Bukan Manchester United, Chelsea, Arsenal, atau bahkan Liverpool yang menjadi klub tersukses dalam rentang sepuluh tahun terakhir di kompetisi lokal Liga Primer Inggris. Namun, klub itu adalah Manchester City.
Oleh
PRADIPTA PANDU MUSTIKA
·5 menit baca
Bukan Manchester United, Chelsea, Arsenal, atau bahkan Liverpool yang menjadi klub tersukses dalam rentang sepuluh tahun terakhir di kompetisi lokal Liga Primer Inggris. Namun, klub itu adalah Manchester City. Sebuah klub yang bahkan namanya tidak pernah disebut dalam “The Big Four” dan selalu diremehkan rival-rivalnya.
Performa Manchester biru di Liga Inggris musim ini mungkin belum menunjukkan kegarangan seperti musim-musim sebelumnya. Hingga pekan ke-18, City masih berada di peringkat ketiga di bawah Liverpool dan Leicester City di peringkat pertama dan kedua. Bahkan, City juga masih tertinggal 11 poin dari sang pemuncak klasemen Liverpool.
Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa City telah menjadi klub tersukses selama satu dekade terakhir. Kesuksesan City ini terangkum dalam statistik performa, pencapaian, hingga kesuksesan klub-klub Liga Inggris sejak 2009-2019 yang disusun BBC menjelang pergantian tahun dan dekade baru.
Dari 3.774 pertandingan yang telah dimainkan di Liga Inggris sejak musim 2009/2010 hingga pertengahan musim 2019/2020 ini, BBC mencatat 10.382 poin telah diraih setiap klub dan 10.323 gol telah dicetak. Dana yang dihabiskan klub-klub papan atas untuk belanja pemain untuk mengejar kejayaan dalam dekade terakhir ini juga telah mencapai lebih dari 10 miliar poundsterling.
Dari sisi pencapaian klub, selama satu dekada City berhasil mengoleksi 10 trofi dari tiga kompetisi di Inggris yakni Liga Primer Inggris, Piala FA, dan Piala Liga. Chelsea menjadi klub kedua dengan raihan trofi terbanyak yakni 7 trofi, disusul Manchester United dengan 5 trofi, dan Arsenal 3 trofi.
Musim 2018/2019 menjadi musim terbaik Manchester City di bawah asuhan Pep Guardiola karena sukses meraih treble atau menyandingkan tiga trofi domestik sekaligus yakni Liga Inggris, Piala FA, dan Piala Liga. Sebuah pencapaian yang tidak dapat diraih klub Inggris manapun. Hanya Chelsea yang setidaknya hampir menyandingkan ketiga gelar domestik di musim 2009/2010 dan 2014/2015 jika satu gelar terakhir tidak diraih MU dan Arsenal.
The Citizens -julukan City- juga resmi menjadi tim pertama dalam satu dekade terakhir yang mampu mempertahankan gelar juara Liga Primer Inggris 2018/2019. Saat itu, Manchester City berhasil mengunci gelar juara dengan poin akhir 98 dan hanya terpaut selisih satu poin dari Liverpool di peringkat kedua.
Selain itu, BBC juga mencatat dominasi Manchester City tercermin dalam tabel keseluruhan Liga Primer Inggris. City menjadi satu-satunya tim yang meraih lebih dari dua poin per pertandingan dan memiliki persentase kemenangan yang tak tertandingi sebesar 65,87 persen.
Mengubah klub
Kesuksesan City dalam satu dekade terakhir tidak terlepas dari pengambilalihan klub oleh Abu Dhabi United Group yang dipimpin Sheikh Mansour Bin Zayed Al Nahyan pada 2008. Kucuran dana yang tak terhingga membuat City menjadi klub kaya raya yang mampu mendatangkan mega bintang dan pelatih ternama.
Pada waktu bersamaan setelah akuisisi grup oleh Sheikh Mansour, City langsung mendatangkan bintang asal Brasil, Robinho dari Real Madrid dengan transfer senilai 32,5 juta poundsterling atau senilai Rp 539 miliar. Transfer Robinho saat itu kemudian menjadi rekor pembelian termahal sejak klub tersebut berdiri pada 1880 silam sekaligus termahal di Liga Primer Inggris.
“Semua diawali oleh kami pada 2008 ketika Manchester City memboyong Robinho, itu berefek panjang yang lantas menaikkan harga pemain. Terlepas dari yang Anda lihat saat ini, mencari uang di Inggris itu sangat mudah,” ujar mantan Kepala Perekrutan Pemain City musim 2008-2012, Mike Rigg, kepada Sky Sports.
Satu tahun berselang setelah mendatangkan Robinho, giliran bintang Argentina Carlos Tevez dari Manchester United dan pelatih asal Italia Roberto Mancini yang bergabung dengan City. Pada 2010, City mengucurkan dana sebesar 120 juta pondsterling untuk memboyong David Silva, Yaya Toure, dan Mario Balotelli.
Kucuran dana tak terhingga tersebut membuahkan hasil. Pada musim 2010/2011 City berhasil memenangkan Piala FA untuk pertama kalinya setelah terakhir kali mengangkat piala tersebut 42 tahun lalu atau pada musim 1968/1969.
Pembelian besar-besaran City tak berhenti sampai di situ. Pada Juli 2011, City mendatangkan Sergio Kun Aguero dari Atletico Madrid dengan nilai transfer sebesar 38 juta poudsterling atau nilai kurs rupiah saat itu sekitar Rp 526 miliar. Aguero kemudian turut menjadi penentuan keberhasilan City meraih gelar juara Liga Primer Inggris 2011/2012 setelah mencetak gol kemenangan di menit 94 saat melawan Queens Park Ranger di laga pamungkas.
Racikan Guardiola
Secara berkala, City terus mendatangkan bintang-bintang dan pelatih ternama seperti Manuel Palegrini dan Pep Guardiola setelah Mancini dipecat pada 2013. City pun menjelma menjadi klub raksasa di bawah racikan Guardiola. Mantan pelatih Barcelona dan Bayern Munchen itu membawa City meraih lima trofi domestik yakni dua trofi Liga Primer Inggris, dua Piala Liga, dan satu Piala FA.
Dari catatan BBC, Guardilo juga menjadi pelatih dengan persentase kemenangan tertinggi yakni 74,62 persen dan raihan 2,374 poin per pertandingan. Guardiola mengungguli mantan pelatih tersukses Manchester United, Sir Alex Ferguson yang berada di posisi kedua dengan persentase kemenangan 69,70 persen dan 2,273 poin per pertandingan.
Chris Waddle, mantan penyerang Inggris, beberapa waktu lalu menilai City asuhan Guardiola sebagai salah satu tim terhebat sepanjang sejarah sepak bola Inggris. City dinilai setara dua tim legendaris di Inggris, yaitu MU ”kelas” 1999 asuhan Ferguson, yang meraih trofi Liga Inggris, Liga Champions Eropa, dan Piala FA; serta Liverpool tahun 1984 yang menyabet treble berupa Liga Inggris, Liga Champions, dan Piala Liga.
Kesuksesan yang diraih City selama satu dekade terakhir mungkin tak pernah dibayangkan rival-rivalnya, termasuk MU yang menjadi seteru abadi City. Ferguson bahkan pernah berbesar kepala bahwa timnya tak cemas melihat kebangkitan rival tetangganya itu.
“Kami tidak perlu cemas soal itu (City). Saya pikir, kami punya sejarah yang kaya, lebih baik dari siapa pun, dan mereka butuh waktu seabad untuk sejajar dengan sejarah kami,” ungkapnya menanggapi keberhasilan City menjuari Liga Inggris musim 2011/2012.
Melihat dari sejarahnya, trofi liga Inggris yang diraih City memang belum sebanyak tetangganya. Sejak Liga Inggris bergulir pada 1888, City baru mengoleksi 6 gelar, sementara MU telah meraih 20 gelar dan menjadikannya klub dengan raihan trofi Liga Inggris terbanyak.
Meski demikian, di era sepak bola moderen saat ini, kesuksesan bisa datang lebih cepat seiring dengan kucuran dana melimpah dari pemilik klub. Bukan tidak mungkin, Manchester City dapat terus menjadi raksasa Liga Inggris dan melampaui rekor MU kurang dari seabad seperti yang dikatakan Ferguson. (BBC)