Jepang Jajaki Kerja Sama Kembangkan MRT Fase Kedua
Jepang mulai melangkah lebih jauh terkait pengembangan moda raya terpadu (MRT) fase kedua di Jakarta. Jepang membuka kemungkinan kerja sama pengembangan MRT fase kedua dari Stasiun Bundaran HI ke Stasiun Kota.
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jepang tertarik melanjutkan kerja sama dengan Indonesia membangun fase kedua MRT (Moda Raya Terpadu) Jakarta. Keinginan itu disampaikan Menteri Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi, dan Pariwisata Jepang Kazuyoshi Akaba saat melihat operasionalisasi MRT dan sarana pendukungnya.
”Jepang dan Indonesia membangun kerja sama, terutama di bidang infrastruktur. Saya pertama kali ke Jakarta pada 1991 dan tingkat kemacetan pada saat itu cukup parah. Saya berharap, MRT Jakarta bisa berkontribusi menyelesaikan masalah itu,” kata Kazuyoshi saat mengunjungi Stasiun MRT Bundaran HI, Jakarta Pusat, Kamis (26/12/2019).
Kunjungan tersebut sekaligus meresmikan piagam penanda selesainya bantuan Japanese ODA (Official Development Assistance) Loan untuk pembangunan MRT Jakarta fase pertama. Turut hadir dalam kesempatan tersebut Wakil Duta Besar Jepang untuk Indonesia Ono Keichi, Kepala Bagian Ekonomi Kedutaan Besar Jepang Miyashita Tadayuki, dan Kepala Perwakilan Kantor Indonesia Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA) Shinichu Yamanaka. Mereka diterima Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta Silvia Halim dan Kepala Divisi Corporate Secretary PT MRT Jakarta Muhammad Kamaluddin.
Sebelum menggelar jumpa pers, Kazuyoshi mencoba naik MRT Jakarta. Ia beserta rombongan naik MRT dari Stasiun Bundaran HI ke Stasiun Istora Mandiri. Selama perjalanan, rombongan melihat kondisi trotoar Jalan Jenderal Sudirman dan kembali naik MRT ke Stasiun Bundaran HI.
Bagi Kazuyoshi, sarana MRT di Jakarta aman dan ramah digunakan penumpang berkebutuhan khusus, termasuk pengguna kursi roda, perempuan, dan anak-anak. ”Eskalator di stasiun MRT Jakarta juga lebih cepat dibanding Jepang,” lanjutnya.
Kazuyoshi menyatakan, Pemerintah Jepang beserta perusahaan swasta Jepang siap mendukung pembangunan fase kedua MRT Jakarta. ”Pihak Jepang ingin mendukung konstruksi MRT Jakarta fase kedua supaya kehidupan warga Jakarta lebih baik,” ujarnya.
Proyek konstruksi fase kedua MRT Jakarta dari Stasiun Bundaran HI ke Stasiun Kota kini dalam proses lelang kontraktor konstruksi. Adapun dari Stasiun Kota ke Depo MRT di sekitar Ancol saat ini dalam proses studi kelayakan.
Silvia Halim, Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, menjelaskan, pembangunan MRT Jakarta fase kedua dari Bundaran HI (Jakarta Pusat) hingga kawasan Kota (Jakarta Utara) saat ini dalam proses lelang kontraktor konstruksi. Sementara itu, untuk pembangunan MRT fase kedua dari kawasan Kota hingga Depo MRT dekat Ancol kini dalam proses studi kelayakan.
Diharapkan pembangunan MRT fase kedua rute Bundaran HI hingga kawasan Kota dimulai pada 2020. Studi kelayakan MRT rute Kota hingga Ancol juga ditargetkan selesai pada kuartal pertama tahun 2020. ”Kemudian, kita mulai bicara tentang pendanaannya, dari pihak Jepang ataupun dari pihak lain,” lanjut Silvia.
Terkait usulan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek untuk memperpanjang rute MRT dari Jakarta hingga Tangerang Selatan, menurut Kazuyoshi, Pemerintah Jepang belum membahasnya dengan Pemerintah Indonesia. ”Dalam pertemuan hari ini, kami tidak membahas hal tersebut. Kami hanya membahas kerja sama dengan MRT,” ujarnya.
Kereta semicepat Jakarta-Surabaya
Selain proyek MRT Jakarta, Jepang juga tertarik mendukung Indonesia dalam membangun kereta semicepat Jakarta-Surabaya. Kesepakatan kerja sama bilateral itu ditandatangani pada September 2019. ”Saya gembira kedua pihak telah menyepakati prasyarat pengembangan kereta semicepat Jakarta-Surabaya. Berdasarkan kesepakatan itu, JICA sedang melakukan studi kelayakan,” kata Kazuyoshi.
Beberapa bulan lalu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi berharap, kereta semicepat Jakarta-Surabaya bisa beroperasi pada 2024, setidaknya dari Jakarta hingga Cirebon, Jawa Barat. Dengan kecepatan kereta maksimal 160 kilometer per jam, perjalanan Jakarta-Surabaya sekitar 5,5 jam. Pembangunan proyek tersebut diperkirakan memerlukan dana Rp 60 triliun.