Juergen Klopp sadar betul psikologis para pemain bisa goyah menyusul tiga trofi yang diraih pada 2019, dan unggul jauh di puncak Liga Inggris. Namun, gelar Liga Inggris pertama setelah 1990 masih harus diburu.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·3 menit baca
LIVERPOOL, RABU - Juergen Klopp bukan ingin jemawa saat mengatakan, bahwa gelar juara Liga Champions hanyalah permulaan, pada Juni lalu. Pelatih asal Jerman yang lihai mengelola psikologis pemain itu, menyampaikan pesan optimisme sekaligus tantangan besar bagi Jordan Henderson dan kawan-kawan. Klopp mengajak skuad ”The Reds” tancap gas dalam irama rock n roll untuk mengambalikan era kejayaan.
Liverpool mendapatkan momentum indah pada 2019. Setelah juara Liga Champions, mereka mengangkat trofi Piala Super Eropa, dan baru-baru ini gelar Piala Dunia Klub pertamanya. Liverpool sedang menunggangi ayunan pendulum momentum, yang diperkuat dengan posisi mereka di puncak Liga Inggris.
The Reds seperti pebalap sepeda yang melakukan break away dengan keunggulan 10 poin atas peringkat kedua Leicester City, dan 11 poin atas juara bertahan Manchester City di posisi ketiga.
Liverpool bisa memperlebar selisih poin jika menang di Stadion King Power, kandang Leicester, pada laga Boxing Day, Jumat (27/12/2019) pukul 03.00 WIB. Laga ini bisa sangat menentukan, apakah Liverpool akan semakin dekat dengan trofi Liga Inggris atau, tergelincir.
”Ada momen besar dan menentukan mendatangi kami di Liga Inggris, dan anda perlu tetap fokus saat ini. Anda tidak bisa memikirkan sesuatu yang jauh,” ujar kiper Liverpool Alisson Becker dikutip ESPN, Selasa (24/12/2019).
Kiper timnas Brasil itu mewakili apa yang dipikirkan Klopp, bahwa gelar juara Liga Inggris masih separuh jalan, masih jauh dari jangkauan. Skuad ”The Reds” perlu belajar dari nestapa Newcastle United pada musim 1995-1996. Tim asuhan Kevin Keegan itu tampil enerjik dengan nafsu mencetak gol besar. Mereka memuncaki klasemen dengan 45 poin, unggul 10 poin atas peringkat dua Manchester United pada Natal 1995.
Namun, pada laga Boxing Day di Old Trafford, Setan Merah menekuk The Magpies 2-0. Laga berikutnya, Gavid Ginola dan kawan-kawan dipukul West ham 2-0. The Magpies bisa bangkit dan menang lima laga beruntun, hingga unggul 12 poin pada pertengahan Januari 1996.
Namun, nestapa The Magpies tak terelakan kala bertemu Liverpool di Anfield, 3 April 1996. Newcastle yang hanya unggul 1 poin atas MU, butuh kemenangan. Namun, Robbie Fowler dan kawan-kawan terlalu tangguh di kandang. The Reds menang dramatis 4-3 setelah sempat tertinggal 1-2 di babak pertama laga epik itu. Newcastle pun dikudeta Manchester United hingga Setan Merah juara di akhir musim.
Newcastle menjadi satu-satunya tim Liga Inggris yang unggul 10 poin atau lebih pada Natal, dan tidak juara. ”Ketika saya melihat kembali musim itu sekarang, ada kebanggaan, tetapi saya masih punya mimpi buruk terkait bagaimana kami membuang itu (gelar juara),” kenang Keegan kepada FourFourTwo, pada 4 Mei 2019.
Liverpool kini perlu menjaga fokus, karena persaingan juara belum selesai. Laga kontra Leicester bisa menjadi awal nestapa. Apalagi, mereka punya striker maut Jamie Vardy dan serangan dari sayap yang cepat. Vardy, top scorer Liga Inggris, bisa merobek pertahanan Liverpool yang diperkuat oleh Dejan Lovren, Joel Matip, dan Fabinho akibat cedera. (REUTERS/AFP)