Kondisi cuaca ekstrem mewarnai sebagian besar wilayah selama masa Natal dan Tahun Baru. Masyarakat diimbau mewaspadai ancaman bencana hidrometeorologi, seperti angin kencang, petir, hujan lebat, dan gelombang tinggi.
Oleh
Ahmad Arif/Stefanus Ato/Insan Al Fajri/Nikolaus Harbowo/I Gusti Agung Bagus Angga Putra
·4 menit baca
Setidaknya selama sepekan ke depan, monsun Asia menguat. Potensi cuaca ekstrem ini dipicu munculnya siklon tropis phanfone di Samudra Pasifik sebelah timur Filipina.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Dwikorita Karnawati, di Jakarta, Senin (23/12/2019), mengatakan, selama Desember ini, monsun Asia mulai menguat. Demikian pula suhu muka laut mulai menghangat sehingga mendukung pembentukan awan hujan.
Saat ini sudah 74 persen wilayah Indonesia memasuki musim hujan. Data BMKG menyebut sirkulasi siklonik terpantau di Kalimantan Utara, Jawa Timur, dan Papua.
Konvergensi terbentuk memanjang dari Sumatera Barat hingga Samudra Hindia barat Sumatera, dari Bengkulu hingga Selat Karimata bagian selatan, dari Sulawesi Barat hingga Maluku Utara, di perairan selatan Bali-Jawa Timur dan di Papua. Daerah belokan angin terdapat di Kalimantan Barat dan Jawa Tengah.
Informasi dari Pusat Peringatan Siklon Tropis Jakarta juga menyebutkan adanya taifun phanfone di Samudra Pasifik. Persisnya di sebelah timur Filipina, sekitar 1.150 kilometer sebelah timur laut Tahuna, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara.
Siklon ini bergerak ke barat laut dengan kecepatan 24 knots atau 45 km/jam. Dalam waktu 24 jam ke depan, siklon ini akan berada sekitar 890 km sebelah utara timur laut Tahuna.
Kondisi ini mendukung peningkatan potensi hujan dan cuaca ekstrem selama sepekan ke depan di wilayah Indonesia. ”Masyarakat diimbau tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem dan hujan lebat yang dapat disertai kilat dan angin kencang,” katanya.
Beberapa daerah yang berpotensi cuaca ekstrem ini antara lain Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung.
Kondisi serupa di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
”Umumnya hujan terjadi dimulai pada saat menjelang siang hingga sore hari,” katanya.
Sebagai dampak aktivitas siklon phanfone, saat ini gelombang laut dengan ketinggian 1,25-2,5 meter berpotensi terjadi di Laut Sulawesi, perairan Kepulauan Talaud-Kepulauan Sangihe, perairan timur Kepulauan Sitaro, perairan Bitung-Likupang, Laut Maluku, perairan Halmahera, Laut Halmahera, perairan utara Papua Barat hingga Papua.
Sementara itu, gelombang laut dengan ketinggian 2,5-4 meter berpotensi terjadi di Samudra Pasifik utara Papua Barat, Samudra Pasifik utara Biak, dan Samudra Pasifik utara Halmahera bagian utara.
Untuk tanggal 27 dan 28 Desember, wilayah perairan yang perlu diwaspadai dengan tinggi gelombang 2,5-4 meter adalah perairan Samudra Hindia, selatan Jawa Tengah, hingga Sumba dan Laut Natuna Utara.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono R Prabowo menambahkan, cuaca yang semula cerah bisa langsung berubah hujan.
”Masyarakat supaya bisa mengatur jam keberangkatan. Mereka harus mempersiapkan atau mulai bergerak sebelum cuaca cenderung lebih aktif pada siang hingga sore hari,” katanya.
Karena cuaca ekstrem, potensi gelombang tinggi di wilayah pesisir pun sangat mungkin terjadi. Anomali suhu permukaan perairan Indonesia yang menghangat membuat pertumbuhan awan hujan lebih banyak terbentuk di selatan khatulistiwa.
Gelombang laut
Terkait gelombang laut, prakirawan BMKG, La Ode Nurdiansyah, menjelaskan, ketinggian gelombang di jalur penyeberangan antarpulau dan jalur pelayaran nasional masih layak untuk berlayar. Ketinggiannya saat ini masih di bawah 1 meter. Gelombang tinggi bakal terjadi di laut selatan Jawa.
Ia meminta masyarakat yang berniat berwisata di pantai untuk mulai menjauhi pesisir pada sore hari. ”Tinggi gelombang di perairan selatan Jawa bisa mencapai 2,5 meter hingga 4 meter pada sore hari,” ujarnya.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo, di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, telah memerintahkan seluruh jajaran mengenali karakteristik bencana setiap wilayah sehingga antisipasi dapat segera dilakukan terpadu.
Daerah-daerah yang saat ini masuk kategori siaga bencana ada di wilayah Sumatera Barat, Aceh, dan Riau. Ancaman bencana di tempat-tempat itu didominasi banjir bandang akibat kerusakan hutan di masa lalu.
Antisipasi jalur darat
Untuk mengantisipasi ancaman bencana, sejumlah upaya dipersiapkan. PT Kereta Api Indonesia Daop I menyiapkan alat material untuk siaga di sejumlah titik rawan bencana longsor dan banjir. Dari hasil evaluasi dan pengawasan, terdeteksi 237 titik rawan bencana sepanjang jalur kereta Daop I.
”Titik rawan terbanyak itu ada di jalur kereta Bogor ke Sukabumi. Di sana sering terjadi tanah ambles atau longsor,” kata Executive Vice President PT KAI Daop I Dadan Rudiansyah.
PT KAI Daop I juga membentuk posko-posko dan menyiapkan penjaga ekstra di luar penjaga reguler sebanyak 179 petugas. Petugas ekstra itu terdiri dari petugas penilik jalan, petugas jaga lintas, dan petugas posko daerah rawan yang ditempatkan di sepanjang lintasan rel kereta.