Menjaga momentum dialog antara Amerika Serikat dan Korea Utara merupakan hal terpenting bagi kawasan Asia Timur. Situasi tegang di Semenanjung Korea hanya akan merugikan Korea Selatan, Korea Utara, dan China.
Oleh
Luki Aulia
·2 menit baca
BEIJING, SENIN — Menjaga momentum dialog antara Amerika Serikat dan Korea Utara merupakan hal terpenting bagi kawasan Asia Timur. Situasi tegang di Semenanjung Korea hanya akan merugikan Korea Selatan, Korea Utara, dan China.
Sampai saat ini belum ada perkembangan terkait negosiasi pelucutan nuklir Korut setelah Pemimpin Korut Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump bertemu tiga kali sejak Juni 2018.
”China dan Korsel seharusnya bersatu membantu Korut dan AS menjaga momentum dialog,” kata Ko Min-jung, juru bicara Presiden Korsel Moon Jae-in, seusai pertemuan Moon dan Presiden China Xi Jinping di Beijing, China, Senin (23/12/2019).
Selama ini, Korut bersikeras menuntut agar semua sanksi internasional dicabut terlebih dahulu sebelum Korut menghancurkan nuklirnya.
Xi pada dasarnya setuju dan mendukung upaya Korsel untuk memperbaiki hubungan dengan Korut. Pada pekan lalu, China dan Rusia meminta Dewan Keamanan PBB mencabut sebagian sanksi agar setidaknya ada kemajuan dalam perundingan Korut dan AS.
Namun, China tidak yakin dengan sikap Korsel dan Jepang. Tanpa dukungan kedua negara itu, sia-sia saja upaya di Dewan Keamanan PBB itu. AS, mitra utama Korsel dan Jepang, akan dengan mudah bisa memveto resolusi apa pun yang dirancang di Dewan Keamanan PBB.
”Menjaga stabilitas, perdamaian Semenanjung Korea, dan mendorong solusi politik menjadi keinginan kita, China, Jepang, dan Korsel,” kata Wakil Menteri Luar Negeri China Luo Zhaohui.
Guru besar studi kebijakan dari National Graduate Institute for Policy Studies, Jepang, Narushige Michishita, menduga Jepang akan mengkhawatirkan sikap Korut yang tak terduga seiring dengan makin dekatnya pelaksanaan Olimpiade 2020 di Tokyo.
”Mungkin peluang dialog bilateral dengan Korut akan bisa menjadi pendekatan yang lebih baik bagi Jepang daripada pencabutan sanksi PBB,” ujarnya.
Tak ada kejelasan kelanjutan dialog, Korut kian frustrasi karena sanksi ekonomi tidak kunjung dicabut. Padahal, Korut sudah menghentikan uji nuklir dan rudal jarak jauh. Korut memberi batas waktu kepada AS hingga 31 Desember ini.
Namun, AS diam saja. Sejumlah pakar meyakini, Korut sedang menyiapkan uji rudal balistik antarbenua. Jika ini terjadi, kesepakatan Korut dan AS pada 2018 otomatis bubar. (REUTERS)