Lubang Membesar, Warga agar Waspada
Di Desa Lebbotengae, Maros, terjadi fenomena tanah ambles. Pengikisan batuan itu lazim terjadi di daerah karst. Warga diminta waspada.
Di Desa Lebbotengae, Maros, terjadi fenomena tanah ambles. Pengikisan batuan itu lazim terjadi di daerah karst. Warga diminta waspada.
MAKASSAR, KOMPAS— Tim ahli geologi Universitas Hasanuddin terus memantau dan meneliti lokasi tanah ambles di Desa Lebbotengae, Kecamatan Cenrana, Maros, Sulawesi Selatan. Warga di wilayah sekitar batuan karst diminta waspada terhadap fenomena sinkhole.
Tanah ambles diketahui pada Senin (23/12/2019) saat seorang warga mendapati lubang di sawahnya. Awalnya diameter lubang sekitar 1,5 meter dengan kedalaman 50 sentimeter. Namun, proses tanah ambles terus berlangsung, diperparah hujan yang terus turun. Rabu (25/12), diameter lubang sudah mencapai 20 meter dan kedalaman diperkirakan 50 meter.
”Kami kaget karena lubangnya bertambah besar. Jarak lubang hanya 500 meter dari permukiman warga. Sekarang warga yang memiliki sawah di area lubang dan sekitarnya tidak berani ke sawah,” kata Kepala Desa Lebbotengae Suryanto Indra, Rabu.
Ahli geologi yang juga Kepala Pusat Kebencanaan Universitas Hasanuddin, Adi Maulana, mengatakan, yang terjadi di Maros (70 kilometer arah timur Makassar) adalah fenomena sinkhole. Dalam istilah geologi, sinkhole adalah lubang runtuhan di permukaan yang terbentuk karena hilangnya lapisan tanah atau batuan permukaan akibat aliran air di bawah tanah.
”Kawasan Maros adalah daerah kaya akan batuan karst. Di atas tanah terdapat banyak menara karst yang merupakan batu gamping yang mudah larut oleh air hujan. Material karbonat yang bersifat basa akan bereaksi dengan air hujan dan air permukaan yang bersifat asam. Reaksi ini mempercepat proses pengikisan batuan atau tanah,” kata Adi.
Di bawah permukaan, daerah-daerah dengan topografi batuan akan membentuk saluran-saluran yang kemudian dipenuhi oleh air permukaan dan menjadi saluran air bawah tanah atau sungai-sungai bawah tanah. Saluran ini kemudian membesar dan pada titik tertentu akan mengurangi daya dukung tanah di atasnya.
”Di bawah batuan karst terdapat sungai-sungai bawah tanah. Proses hingga terjadi sinkhole perlu waktu lama. Pengikisan batuan membuat tanah di bawahnya kian berongga dan akhirnya ambles,” ujar Adi.
Sejumlah faktor diduga menjadi penyebab cepatnya proses pengikisan batuan, antara lain pesatnya pembangunan infrastruktur, penduduk kian padat, serta pembukaan lahan pertanian yang dilakukan di atas atau sekitar kawasan batuan. Hujan mempercepat proses pengikisan tanah dan mengisi rongga-rongga saluran bawah tanah. Saat ini, lokasi tanah ambles penuh terisi air akibat hujan dan air sungai bawah tanah.
Adi menyebut, wilayah yang membentang mulai dari Maros, Pangkajene dan Kepulauan, Barru, Bone, Sinjai, Bulukumba, Selayar, hingga Jeneponto rawan dengan fenomena sinkhole. Selain itu, wilayah Tana Toraja, Toraja Utara, dan Enrekang.
”Yang dikhawatirkan jika titik-titik rawan tersebut sudah menjadi permukiman penduduk, dibangun berbagai infrastruktur di atasnya atau menjadi lahan pertanian dan perkebunan. Karena itu, harus dilakukan pemetaan titik rawan dan melihat karakteristik fenomena sinkhole. Tidak semua memiliki karakter sama. Ada yang parah, ada yang ringan,” katanya.
Sebagai langkah mitigasi, Adi menyarankan dilakukan penutupan semua akses air permukaan di sekitar lubang agar tidak terisi air. Selain itu, melakukan penyelidikan geologi detail disertai pemetaan kondisi bawah permukaan di daerah sekitar sinkhole.
Puting beliung dan banjir
Hujan deras disertai angin kencang melanda Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu. Akibatnya, puluhan rumah warga rusak parah dan sejumlah pohon tumbang menutup jalan.
Puting beliung terjadi di Desa Banjarpanji dan Desa Banjarasri, Kecamatan Tanggulangin. Sedikitnya 50 rumah warga dilaporkan rusak sedang hingga berat, puluhan lain rusak ringan. Banyak pohon tumbang menimpa rumah dan jalan raya sehingga akses lalu lintas terkendala.
”Kejadiannya sekitar pukul 14.00, tetapi baru dilaporkan ke BPBD Sidoarjo, sore. Tim tanggap darurat langsung diterjunkan untuk membantu korban,” ujar Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Kabupaten Sidoarjo Dwijo Prawiro kepada wartawan.
Rumah warga yang rusak ringan langsung diperbaiki supaya bisa dihuni.
Rumah warga yang rusak ringan langsung diperbaiki supaya bisa dihuni. Sementara rumah warga yang rusak sedang hingga rusak berat rencananya baru diperbaiki keesokan pagi. BPBD berencana mengirim bantuan material perbaikan rumah warga, seperti kayu, semen, dan plastik penutup.
Pada saat sama, hujan deras menyebabkan ruang rawat inap paviliun, ruang tunggu pasien, dan Instalasi Gawat Darurat RSUD Sidoarjo tergenang.
Zainuri dari Humas RSUD Sidoarjo mengatakan, banjir disebabkan drainase di luar rumah sakit penuh air sehingga air dari lingkungan rumah sakit tidak bisa mengalir ke luar. Kepala Satuan Lalu Lintas Polresta Sidoarjo Ajun Komisaris Eko Iskandar mengatakan, banjir juga menggenangi jalan raya Janti sehingga arus lalu lintas tersendat. (REN/NIK)