Lima Tragedi Kecelakaan Bus di Indonesia dalam Dua Dekade Terakhir
Berdasarkan arsip ”Kompas”, dalam dua dekade terakhir terdapat beberapa kecelakaan maut yang merenggut lebih dari 10 korban jiwa. Inilah rangkuman dari beberapa kecelakaan tersebut.
Oleh
HARYO DAMARDONO
·4 menit baca
Berdasarkan arsip Kompas, dalam dua dekade terakhir terdapat beberapa kecelakaan maut yang merenggut lebih dari 10 korban jiwa. Tragedi-tragedi yang Senin malam kemarin terjadi lagi di Pagar Alam. Inilah rangkuman dari beberapa kecelakaan tersebut.
Hari Sabtu (10/2/2018) sekitar pukul 17.00, misalnya, sebanyak 27 orang tewas dalam kecelakaan sebuah bus pariwisata pada jalan turunan di Kampung Dawuan, Desa Ciater, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Kepala Kepolisian Resor Subang Ajun Komisaris Besar Muhammad Joni saat itu menginformasikan, bus yang terguling itu mengangkut 43 orang. Enam orang lainnya menderita luka berat dan 10 orang luka ringan.
Bus bernomor polisi F 7959 AA ini membawa rombongan anggota dan pengurus Koperasi Simpan Pinjam Permata, Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten. Mereka berangkat ke Bandung pada Sabtu sekitar pukul 06.00 untuk mengikuti rapat akhir tahun.
Saat melintasi turunan dan kelokan tajam di Kampung Dawuan, laju bus cukup cepat sehingga pengemudi tidak bisa mengontrol dan rem pun tak berfungsi optimal.
Hari Rabu (21/8/2013), bus Giri Indah B 7297 BI, mengalami kecelakaan di Jalan Raya Puncak, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sebanyak 20 orang tewas.
”Sopir tersangka utama kecelakaan ini,” ujar Kepala Kepolisian Resor Bogor Ajun Komisaris Besar Asep Syafrudin. Ditetapkannya Amin sebagai tersangka karena sopir bertanggung jawab terhadap keselamatan penumpang selama mengemudikan kendaraan dalam perjalanan.
Hari Rabu (27/2/2013), sebanyak 17 penduduk Kampung Cikemang, Desa Sukajaya, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, juga tewas. Bus yang mereka tumpangi menabrak tebing di Ciloto, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur.
Bus PO Mustika Mega Utama berpelat F 7263 K, yang ditumpangi warga Cikemang, itu mengalami kecelakaan diduga karena terlalu banyak penumpang. Rombongan itu akan berziarah ke makam leluhur mereka di Cikundul, Cianjur, Jabar.
Kepala Polres Cianjur Ajun Komisaris Agustri Heryanto memastikan bus itu kelebihan penumpang. Kapasitas bus itu maksimal 48 orang, ditambah sopir dan kernet. ”Berdasarkan penuturan saksi, bus itu penuh sekali. Bahkan banyak yang berdiri,” ujarnya.
Di bus itu, Kompas mendapat informasi ada lebih dari 60 penumpang dewasa, belum termasuk anak-anak.
Sementara Jumat (20/2/2015), sebanyak 16 peziarah asal Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, tewas, dan 51 lainnya terluka akibat bus PO Sang Engon nomor polisi B 7222 KGA yang mereka tumpangi terguling di ruas Tol Jatingaleh, Semarang, Jawa Tengah.
Bus yang dikemudikan Ahmad Husein (56) itu menabrak dan melewati pembatas jalan, lalu terguling di tikungan tajam. Salah seorang penumpang selamat, Ahmad Marzuki (50), bercerita, rombongan baru saja kembali dari ziarah, kemudian mengikuti pengajian Habib Lutfi di Pekalongan.
Sebelum kembali ke Bojonegoro, mereka singgah ke Sendang Thoyyibah di Ungaran, Kabupaten Semarang. Dalam perjalanan menuju Ungaran itulah, sekitar pukul 13.30, bus mengalami kecelakaan.
”Saya tidak tahu apa-apa. Sebelumnya tidak ada tanda-tanda apa pun. Tiba-tiba waktu lewat di tikungan, posisi bus miring, tambah miring, dan akhirnya terguling. Saya langsung berusaha menyelamatkan diri saya dan istri saya,” ujar Marzuki asal Desa Sukorejo, Bojonegoro.
Adapun Sabtu (7/7/2007), bus Limas bernomor polisi B 7919 PW yang membawa rombongan wisata dari SMPI Ar-Ridho, Depok, juga kecelakaan. Bus naas itu terjun ke sungai di bawah Jembatan Cikundul, Desa Ciloto, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, setinggi 30 meter.
Akibat musibah itu, 16 orang tewas, 26 luka ringan, dan 22 luka berat. Korban tewas dan luka ringan langsung dibawa ke Rumah Sakit Umum (RSU) Cimacan, Cianjur, sedangkan korban dengan luka berat dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Bandung.
Rombongan yang terkena musibah itu dalam perjalanan menuju Kebun Raya Cibodas.
Korban luka ringan, Andri Zuliansyah (17), mengatakan, bus Limas yang dikemudikan Helmi Mahmud (47) sudah terasa oleng selepas Puncak Pass menuju arah Cipanas. Bus melaju semakin kencang karena jalanan menurun dari Puncak Pass hingga Jembatan Cikundul.
”Sejak dari Puncak Pass hingga kami tersadar sudah berada di bawah jembatan, beberapa kali bus oleng ke kiri dan ke kanan sehingga semua penumpang ikut terseret ke kiri dan ke kanan,” kata Andri.
Dengan begitu banyaknya tragedi kecelakaan bus di Indonesia, sangat disayangkan tragedi itu kini terulang lagi.