Seusai Ditimpa Kecelakaan, Bus Sriwijaya Lainnya Tetap Beroperasi
Walau satu armadanya mengalami kecelakaan di tikungan Lematang, Kota Pagar Alam, PO Sriwijaya di Palembang tetap mengoperasikan armadanya yang lain.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Walau satu armadanya mengalami kecelakaan di tikungan Lematang, Kota Pagar Alam, Perusahaan Otobus Sriwijaya di Palembang tetap mengoperasikan armadanya yang lain. Penumpang pun beranggapan kejadian itu merupakan kecelakaan yang sewaktu-waktu bisa saja terjadi.
Gion Prabowo (19) bersama sembilan temannya bersiap di agen PO Sriwijaya Express yang terletak di Kertapati, Palembang. Mereka hendak bertolak ke kawasan Bukit Kaba, Bengkulu.
Peristiwa kecelakaan yang melibatkan bus Sriwijaya sudah dia dengar sejak tadi pagi. ”Saya dengar berita itu saat membeli tiket. Tapi, ya, mau diapakan lagi. Saya dan teman-teman memutuskan untuk tetap berangkat,” ujarnya. Memang ada perasaan waswas, tetapi hal itu dia tepis dan memilih untuk tetap menikmati perjalanan.
Dia memilih untuk menggunakan bus Sriwijaya karena tiket kereta api sudah habis terjual. Selain itu, ongkos bus ini cukup murah, yakni sekitar Rp 130.000 per orang. Dalam perjalanannya, Gion membawa perbekalan dan sejumlah ransel yang cukup besar.
Menurut dia, hampir semua kendaraan transportasi memiliki risikonya masing-masing. ”Ada sopir yang ugal-ugalan, ada juga yang santai dan lebih berhati-hati. Saya harap saya selamat sampai tujuan,” ujar Gion.
Pebidra (36), salah seorang pengemudi bus Sriwijaya, mengatakan, jalur Lahat-Pagar Alam terbilang cukup rawan. ”Jalannya menikung, menanjak, dan sempit sehingga setiap melewati jalur tersebut, saya akan lebih berhati-hati,” kata Pebidra yang sudah 12 tahun mengemudikan bus Sriwijaya.
Menurut dia, untuk kawasan Pagar Alam memang ada dua titik yang cukup rawan, yakni di kawasan jembatan Endikat dan tikungan Lematang. ”Bisa dibilang kedua jalur tersebut tergolong ekstrem,” kata Pebidra.
Bus Sriwijaya sudah beroperasi sejak puluhan tahun lalu. Bahkan, Feri, pengemudi bus Sriwijaya yang mengalami kecelakaan di Pagar Alam, adalah pengemudi yang telah bekerja sejak 25 tahun lalu. Karena sudah berpengalaman, dia dipercaya untuk membawa mobil dengan kapasitas lebih besar, yakni mencapai 41 penumpang. ”Ini musibah. Semua orang bisa saja mengalaminya,” kata Pebidra.
Jalannya menikung, menanjak, dan sempit sehingga setiap melewati jalur tersebut, saya akan lebih berhati-hati.
Pebidra mengaku akan lebih berhati-hati dalam berkendara, terutama di jalur tersebut. ”Memang ada rasa waswas, tapi mau diapakan lagi. Inilah pekerjaan kami,” katanya.
Pebidra menyatakan, dalam menjalankan tugasnya, perusahaan memperbolehkan bus mengangkut penumpang di sepanjang jalur selama sesuai dengan kapasitas. Selain itu, barang pun bisa diangkut di atas atap, asal ringan.
Di bus yang ia kemudikan, barang-barang mulai dari tas sampai sepeda pancal diangkut di atas bus. Kondisi bus juga jauh dari kata nyaman karena kendaraan sudah terlihat tua dan tidak menggunakan penyejuk udara.
Kepala Dinas Perhubungan Sumatera Selatan Nelson Firdaus mengungkapkan, timnya masih memeriksa lapangan dan menyelidiki kelaikan kendaraan. ”Laporan yang kami terima, bus tersebut belum menjalani uji KIR. Tapi, masih diperiksa kebenarannya,” ujarnya.
Kepala Subseksi Operasi dan Siaga Kantor SAR Palembang Benteng Telau mengatakan, sampai saat ini kecelakaan bus Sriwijaya telah merenggut 26 jiwa penumpang. Sementara korban yang selamat 13 orang. ”Dua jenazah lagi masih dalam proses identifikasi untuk menguak identitas korban,” ungkapnya.
Sampai saat ini, ungkap Benteng, pihaknya menyisir lokasi di sekitar jatuhnya bus. Namun, rata-rata korban terkurung di dalam bus. ”Sebagian korban juga ada yang sudah keluar bus sehingga kami juga menyisir sungai,” kata Benteng.
Berdasarkan data dari Kantor SAR Palembang, 24 korban tewas sudah teridentifikasi, sementara 2 korban belum teridentifikasi.
Berikut nama-nama korban meninggal dunia:
Riski Saputra (laki-laki) warga Muara Enim
Sonia (perempuan), warga Muara Enim
Kelvin Andeka (laki-laki), warga Kepahyang, Bengkulu
Okti Karusian (perempuan), warga Bengkulu
Fadhil (laki-laki, 10 tahun), warga Bengkulu Tengah
Rahmad Hidayat (laki-laki), warga Kecamatan Ulu Musi
Farel (laki-laki), warga Kepahyang, Bengkulu
Feri Eprizal (laki-laki), warga Sako Kenten, Palembang
Nanik (perempuan), warga Kecamatan Ulu Musi
Ulul (perempuan), warga Prajen Banyuasin
Yasiroh (perempuan), warga Bengkulu
Ayu Intan (perempuan), warga Mukomuko, Bengkulu
Melia Sapira (perempuan), warga Palembang
Efran Fadhil Akbar (laki-laki), warga Kepahiyang, Bengkulu
M Akbar (laki-laki), warga Bengkulu
Metrian Andeka (perempuan), Kepahiyang, Bengkulu
Ali Jaya (laki-laki), warga Bengkulu
Ilyas (laki-laki), warga Demang Lebar Daun, Palembang
Jimmi Yuda Sanjaya (laki-laki), warga Kabupaten Empat Lawang, Sumsel
Warsono (laki-laki), warga Jalan Sabar Jaya, Kabupaten Banyuasin, Sumsel
Imron (laki-laki), warga jalan Enggano, Kelurahan Pasar Bintuan, Bengkulu Selatan
Feri (laki-laki), warga Kecamatan Batu Samban, Bengkulu