Natal tak sekadar sukacita umat Kristiani mengenang kisah kelahiran Kristus. Namun, hari raya itu juga dimaknai sebagai hati istimewa untuk berbagi kebahagian.
Oleh
STEFANUS ATO
·3 menit baca
Natal tak sekadar sukacita umat Kristiani mengenang kisah kelahiran Kristus. Namun, hari raya itu juga dimaknai sebagai hati istimewa untuk berbagi kebahagian. Natal kian terasa istimewa saat melihat mereka yang selama ini terpinggirkan turut semringah dan tertawa lepas.
Pada Rabu (25/12/2019) siang, salah satu aula Panti Asuhan Vincentius Putra, Kramat, Jakarta Pusat, diliputi suasana persaudaraan. Ratusan anak yang berasal dari 11 panti asuhan lintas agama di Jakarta dan sekitarnya yang hadir di tempat itu larut dalam kegembiraan.
Mereka diundang Keuskupan Agung Jakarta untuk makan siang bersama setelah umat Katolik selesai merayakan misa Natal. Sebelum makan bersama, anak-anak panti itu dihibur dengan berbagai jenis permainan dan diajak bernyanyi bersama. Anak-anak itu juga dikunjungi Santa Claus yang dikenal suka memberi nasihat dan gemar berbagi hadiah.
Mereka tampak terseyum bahagia saat diberi kado Natal dari sukarelawan. Kado yang diberikan pun beragam, mulai dari makanan ringan, seperti permen dan biskuit, hingga berbagai jenis permainan anak.
Agatha (19), salah satu dari ratusan anak panti itu, tak henti melambai-lambaikan tangan saat mereka diajak panitia bersama-sama menyanyikan berbagi jenis lagu anak. Baginya, momen itu spesial karena ia bisa bertemu dengan banyak teman dan bernyanyi bersama.
”Senang banget, ya, karena bisa berkumpul bersama anak-anak panti. Bisa dapat kado Natal dan yang paling penting itu punya banyak teman,” kata remaja kelahiran Flores, Nusa Tenggara Timur, itu.
Agatha sudah tiga tahun hidup terpisah dari keluarganya demi melanjutkan pendidikan di salah satu sekolah menengah di Bekasi, Jawa Barat. Sudah tiga tahun remaja itu memendam kerinduan untuk merasakan Natal bersama keluarga di kampung.
Keinginan itu tak kunjung diwujudkan lantaran keterbatasan biaya untuk pulang kampung. Makan siang Natal bersama ini ia sebut sebagai pengobat rindu akan keluarga dan kampung halamannya.
Kegembiraan serupa juga dirasakan Siti (30), seorang ibu rumah tangga yang mengantar anaknya mengikuti kegiatan makan siang Natal. Kebersamaan dalam suasana Natal itu merupakan pengalaman pertama yang dirasakan Siti.
”Tadi diajak karena anak saya masih kecil, usianya baru lima tahun. Menurutku bagus agar anak-anak sejak awal belajar tentang persahabatan,” ucap perempuan asal Magelang, Jawa Tengah, itu.
Bentuk pelayanan
Makan siang Natal ini merupakan tradisi yang digagas Komunitas Sant’Egidio di Italia sejak tahun 1982. Kegiatan berbagi ini merupakan bentuk kepedulian umat terhadap kaum papa yang selama ini terpinggirkan.
Mereka yang diajak itu hanya sekadar untuk makan bersama, bertegur sapa, dan saling bercerita. Hal ini menghargai harkat dan martabat mereka sebagai sebagai sesama manusia yang sering kali luput dari perhatian masyarakat.
Menurut Uskup Agung Keuskupan Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo, makan siang Natal dimulai di Keuskupan Agung Jakarta sejak delapan tahun lalu. Mereka yang diundang merupakan kaum-kaum yang dianggap terbuang dari masyarakat.
”Mereka adalah saudara kita yang tinggal di bawah jembatan layang, emperan toko, gerobak sampah, atau di tempat pembuangan sampah. Mereka diundang dan dilayani sukarelawan-sukarelawan dengan tujuan mengangkat harkat dan martabat mereka sebagai sesama manusia,” ucapnya.
Ketua panitia makan siang Natal Panti Asuhan Vincentius Putra mengatakan, mereka yang diajak itu merupakan anak-anak dari 11 panti asuhan lintas agama yang tersebar di Jakarta dan sekitarnya. Mereka sengaja diajak dengan tujuan bersama merasakan sukacita Natal.
”Ini yang kami undang dari panti asuhan umum, jadi peserta ada yang dari Muslim, Katolik, dan sejumlah suku. Kami hanya ingin melayani dan bersama-sama menghibur anak-anak panti,” katanya.
Sukarelawan yang terlibat dalam makan siang Natal di Panti Asuhan Vincentius Putra itu berjumlah sekitar 150 orang. Panitia mempersiapkan acara ini selama tiga bulan, termasuk mencari donatur, mengumpulkan dana, dan mempersiapkan acara makan siang Natal.