Sejak 12 tahun lalu, tenis putra elite dunia dikuasai oleh tiga petenis yang dikenal dengan "Big Three". Saat ini, usia mereka sudah di atas 30 tahun, tetapi belum ada petenis muda yang mampu menggusur mereka.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
Tiga besar daftar peringkat dunia tenis pada akhir 2019 dan 2018 di arena putra dan putri sangat berbeda. Persaingan tenis putra hanya mengenal tiga nama, yaitu Rafael Nadal, Novak Djokovic, dan Roger Federer. Adapun tiga teratas tenis putri 2019 berbeda dengan tahun sebelumnya.
Itulah gambaran persaingan dalam tenis profesional sepanjang musim 2019. Meski beberapa petenis muda putra mulai unjuk gigi pada turnamen elite, dominasi “Big Three” tak tergoyahkan.
Empat petenis berusia 23 tahun ke bawah menembus 10 besar. Mereka adalah petenis 23 tahun, Daniil Medvedev, di peringkat kelima, diikuti Stefanos Tsitsipas (21), Alexander Averev (22), dan Matteo Berrettini (23).
Medvedev membuat kejutan dengan menjadi finalis Grand Slam AS Terbuka, adapun Tsitsipas sebagai semifinalis Australia Terbuka. Namun, belum ada yang mampu menempatkan diri dalam daftar juara, menggeser “Big Three”, seperti yang terakhir kali dilakukan Stan Wawrinka saat menjuarai AS Terbuka 2016.
Keberadaan Nadal, Djokovic, dan Federer sebagai pemilik posisi tiga teratas daftar peringkat akhir tahun, dengan urutan yang berbeda, terjadi untuk kedelapan kalinya termasuk dalam dua tahun terakhir. Momen pertama terjadi 12 tahun lalu!
Ini berbeda dengan persaingan di putri yang melahirkan enam petenis dalam tiga besar pada akhir 2018 dan 2019. Tiga besar akhir 2019 adalah Ashleigh Barty, Karolina Oliskova, dan Naomi Osaka. Mereka menggeser Simona Halep, Angelique Kerber, dan Caroline Wozniacki.
Pada arena Grand Slam, gelar juara empat turnamen pada setiap tahun sejak 2017, juga, diraih petenis berbeda. Tak ada dominasi dari petenis tertentu membuat kandidat juara dalam persaingan tenis putri lebih sulit ditebak.
Nadal menempati puncak peringkat pada akhir tahun setelah menjuarai empat gelar, termasuk Grand Slam Perancis Terbuka untuk ke-12 kalinya. Petenis spesialis tanah liat itu menyalip Djokovic, yang berada di puncak peringkat sejak 5 November 2018, menjelang finis, yaitu mulai 4 November.
Dengan usia 33 tahun, dia menjadi petenis tertua yang menempati posisi tersebut, posisi yang terakhir ditempatinya pada akhir 2017. Sekali lagi, Nadal telah membuktikan kekuatan mentalnya. Di tengah deraan cedera, 12 kali juara Grand Slam Perancis Terbuka itu masih mampu bertahan di jajaran petenis elite dunia.
Nadal, Djokovic, Federer memiliki kesamaan yang membuat mereka dijuluki Greatest of All Time (GOAT), yaitu motivasi yang tak pernah hilang. Sebelum bersaing dalam turnamen Final ATP di London, Inggris, November, mereka mengatakan, termotivasi oleh prestasi satu sama lain.
Djokovic, saat tampil pada turnamen ekshibisi Kejuaraan Mubadala di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, 19-21 Desember, mengatakan, motivasinya berkompetisi tak lagi sekadar memenangi pertandingan dan trofi juara.
“Beberapa tahun terakhir, khususnya bagi saya, motivasi itu lebih besar, yaitu sesuatu yang terkait dengan warisan, menginspirasi orang lain, terutama anak-anak,” tutur Djokovic dalam AFP.
Sebagai bonus, petenis Serbia itu ingin menciptakan rekor. Salah satu peluangnya adalah melampaui Federer sebagai petenis putra dengan gelar Grand Slam terbanyak, yaitu 20 gelar. Sebagai petenis serba bisa di semua jenis lapangan, Djokovic yang mengumpulkan 16 gelar, berpeluang melampaui itu.
“Sebagai petenis profesional yang bersaing di level tinggi, saya harus mempunyai target : target harian, bulanan, dan tahunan. Saya senang memiliki kesempatan untuk menciptakan rekor,” katanya.
Dalam usia, masing-masing, 38, 33, dan 32 tahun, peluang Federer, Nadal, dan Djokovic untuk melanjutkan dominasi dalam satu dekade ke depan jelas berkurang. Tetapi, jangan terkejut ketika satu per satu di antara mereka meninggalkan persaingan pada era 2020, rekor yang diciptakan tak akan pernah dilampaui.