Warga Antusias Amati Gerhana Matahari di Yogyakarta
Aktivitas pengamatan fenomena gerhana matahari sebagian digelar di sejumlah lokasi di Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (26/12/2019) siang. Masyarakat dan wisatawan pun antusias.
Oleh
Haris Firdaus
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Aktivitas pengamatan fenomena gerhana matahari sebagian digelar di sejumlah lokasi di Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (26/12/2019) siang. Masyarakat dan wisatawan pun antusias mengamati fenomena alam yang berlangsung selama 3 jam 34 menit di DIY itu.
Berdasarkan pantauan, salah satu lokasi pengamatan gerhana matahari sebagian di DIY berada di halaman Masjid Gedhe Kauman, Kota Yogyakarta. Pengamatan di lokasi tersebut dilakukan komunitas pencinta astronomi Jogja Astro Club.
Sejak pukul 10.00, warga berdatangan ke halaman Masjid Gedhe Kauman untuk mengikuti pengamatan gerhana matahari sebagian. Mereka pun mencoba melakukan pengamatan menggunakan sejumlah alat yang telah disediakan oleh komunitas Jogja Astro Club.
Di Yogyakarta, bagian matahari yang tertutup bulan itu hanya sekitar 65 persen. Saat puncak, matahari terlihat seperti bulan sabit.
Ketua Jogja Astro Club Agung Laksana (25) menjelaskan, gerhana matahari sebagian di wilayah DIY dimulai pukul 10.56 WIB. Sementara itu, berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, gerhana matahari sebagian di DIY mencapai puncaknya pada pukul 12.47 WIB dan berakhir pukul 14.28 WIB.
Oleh karena itu, total durasi gerhana matahari sebagian di DIY adalah 3 jam 34 menit. ”Di Yogyakarta, bagian matahari yang tertutup bulan itu hanya sekitar 65 persen. Saat puncak, matahari terlihat seperti bulan sabit,” papar Agung.
Agung menyatakan, Jogja Astro Club menggelar pengamatan gerhana matahari sebagian di dua lokasi di Yogyakarta. Selain di halaman Masjid Gedhe Kauman, mereka juga melakukan pengamatan di Alun-alun Utara Yogyakarta. Dua lokasi pengamatan itu terletak berdekatan dan merupakan tempat yang dikunjungi banyak warga dan wisatawan.
”Melalui aktivitas ini, kami ingin mengajak masyarakat untuk mengamati gerhana matahari sebagian yang tampak dari Yogyakarta,” ucap Agung.
Ia memaparkan, Jogja Astro Club menyediakan tujuh teleskop untuk mengamati gerhana di kedua lokasi tersebut. Dari tujuh teleskop yang disiapkan itu, lima unit merupakan teleskop manual, sementara sisanya teleskop robotik.
”Teleskop robotik ini bisa mengarah ke obyek pengamatan secara otomatis. Ini berbeda dengan teleskop manual yang harus diarahkan secara manual,” ujar Agung.
Mengamati gerhana secara langsung itu tidak dianjurkan karena masyarakat bisa mengalami gangguan penglihatan.
Selain itu, Jogja Astro Club juga menyediakan sejumlah peralatan lain, misalnya kacamata dan filter khusus, agar masyarakat bisa mengamati gerhana dengan aman. Semua peralatan itu bisa digunakan oleh masyarakat secara gratis.
Peralatan khusus
Agung menuturkan, pengamatan gerhana matahari harus dilakukan dengan peralatan khusus yang bisa melindungi mata dari cahaya matahari. Tanpa peralatan yang memadai, pengamatan gerhana matahari justru bisa membahayakan. ”Mengamati gerhana secara langsung itu tidak dianjurkan karena masyarakat bisa mengalami gangguan penglihatan,” ucapnya.
Melalui kegiatan pengamatan itu, Agung berharap, masyarakat bisa memahami bahwa gerhana matahari merupakan fenomena alam biasa. ”Harapannya, masyarakat bisa belajar tentang fenomena gerhana agar lebih memahami bahwa gerhana merupakan fenomena biasa yang bisa dijelaskan secara ilmiah,” ucapnya.
Warga yang ikut mengamati gerhana, Suryo Dwi (39), mengatakan senang bisa melihat terjadinya fenomena gerhana matahari sebagian. Suryo menuturkan, melalui teleskop milik Jogja Astro Club, dirinya bisa melihat detik-detik terjadinya gerhana itu.
”Pergerakan terjadinya gerhana matahari itu kelihatan. Ini benar-benar merupakan keajaiban Tuhan kalau menurut saya,” kata warga Kabupaten Sleman, DIY, itu.
Wisatawan asal Tangerang, Desi (27), juga senang bisa mengamati gerhana matahari sebagian di Yogyakarta. Menurut Desi, dirinya sebenarnya datang ke kawasan Alun-alun Utara Yogyakarta untuk berwisata.
Namun, karena melihat adanya aktivitas pengamatan gerhana oleh Jogja Astro Club, Desi pun tertarik untuk mencoba. ”Ini pertama kali saya lihat gerhana matahari. Ternyata bagus banget,” ujarnya.
Penjelasan BMKG
Selain di halaman Masjid Gedhe Kauman dan Alun-alun Utara Yogyakarta, aktivitas pengamatan gerhana matahari juga dilakukan di halaman kantor Stasiun Geofisika BMKG Yogyakarta di kawasan Gamping, Sleman.
Kepala Stasiun Geofisika Kelas I BMKG Yogyakarta Agus Riyanto menjelaskan, gerhana matahari terjadi karena terhalangnya cahaya matahari oleh Bulan sehingga tidak semua cahaya matahari bisa sampai ke Bumi. Fenomena ini merupakan salah satu akibat dari pergerakan Matahari, Bumi, dan Bulan.
Agus menyebutkan, pada 26 Desember ini, sebagian wilayah Indonesia mengalami gerhana matahari cincin. Gerhana matahari cincin terjadi saat Matahari, Bumi, dan Bulan berada tepat dalam satu garis. Piringan Bulan yang teramati dari Bumi lebih kecil daripada piringan Matahari. ”Akibatnya, saat puncak gerhana, Matahari akan tampak seperti cincin, yaitu gelap di bagian tengahnya dan terang di bagian pinggirnya,” ujar Agus dalam keterangan tertulis.
Namun, tidak semua wilayah Indonesia mengalami gerhana matahari cincin hari ini. Menurut Agus, gerhana matahari cincin terlihat di 25 kabupaten/kota di tujuh provinsi, yakni Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Timur.
Sementara itu, wilayah lain, termasuk DIY, hanya mengalami gerhana matahari sebagian. Agus memaparkan, magnitudo gerhana matahari sebagian di DIY berkisar antara 0,734 di wilayah Sleman hingga 0,726 di wilayah Kabupaten Gunung Kidul.