MRT Siapkan Studi Kelayakan Perpanjangan ke Ancol
PT MRT Jakarta tengah menuntaskan studi kelayakan rute perpanjangan fase 2 koridor selatan-utara. Dalam studi kelayakan itu akan dibicarakan tentang rute perpanjangan dari Kota ke Ancol Barat sejauh 6 kilometer.
PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta saat ini tengah menuntaskan studi kelayakan atau feasibility study (FS) terkait rute perpanjangan fase 2 koridor selatan-utara. FS itu akan berbicara tentang rute perpanjangan dari Kota ke Ancol Barat sejauh 6 km.
M Kamaluddin, Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan PT MRT Jakarta, Senin (23/11/2019), menjelaskan, proses FS sedang berjalan. Di dalamnya nanti dimasukkan juga detail tentang depo bagi fase 2, yaitu di Ancol Barat.
Silvia Halim, Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, terpisah menjelaskan, FS untuk koridor extension atau koridor perpanjangan dilakukan saat-saat ini supaya muncul gambaran detail. Gambaran detail yang dimaksud menyangkut letak stasiun hingga kebutuhan dananya.
Kebutuhan dana itu akan dibawa MRT Jakarta dalam pembahasan mengenai pembiayaan tahap dua fase 2 bersama Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA). Pembahasan, menurut rencana, berlangsung pertengahan 2020.
Seperti diketahui, setelah melalui studi kelayakan, Pemerintah Jepang melalui JICA setuju memberikan pinjaman guna membiayai pembangunan fase 2 MRT Jakarta.
Dalam catatan Kompas, persetujuan pemberian pinjaman itu berlangsung pada Rabu, 24 Oktober 2018, yang ditandai dengan penandatanganan perjanjian pinjaman (loan agreement) dan pertukaran dokumen (exchange note) pinjaman fase 2 senilai 70,210 miliar yen atau senilai Rp 9,46 triliun dilakukan. Kurs saat itu 1 yen = Rp 134,9.
Dalam FS yang dilakukan PT MRT Jakarta waktu itu, perpanjangan fase 2 menurut rencana berawal dari Bundaran Hotel Indonesia dan berakhir di Stasiun Kampung Bandan sejauh 8,3 km. Adapun rencana awal, depo MRT fase 2 akan berada di area lahan PT KAI di Stasiun Kampung Bandan itu.
Dari FS total dana yang diperlukan untuk membangun fase 2 sebesar Rp 22,5 triliun. Dalam realisasinya, pemberian pinjaman dibagi dalam beberapa tahap atau slice loan. Tahap pertama sebesar 70,210 miliar yen atau sekitar Rp 9,46 triliun dengan kurs saat itu 1 yen = Rp 134,9. Pemberian pinjaman tahap 2 untuk fase 2 akan dimulai dengan pembahasan kembali bersama antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang tahun depan.
Dalam perkembangan, seperti yang diberitakan Kompas, lahan Kampung Bandan tidak bisa dipergunakan MRT Jakarta karena masih dikerjasamakan dengan pihak ketiga. Akhirnya muncul gagasan yang disetujui menjelang peresmian pengoperasian MRT fase 1, depo dan ujung fase 2 akan ada di Ancol Barat.
”Yang desain rancangan teknis (DED) yang kami punya sekarang adalah DED dari Bundaran HI sampai ke Kota. Lalu kami sedang kerjakan FS untuk yang perpanjangan sampai ke Ancol Barat,” ujar Silvia.
Dari FS itu, lanjut Silvia, selain biaya, juga akan dibicarakan hal lain, seperti konsep desain dan dampak lingkungan.
”Lalu apakah pendanaan untuk rute perpanjangan ini akan masuk ke slice 2? Mereka (JICA) mau melihat hasil FS. Makanya kami mau keluarkan hasil FS, lalu kami bicara dengan JICA untuk bisa selesaikan koridor perpanjangan,” tutur Silvia.
Baca juga : Realisasi Duet PT KA-MRT Dinanti pada 2020
Baca juga : Semua Stasiun Bawah Tanah Segera Dilengkapi Panel Pelindung Banjir
Mereka (JICA), jelas Silvia, perlu melihat itu semua sebelum mereka komit apakah mereka bisa memberikan pinjaman. Namun, tentunya Pemerintah Indonesia juga harus bisa memutuskan apakah mau meminta pinjaman atau cari pendanaan lain.
Sesuai perencanaan, konstruksi fase 2 MRT Jakarta sepenuhnya akan merupakan konstruksi bawah tanah. Itu sebabnya, anggaran yang diperlukan cukup besar, dengan panjang koridor awal 8,3 km saja perlu Rp 22,5 triliun. Sementara untuk yang koridor perpanjangan masih akan melihat hasil FS atas koridor perpanjangan sejauh 6 km itu.
Sesuai perencanaan, konstruksi fase 2 MRT Jakarta sepenuhnya akan merupakan konstruksi bawah tanah. Itu sebabnya, anggaran yang diperlukan cukup besar, dengan panjang koridor awal 8,3 km saja perlu Rp 22,5 triliun.
Terkait fase 2 dari Bundaran HI ke Kota, Silvia memastikan semua on the track. Ada beberapa paket pekerjaan untuk fase 2. ”Jadi, paket 1 fase 2, CP 200 sudah selesai, yaitu membangun dinding bawah tanah untuk gardu induk kita. Itu sudah selesai,” katanya.
Kedua, CP 201 sedang dalam pengadaan. ”Ini kami targetkan selesai evaluasi pengadaan sehingga bisa menetapkan pemenangnya pada bulan Februari 2020, dan pada Maret 2020 kami mulai berkontrak dan juga mulai bekerja,” kata Silvia.
Lalu paket sipil lainnya, seperti paket 202, masih dalam pengadaan. MRT Jakarta optimistis untuk paket-paket pekerjaan sipil fase 2 bisa selesai pengadaannya dan mulai berkontrak di kuarter (Q2) atau Q3 tahun depan.
”Jadi, pada dasarnya semua paket pekerjaan fase 2 bisa dimulai tahun depan. Itu semua pekerjaan sipil, seperti membangun stasiun, membangun tunnel dari Bundaran HI ke Kota,” tutur Silvia.
Untuk pekerjaan sipil dari Bundaran HI ke Kota itulah dana pinjaman yang sudah cair sebagai pinjaman tahap pertama fase 2 mulai dipergunakan.
Namun, untuk bisa memulai pekerjaan sipil pada Maret 2020, lanjut Silvia, saat ini ada sejumlah pekerjaan teknis awal yang harus segera tuntas.
”BED sudah selesai karena kami sedang pengadaan. Lalu, bersamaan dengan itu kami bicara dengan para pemilik utilitas untuk masalah pemindahan. Jadi, utilitas-utilitas bawah tanah yang sudah kami identifikasi di awal proyek harus direlokasi itu sekarang sedang dalam proses berjalan,” katanya.
Para pemilik utilitas sedang bergerak. ”Tahun depan mereka akan merelokasi. Ada gas, listrik, air, telepon. Semuanya tahun depan akan mulai bergerak,” ujarnya.
MRT Jakarta juga sudah berbicara dengan tim cagar budaya karena koridor fase 2 akan memasuki area cagar budaya di Kota Tua.
”Jadi, kami sudah mendapatkan persetujuan dari tim cagar budaya dan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan untuk melakukan pekerjaan kami di kawasan cagar budaya. Hal itu akan memudahkan pekerjaan kami nanti di kawasan cagar budaya,” ucapnya.
Hal lainnya, MRT Jakarta segera berdiskusi dengan Dinas SDA karena akan menutup kanal Kali Ciliwung yang ada di tengah jalan di antara Hayam Wuruk dan Gajah Mada. ”Kami akan tutup di atasnya dengan traffic deck. Jadi, secara prinsip mereka sudah memberikan persetujuannya,” katanya.
MRT Jakarta dan Dinas Perhubungan juga sedang melakukan pembebasan lahan di Gajah Mada, Hayam Wuruk, dan Kota. ”Sekarang sedang berjalan pembebasannya oleh Dishub DKI. Target akan selesai tahun ini. Kalau melihat timeline, kalau semua lancar, semua pekerjaan selesai pada akhir 2024, lalu pada tahun 2025 bisa beroperasi,” ucap Silvia.
Baca juga : Pergantian Tahun, MRT Tambah Jam Operasi