
Kepala Kantor SAR Bandung Deden Ridwansyah menuturkan, pihaknya mendapatkan informasi tersebut Minggu sekitar pukul 21.00. Proses evakuasi ketiga korban memakan waktu hingga pukul 06.00 dan ketiga nyawa korban tidak bisa diselamatkan.
Kegiatan susur goa ini diadakan oleh Mapala Unsika bersama Polibisnis Purwakarta. Berdasarkan informasi dari Polres Karawang, sebanyak 16 mahasiswa melakukan kegiatan tersebut sejak Minggu siang. Setelah persiapan, sekitar tujuh mahasiswa dengan peralatan lengkap masuk ke Goa Lele.
Namun, saat mereka melaksanakan susur goa, cuaca yang sebelumnya cerah berubah drastis menjadi hujan deras. Mahasiswa yang sedang melaksanakan kegiatan di dalam goa bergegas keluar karena air mulai memasuki goa dari berbagai sisi. Ketiga korban tewas tersebut berada di lokasi yang cukup dalam sehingga tidak sempat menyelamatkan diri.
”Dari info rekan-rekan di lapangan, kami kesulitan mengevakuasi karena kondisi medan yang cukup sempit. Jarak dari mulut goa hingga mencapai korban pun cukup jauh sehingga membutuhkan waktu tempuh lebih kurang satu jam,” ujar Deden.
Dari info rekan-rekan di lapangan, kami kesulitan mengevakuasi karena kondisi medan yang cukup sempit. Jarak dari mulut goa hingga mencapai korban pun cukup jauh sehingga membutuhkan waktu tempuh kurang lebih satu jam.
Perwira Urusan Humas Polres Karawang, Inspektur Satu Memet Suparta, menuturkan, pihaknya masih meneliti lokasi dan mengumpulkan alat bukti. Ia menyebutkan, pihak Mapala telah melaporkan kejadian tersebut sejak Minggu malam.
”Awalnya ada tujuh orang yang terjebak. Empat orang masih bisa terjangkau, tetapi yang lain lokasinya terlalu dalam,” ujarnya.
Dilarang
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karawang Asep Wahyu Suherman menuturkan, kawasan Goa Lele merupakan salah satu daerah yang tidak boleh dimasuki saat musim hujan. Dia berharap, masyarakat Karawang dapat mengantisipasi potensi bencana musim hujan dengan mengadakan koordinasi dengan instansi terkait.
”Untuk kejadian di Goa Lele, perangkat kewilayahan di sana sepakat untuk tidak memperbolehkan ada kegiatan, tidak boleh masuk. Menurut informasi, kebetulan dari Mapala ini tidak melakukan koordinasi dengan Muspika. Sabtu datang, lalu besoknya langsung berkegiatan. Ini akan kami telusuri lebih lanjut,” tuturnya.
Selain itu, beberapa daerah lain seperti bukit dan dataran tinggi berpotensi longsor dan angin kencang sehingga warga perlu waspada. Asep berujar, peningkatan kewaspadaan dibutuhkan terutama pada puncak musim hujan, akhir Desember hingga Januari tahun depan.